NovelToon NovelToon
Sang Pengasuh

Sang Pengasuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kirana Putri761

Terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia impikan membuat kehidupan Anik Saraswati menjadi rumit.

Pernikahannya dengan seorang dokter tampan yang bernama Langit Biru Prabaswara adalah sebuah keterpaksaan.

Anik yang terpaksa menjadi mempelai wanita dan Dokter Langit pun tak ada pilihan lain, kecuali menerima pengasuh putrinya untuk menjadi mempelai wanita untuknya membuat pernikahan sebuah masalah.

Pernikahan yang terpaksa mereka jalani membuat keduanya tersiksa. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Jika ingin membaca latar belakang tokoh bisa mampir di Hasrat Cinta Alexander. Novel ini adalah sekuel dari Hasrat Cinta Alexander

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertahan

Hari ini mereka bertiga akan pindah ke rumah baru. Semua barang sudah mereka pindahkan ke rumah baru mereka terlebih dahulu.

Langit sengaja membeli rumah barunya dengan alasan rumah itu dekat dengan rumah sakit dan sebuah sekolah untuk Ana.

Pria itu sudah memperhitungkan semuanya. Terkadang tengah malam pun dia harus kembali ke rumah sakit jika diharuskan. Dan usia Ana yang memasuki masa sekolah juga menjadi pertimbangannya.

"Ana, mulai sekarang jangan panggil ' Mbak Anik' lagi ya! Tapi 'Mama Anik'." ucap Bu Mayang saat Ana berpamitan padanya. Mayang pun melirik tajam Langit yang akan memprotes kalimat mamanya.

"Mama Ana, kan, Mana Key, Oma." balas Ana masih merasa bingung.

"Iya, Mama Ana memang Mama Key. Tapi, sekarang tambah satu lagi, Mama Anik. Jadi Ana punya dua Mama." jawab Mayang mencoba memberikan penjelasan termudah.

"Ana sayang Mama Anik, kan?" lanjut Mayang.

"Iya, Oma. Ana sayang Mama Anik." Meskipun tidak begitu faham maksud dari orang dewasa disekitarnya tapi bocah kecil itu pun menurut.

"Bagus, anak pinter!" ucap Bu Mayang terus mencium kening gadis kecil itu.

"Kamu sabar ya, Nik. Mama yakin kamu kuat." bisik Bu Mayang pada Anik agar menantunya itu bisa bertahan menghadapi sikap Langit yang sangat tidak menyenangkan.

" Iya, Ma." jawab Anik saat mereka sampai di dekat mobil Langit.

"Duduklah di belakang bersama Ana!" sergah Langit saat Anik akan membuka pintu depan samping kemudi.

"Lang..." Mayang seolah tak terima, tapi dia bisa apa, dia tidak ingin berdebat dengan putranya dengan Ana.

"Anik nggak masalah, Ma." jawab Anik kemudian membawa Ana masuk ke bangku belakang.

Mayang hanya menggeleng, menatap kepergian mereka. Dia bisa mengerti jika Langit kecewa tapi tidak seharusnya putranya memperlakukan Anik seperti itu.

Mobil berhenti tepat di depan rumah berlantai dua. Rumah dengan gaya minimalis modern itu memang terlihat nyaman.

"Mbak Anik, apa kita akan tinggal di sini?" tanya Ana saat mobil berhenti tepat di garasi rumah bercat cream yang dipadu dengan coklat plitur untuk setiap detak kayunya.

Mereka pun segera turun, satu pohon kelengkeng di depan rumah mereka membuat bangunan yang terlihat elegant itu menjadi asri.

"Ayo Ana, kita lihat kamar baru Ana." ucap Langit dengan mengambil Ana dari gendongan Anik.

Pria itu langsung meninggalkan Anik untuk segera masuk ke dalam rumah barunya.

Sejenak wanita itu tertegun, dia merasa kehadirannya memang tidak ada arti untuk Langit. Tapi Ana? Bagaimana dengan Ana jika dia pergi dari sini, gadis kecil itu tidak dekat dengan siapapun di sini.

Anik melangkahkan kakinya untuk mengikuti Ana dan Langit. Tidak seharusnya dia secengeng ini, setidaknya Ana masih membutuhkan kehadirannya.

" Mbak Anik, ayo lihat kamar Ana!"

"Eh iya, Mama Anik." ulang Ana ketika melihat Anik yang hanya mematung, Ana mengiranya dirinya sudah melakukan kesalahan dengan masih memanggil Anik dengan Mbak.

Ana langsung menarik lengan Anik untuk segera masuk. Langit yang awalnya masih membenarkan matras puzzle itu menoleh saat melihat Ana membawa Anik masuk.

Langit segera bangkit menghampiri kedua wanita yang sedang duduk di sofa kecil di sudut kamar Ana.

"Besok aku akan mengundang teman-temanku." ucap Langit yang kemudian duduk disebelah Ana.

"Mas Langit ingin menu apa? Biar besok aku siapkan." jawab Anik. Menurutnya semua itu adalah kewajiban sebagai pasangan dari tuan rumah.

"Aku sudah pesan makanannya, kamu siapkan saja tempat dan minumannya." ucap Langit.

Tak lama kemudian, suara ponselnya berdering, pria itu pun bergegas keluar dari kamar Ana untuk menjawab panggilannya.

"Sekarang Ana tidur siang dulu, nanti sore kita jalan-jalan dan belanja oke!" ucap Anik membuat Ana bersorak senang dan kemudian naik ke atas tempat tidur.

Tak butuh waktu lama untuk menidurkan Ana karena saat ini memang sudah tepat jam tidurnya Ana. Berlahan Anik pun turun dari tempat tidur dan keluar untuk menatap barang-barangnya di kamar.

"Ya, sayang." pesan suara dari seorang wanita membuat Anik sempat menghentikan langkahnya. Tapi saat Langit menoleh ke arah pintu, Anik langsung melangkah masuk. Dia bersikap biasa saja, padahal dalam hatinya terasa sakit. Darah yang berdesir dalam tubuhnya terasa panas tapi kedua telapak tangan dan kakinya terserang rasa dingin. Menahan rasa dalam hati ternyata lebih menyakitkan.

Langit yang tengah duduk di sofa itu memang tengah asyik dengan ponselnya hingga Anik selesai merapikan barang-barangnya. Setiap kali matanya berair sebisa mungkin disembunyikan dengan baik hingga tak terlihat oleh siapapun.

"Besok Niki akan mengantar makanan ke sini dan membantu menata rumah agar terlihat pantas untuk menerima tamu." ucap Langit dengan menghentikan langkah Anik.

"Terserah Mas Langit saja." jawab Anik kemudian kembali melangkah keluar dan menuruni tangga untuk melihat dapur.

Anik tak akan menolak atau membantah, mungkin seleranya di mata Langit memang tidaklah bagus.

Air matanya terus menetes, dadanya memang terasa sesak karena menahan Isak tangis. Dia merasa keberadaannya memang tidak pernah dianggap oleh Langit.

Tidak ada keluarga untuk mengadu dan langkahnya tertahan oleh seorang gadis kecil yang bernasib tak jauh beda darinya, membuat Anik harus bisa menghadapi semuanya.

Membayangkan menjadi Ana justru malah lebih menyedihkan dari dirinya, masih beruntung dia bisa melihat kedua orang tuanya. Tapi, gadis kecil itu tidak pernah melihat kedua orang tuanya.

###

Sore itu mereka sengaja jalan bersama ke sebuah pusat perbelanjaan. Anik menggandengkan Ana memasuki bazar bahan makanan. Sejak tadi pria yang berjalan di belakang mereka masih sibuk dengan ponselnya.

"Papa Langit kenapa main ponsel terus, kata Mama Anik nanti bisa sakit mata, lo!" ucap Ana saat menghentikan langkah dan menoleh ke arah Langit yang langkahnya sudah sangat tertinggal.

"Iya, Maaf. Sekarang Papa Langit akan menyimpan ponsel ini dulu ya!" jawab Pria itu dengan memasukkan ponselnya ke saku. Dia pun langsung menggendong Ana untuk mengikuti Anik yang sudah memasukkan beberapa bahan makanan ke dalam keranjang.

Kini mereka sudah selesai mencari kebutuhan sehari-hari. Anik pun mendorong troli menuju kasir.

"Bayar pakai kartu ini saja! Aku dan Ana akan menunggu di resto depan." ucap Langit dengan menyerahkan sebuah kartu debit pada Anik.

"Pinnya sama Seperti Pin pada kartu yang pernah aku kasih ke kamu." lanjut Langit.

Langit meninggalkan Anik yang masih mengantri membayar belanjanya. Pria itu menggandeng Ana memasuki restoran.

Sebuah tangan melambai seolah mengundangnya untuk duduk. Langit tersenyum saat melihat Nikita sudah duduk di sudut ruangan resto, sedangkan dirinya langsung membawa Ana untuk berjalan ke arah wanita yang masih tersenyum bahagia itu. Mereka memutuskan bertemu karena kebetulan Nikita memang sedang berada di mall tersebut.

1
Anis Saidah
berharap anik sama biru
Sri Mulyaningsih
terusannya mana
Oyah Karlinaa
selalu bolak balik alhamdulilah,,,bikin penasaran😘😘😘😘😘
Ickhaa PartTwo
Semangat up thor
Khairul Azam
sbnrnya aq pngn anik bhgia kak author, tp klo anik sm pria lain kok aq gk rela ya😬🤦‍♀️
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt thor
Anis Saidah
lanjut kak..perasan baru baca kok langsung habis
mom farhan
pengen 2 bab perhari kak
Khairul Azam
kn..kn mb anik dh mulai goyah.., ati2 mb anik lindungi hatimu🤭
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt thor
Anis Saidah
semoga jodohmu mas biru ya nik
Khairul Azam
hati2 mb anik jngn goyah dg prhatiannya si biru tua😅
mom farhan
lanjut kak
Anis Saidah
awasi pak langit yang tidak cerah alias mendung...awasi sebelum masuk atau pulang sekolah nanti pasti tau jawabanya..mosok ngene leren di kandani
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt thor, semangat up
Khairul Azam
pak dokter mbok ya sewa org buat mantau ana, biar tau yg sebenarnya, masak ya hrs d ajarin sma emak2 kya aq to pak dokter..
ahh.. minyak telon emang.. 🤣
mom farhan
lanjut kak masih setia menunggu kelanjutan nya
Dwi Puji Lestari
pasti langit curiga dari siapa brg2 ana...gk pengin ya lang ngguin ana dr pagi smp plg pantengin dpn sklhnya br ktm jwbn ny
Anis Saidah
yang di nanti di tunggu bab baru akhirnya
mom farhan
asik mau bab yg di tunggu² berbulan²
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!