LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Siang itu kota Bekasi sedang panas-panasnya. Rayna dan ketiga temannya memutuskan untuk menikmati es teler yang mereka pesan secara online.
Rayna tengah asyik membuka Instagram, melihat berbagai macam foto dan video lucu. Video seekor kucing yang sedang menjelajah. Sebagian postingan lainnya berisi tentang konten-konten tentang dekorasi bunga.
Rayna menghentikan jempolnya—berhenti di sebuah postingan foto yang menandai Rion.
kumpul reuni tulisnya di caption.
Di dalam foto, Rion berdiri di ujung kiri, mengenakan atasan panjang berwarna navy yang masih sama seperti saat mereka bertemu kemarin. Senyumnya tipis, khas, seperti biasanya.
Di sampingnya, ada Faisal, satu-satunya wajah lain yang Rayna kenal. Yang lainnya? Tak ada yang ia tahu. Rion memang tak pernah bercerita tentang temannya yang lain. Tidak dekat katanya.
Tangannya secara otomatis menekan ikon love di bawah foto. Tapi hatinya... sempat terdiam.
Ia menatap layar agak lama, membayangkan suasana di foto itu. Tawa, cerita lama, dan mungkin juga kenangan masa lalu yang tidak ia tahu karena ia tidak di sana. Rion memang hampir tak pernah menceritakan tentang masa lalunya.
Karena ia dan Rion hidup di dua kota yang berbeda, dua tempat yang saling berjauhan. Terlalu jauh untuk mengetahui satu sama lain. Tapi bagi Rayna itu tidak masalah, ia tak akan memaksanya untuk bercerita.
"Habis ini makan bakso yuk!" ajak Lea.
Manda menatap Lea dengan sinis. "Pikiran lo makan mulu!"
"Namanya juga makhluk hidup," balas Lea asal.
Rayna memperhatikan saja. "Kalian aja, gua udah kenyang."
"Kapan sih lo pernah ngerasa laper?"
Rayna tak peduli dengan kalimat yang dilontarkan Lea. Satu notif dari ponselnya mengalihkan perhatian.
Rayna senyam-senyum sendiri saat membaca pesan dari Rion. Pesan singkat yang mungkin tak memiliki arti bagi sebagian pasangan. Tapi bagi Rayna menjadi sesuatu yang sangat penting.
Ia sadar, LDR bukan tentang menghindari rasa khawatir, tapi tentang saling percaya dan memberi ruang. Dan Rion... sejauh ini, tetap jadi rumah yang ingin ia datangi kapan pun waktunya tiba.
Iya sayangg... balas Rayna singkat.
Hari sudah malam. Bulan sudah menampakkan keindahannya, menjadi tokoh utama di langit. Rayna baru saja selesai membersihkan diri—mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.
Sudah lima belas menit ponselnya menyala, melakukan panggilan video bersama Rion. Selalu ada percakapan diantara keduanya, meski hampir setiap hari mereka melakukannya.
Rayna menyisir rambutnya yang masih setengah kering, merapikannya sedikit. "Tadi aku liat postingan temen kamu."
"*Siapa*?" Rion bertanya. Punggungnya bersandar di tembok kamarnya.
Rayna menaikkan kedua bahunya. "Ya gak tau, dia nge-tag kamu di Instagram."
Rion mengangkat satu alisnya. "*Posting apa emangnya*?"
"Posting foto pas kalian lagi reuni"
"*Oh iya, semalem kita emang foto-foto dulu sebelum pulang*," jawab Rion. Ia memang belum mengecek postingannya.
"Ternyata gak terlalu banyak yang ikut ya?" tanya Rayna.
Rion menggaruk alisnya. "*Iya, yang lain mah pada sibuk*."
Rayna tersenyum jahil. "Kenalin dong mantan kamu! Ada difoto gak?" tanyanya dengan nada bercanda.
Rion tertawa pelan. "*Ada-ada aja deh sayang*."
Rayna ikut tersenyum. "Becanda sayang." ia memang tak berniat mencari tahu.
"Kamu belum cerita loh tentang reuni kamu semalem."
Rion memandang langit-langit kamarnya. "*Hmmm... cerita apa ya*?"
"Apa aja boleh."
Rion tampak berpikir. "*Daripada cerita tentang reuni, mending aku nanya aja sama kamu*."
Rayna mengehentikan kegiatannya. "Nanya apa?" seharusnya ia yang bertanya dan mendengarkan cerita Rion.
"*Nanti kalo ulang tahun mau dikasih apa*?"
Rayna mengerucutkan bibirnya. "Gak tau, bebas aja."
Rayna selalu berpikir—apa pun yang diberikan oleh Rion akan menjadi sesuatu yang sangat spesial. Bukan karena barang atau pun nominalnya. Tapi karena ia menerimanya dari Rion. Dan itu sudah cukup untuk Rayna.
"*Masa gitu*!"
"Kan Ion yang mau kasih, nanti aku terima."
Rion menghela napasnya. "*Kalo Ion kasih serangga mau berarti ya*?" tanyanya dengan jahil.
"Ish kamu mah gitu," ucap Rayna mencibir.
Rambutnya selesai dikeringkan, meski tak sepenuhnya kering. Ia memasang jepit rambut bergambar kelinci—yang ia dapatkan dari Rion dari menukarkan tiket.
"*Iya sayang, nanti Ion beliin barang yang Rayna suka ya*?"
"Emangnya Ion tau—aku sukanya apa?" tanya Rayna dengan ekspresi menantang.
"*Suka jepit rambut, barang-barang yang lucu, boneka*...," Rion menatap kamera, memandang lembut. "*suka sama Rion juga*."
Rayna memutar bola matanya. "Geer banget kamu."
"*Tapi bener kan*?" tanya Rion jahil.
Rayna tak langsung menjawab. Tapi kepalanya mengangguk pelan. "Iya sih."
Keduanya sama-sama tersenyum, tenggelam dalam fokusnya masing-masing. Saling memperhatikan wajahnya satu sama lain. Membuat suasana menjadi lebih hangat. Seolah mereka sedang berada di tempat yang sama.
Tak ada urusannya dengan jarak—yang terpenting adalah cinta yang mereka tunjukkan satu sama lain. Pada dasarnya mereka berada di bawah langit yang sama. Mereka percaya, meski semesta memberi jarak diantara keduanya—rasa sayang mereka akan tetap sama, dan semakin tumbuh.
ldr bukan hanya sebatas menjaga komunikasi karena jarak. Tapi juga menjaga perasaan—mencari cara agar rasa yang mereka punya semakin besar dan tak berkurang karena waktu yang mereka habiskan.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?