LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 Flashback
Langit siang itu mendung, tapi halaman sekolah tetap ramai oleh suara tawa siswa yang berseliweran. Di pojok taman belakang sekolah—tempat yang jarang dilalui guru—Rion dan Alice duduk berdampingan di bangku beton. Di depan mereka, botol teh manis dan bekal sisa kantin yang mereka beli tadi siang.
Alice menggigit roti keju miliknya, sedangkan Rion sibuk membolak-balik buku catatan matematika milik Alice.
"Tulisan lo rapi banget ya? Dari dulu gak berubah," ujar Rion kagum.
"Lo baru sadar sekarang?" Alice menatapnya sambil terkekeh, menyikut lengan Rion.
Rion pura-pura terkejut. "Gua baru bisa fokus perhatiin tulisannya, biasanya fokusnya ke yang nulis."
Alice langsung memukul pelan lengannya. "Gombal! Geli banget tau gak?!"
Rion tertawa kecil, memandang Alice cukup lama.
Alice menatapnya curiga, merasa Rion terlalu memperhatikannya. "Ada yang aneh ya di muka gua?" tanyanya panik.
"Iya...," Rion merapikan rambut Alice, menyelipkannya ke belakang telinga. "lo cantik banget."
Bergegas Alice menjauh. "Apa sih Rion!" memukul-mukul punggung Rion.
Alice bangkit berdiri, meninggalkan Rion yang masih duduk. Bukan karena salting—ada rasa gelisah yang Alice rasakan. Ia tak mau terlalu mencolok, terutama di depan teman-temannya yang lain.
"Alice tunggu!" teriak Rion berusaha mengejar langkah Alice yang sudah cukup jauh.
Sore hari sekolah dibubarkan, waktunya bagi mereka untuk kembali ke rumah. Tawa riang dan candaan terdengar dari para siswa yang berebut keluar dari gerbang sekolah.
Rion hendak memakaikan helmnya kepada Alice—tapi dengan tegas Alice menolak. "Mau mampir dulu gak?" tanya Rion.
Alice tampak berpikir, masih berusaha memakai helm dengan benar. "Eumm, langsung pulang aja ya?"
"Kenapa? Biasanya juga main dulu kan," heran Rion. Lagipula masih sore, seharusnya mereka menghabiskan waktu bersama sepulang sekolah.
"Gua mau pergi sama Maudy," jawab Alice.
Rion menyalakan mesin motornya, alisnya bertaut. "Sekalian aja bareng gua," ucap Rion.
Alice terkekeh pelan. "Emang lo mau ikut ke salon?"
"Kan gua bisa tungguin lo di tempat lain."
Alice memasang wajah melas. "Gua mau pergi berdua aja, maaf ya?"
"Iya, gua paham ko. Cewek juga butuh me time kan."
Alice mengangguk kemudian menaiki motor Rion, berpegangan di kedua pundaknya. "ayok!"
"Lo gak mau peluk gua?" tanya Rion sambil tertawa kecil.
"Masih di sekolah Rion!"
Rion tak menanggapi lagi, melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Keluar dari gerbang sekolah—menyusuri jalan besar di kota Bandung. Melewati banyak bangunan, warung makan, dan tempat berbelanja.
"Nanti... hari Minggu kita keluar, mau gak?" tanya Rion sedikit berteriak. Suaranya bercampur dengan kencangnya angin sore dan kendaraan lain yang memenuhi jalanan.
"Hah?" teriak Alice tak kalah kencang. Telinganya tak bisa menangkap apa yang Rion katakan—karena tertutup dengan helm.
Rion terkekeh, melihat ekspresi Alice dari pantulan kaca spion. "Minggu keluar, mau gak?" tanyanya lagi, sedikit lebih keras dari yang sebelumnya.
"Aku pikir-pikir dulu ya," jawab Alice sambil berpikir.
"Iya sayang~" jawab Rion dengan nada manja yang dibuat-buat.
Dengan refleks, Alice memukul pelan salah satu pundak Rion. Wajahnya terlihat jelas sedang kesal. "gua geli kalo lo bilang sayang kaya gitu!"
"Geli kenapa? Kan sekarang kita ini pacar," ucap Rion mengingatkan.
"Y-ya gua... gak biasa aja sama perlakuan lo yang sekarang Rion!" jawab Alice sedikit gugup. Tak tahu harus bereaksi seperti apa.
Bertahun-tahun mereka saling kenal, tak sekali pun Alice memiliki pikiran jika ia akan menjadi kekasih Rion. Bahkan, saat pertama kali Rion mengungkapkan perasaannya—Alice mengira jika Rion sedang bercanda dengannya. Tapi ekspresi yang ditunjukkan Rion saat mengatakannya membuat Alice yakin—jika Rion bersungguh-sungguh padanya.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?