NovelToon NovelToon
SUAMI YANG SELALU DIHINA

SUAMI YANG SELALU DIHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: jenos

jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Saat Dita asik mengamati wajah damai Guntur yang sudah tertidur pulas, tidak sengaja

Alvin melihat keluar kaca.

"Em... Kayaknya hujannya udah reda." ucap Alvin dan membuat Dita menoleh.

"Hah?"

"Hujannya udah reda saya mau pulang dulu takut kemalaman kasian Guntur." ucap Alvin membuat Dita mau tidak mau mengangguk.

"Oh iya... pulang naik motor?" tanya Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.

"Setiap hari?" lanjut Dita membuat Alvin terkekeh lalu mengangguk

lagi.

"Hum."

"Apa Guntur tidak masuk angin?" tanya Dita

"Em... Alhamdulillah sejauh ini baru

sekali dan semoga jangan lagi, saya bingung Bagi-bagi waktu kalo Guntur udah sakit." jawab Alvin yang dibalas anggukan oleh Dita.

"Nah iya makanya, nanti kalo kamu ospek gimana? Soalnya ospek itu dari pagi sampe

sore." lanjut Dita.

"Em...

Guntur saya titipkan dulu sama Bos

saya." ujar Alvin.

"Oh..."

"Ya sudah kalo begitu kami pulang dulu ya." lanjut Alvin lalu berdiri hendak mengambil alih Guntur dari pangkuan Dita.

Sebelum menyerahkan Guntur, Dita menyempatkan mencium bayi itu.

"Hati-hati ya." ucap Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.

"Bisa gak sini saya bantu ikat." tawar Dita lalu ia berdiri memperbaiki kain gendong yang melilit di pundak Alvin.

Saat fokus memperbaiki kain gendong

Alvin, tidak sengaja Dita mendongak bertepatan dengan Alvin sedikit menunduk.

Alhasil, pandangan keduanya bertemu.

Buru-buru Dita mengalihkan pandangannya begitu juga dengan Alvin.

"Kami pamit dulu."

"Iya hati-hati jangan sampe Guntur kehujanan." ujar Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin lalu ia pergi ke meja pembayaran.

"Mbak kopi saya tadi berapa?" tanya Alvin membuat kasir tersebut menoleh.

"Meja berapa?"

"Sudut Mbak, meja tujuh."

"15.000 Mas."

"Sama teman saya sekalian." lanjut Alvin sambil mengambil uang merah di kantongnya.

"Jadi 35.000 Mas."

Setelah selesai membayar Alvin buru-buru pulang takut anaknya kehujanan.

Hari menjelang magrib, Dita

meregangkan otot-ototnya karena akhirnya

tugasnya selesai juga.

"Akhirnya ... nasib semester tua gini

amat." gumam Dita lalu ia menutup lap topnya

bergegas pulang.

"Mbak punya saya berapa?" tanya Dita.

"Apa aja tadi Mbak?"

"Teh sama kentang." jawab Dita.

"Yang meja tujuh ya Mbak?" tanya kasir itu yang dibalas anggukan oleh Dita.

"Udah di bayar Mbak."

"Hah?"

"Iya Mbak ada udah di bayar."

"Siapa yang bayar?" tanya Dita bingung.

"Itu tadi Mas-mas yang gendong bayi." jawab kasir tersebut membuat Dita menghela nafas panjang.

"Ya sudah terima kasih ya."

"Kenapa malah adek kelas yang bayar kan malu, ah elah ... Ada -ada aja lagi si Alvin." gumamnya lalu masuk ke dalam mobilnya.

Tiga hari kemudian, tibalah waktu Alvin untuk ikutan ospek sebagai tanda ia mahasiswa baru.

"Mana lagi itu bocah udah jam segini belum datang juga." gumam Dita sambil memperhatikan jam tangannya.

Dita celingak-celinguk hingga akhirnya ia melihat Alvin baru saja sampai di parkiran.

Tanpa membuang waktu Dita langsung menghampiri Alvin.

"Ekhem ..."

Alvin yang baru saja membuka helmnya langsung menoleh.

"Mbak."

"Push up." jawab dita dingin membuat

Alvin kaget.

"Hah?"

"Saya bilang push up siapa suruh kamu datang telat." lanjut Dita membuat Alvin bingung.

"Maaf Mbak tadi saya nganterin anak saya

dulu," jawab Alvin.

"Gak terima alasan, push up!"

'Buset... Galak banget kemaren perasaan

Udah baik masa sekarang berubah lagi, hadeuh ...' ucap Alvin dalam hati.

"Push up!" tegas Dita membuat Alvin

kaget.

"Iya-iya, berapa Mbak?" tanya Alvin.

"Jangan panggil saya Mbak disini manggilnya Kakak, push up 20 kali." ucap Dita membuat Alvin menggaruk tengkuknya sekilas.

"Serba salah ya."

"Mau saya tambahin jadi 50." lanjut Dita.

"Jangan Kak, 20 aja." ucap Alvin lalu ia mulai push up di depan Dita.

Dita yang melihat itu langsung menghela nafas panjang lalu ia menurunkan tangannya yang sedari tadi ia lipat.

"Cukup."

Alvin berhenti lalu kembali berdiri.

"Kan baru 10 Kak."

"Sana masuk barisan." suruh Dita

membuat Alvin lagi-lagi tidak mengerti Konsep seniornya itu.

"Ok." jawabnya lalu ia meninggalkan Dita begitu saja.

Melihat Alvin pergi Dita langsung menggelengkan kepalanya.

"Ayolah Dita masa gitu aja kasian orang dia yang salah siapa suruh datang terlambat." ucap Dita sambil mengusap wajahnya.

Setelah merasa aman, Dita kembali menyusul ke lapangan. Dari kejauhan ia memperhatikan Alvin yang bagitu serius mengikuti arahan-arahan Mentor.

"Siapa yang gak bawa pasta gigi?" tanya Ira mentor Alvin.

"Silahkan keluarkan semua pasta gigi kalian." lanjutnya, Alvin mulai merogoh tasnya tapi hasilnya nihil sepertinya ia lupa memasukkan pasta gigi yang sudah ia beli kemarin.

'Duh mana lupa lagi, gimana dong? Masa maju ke depan kan malu banget.' ucap Alvin dalam hati.

"Alvin punya kamu mana?" tanya Ira.

"Sebentar Kak lagi nyari." jawab Alvin lalu Ira maju ke depan mengecek yang lain.

'Duh... Udahlah pasrah.' gumam Alvin, tiba-tiba ada yang memberikan sesuatu ke tangannya dari bawah membuat Alvin menunduk.

Alangkah kagetnya ia melihat pasta gigi di tangannya, Alvin menoleh ke belakang dan disitu ada Dita yang pura-pura tidak

mengenalinya.

"Alvin mana?"

"Eh iya Kak... Ini." ucap Alvin lalu menunjukkan pasta gigi di tangannya.

"Ok yang gak bawa maju ke depan nyanyi." suruh Ira membuat Alvin melotot.

"Nyanyi, demi apa?" gumam Alvin pelan lalu ia kembali menoleh ke belakang, tapi anehnya Dita sudah tidak di sana.

"Senior aneh, kadang udah baik banget kadang udah killer banget emang jadi senior harus gitu banget..." gumam Alvin tanpa ia sadari Dita berdiri di sebelah kanannya.

"Mau nyanyi juga?"

Deg!

Alvin langsung melotot lalu ia perlahan menoleh ke samping.

"Em... Nggak Kak, maaf tadi gak sengaja." jawab Alvin yang tidak di hiraukan oleh Dita.

"Guntur sehat?"

"Hah?" Lagi-lagi Alvin dibuat terheran- heran oleh Dita.

"Em... Iya Kak sehat." jawab Alvin pelan.

"Gak kehujanan kemaren?" lanjut Dita membuat Alvin menaikkan alisnya sebelah.

"Em... Gak kak Alhamdulillah tepat waktu." jawab Alvin, Dita tidak menoleh atau melihatnya sedikitpun.

"Kak Dita sini sambutan dulu." panggil anak BEM yang di depan membuat Dita melotot.

"Jangan dong kan Ada Presiden Mahasiswanya." jawab Dita.

"Iya Kak tapi kata si Kakak di gantiin sama Kak Dita." lanjut perempuan itu membuat Dita lagi-lagi harus menguras kesabaran dengan

Sikap ketuanya tersebut.

"Nyari masalah mulu ini anak, nanti kamu ya!" umpat Dita pelan lalu ia maju ke depan dengan senyum palsunya.

Alvin yang mendengar itu langsung menahan tawa.

'Benar-benar ini cewek susak banget nebak karakternya, jutek tapi baik sebenarnya gimana ya.' gumam Alvin sambil

memperhatikan Dita yang sedang

menyampaikan sambutan dengan wibawanya

sebagai pemimpin.

Begitu Dita selalu sambutan ia dihadiahi banyak tepuk tangan serta pujian dari

mahasiswa baru.

"Kakaknya cantik banget ya."

"Iya ih pengen jadiin pacar deh."

"Jangan macem-macem, itu senior."

Begitulah ucapan-ucapan para kamu

Adam yang berada di sekitar Alvin, sedangkan Alvin yang mendengar itu hanya

memperhatikan Dita.'Kalian gak tau aja aslinya.' ucap Alvin dalam hati.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Yuri/Yuriko
Wah, seru banget! 😄
pejuang: ikuti terus keseruan nya kak ...:)
total 1 replies
Khansarila Adisoga
Wah, ini baru karya yang bikin aku ngerasa terngiang-ngiang, keren banget thor!
pejuang: terimakasih kak
ikuti terus update terbarunya ya:)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!