HAPPY READING ~
Novel ini menceritakan tentang, lima saudara kembar cewek yang barbar, kompak, dan gak ada takut-takutnya! Ayesha, Aresha, Abila, Aurora, dan Arumi bukan cuma bikin heboh sekolah, tapi juga satu Cianjur! Dari nyolong mangga kepala sekolah, bolos ke Puncak, sampai ketahuan guru BK dan dihukum Babehnya, hidup mereka gak pernah sepi drama.
Tapi di balik kelakuan mereka yang selalu bikin geleng-geleng kepala, ada kisah persahabatan, keluarga, dan kenakalan khas remaja yang bikin ngakak sekaligus haru.
Siap ikut keseruan Mojang Cianjur dalam petualangan gokil mereka? Jangan lupa baca dan kasih vote!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Operasi Ngerjain Santri Baru
Setelah sukses kabur ke warung Bi Enung, lima kembar gak puas kalau belum bikin kekacauan lagi.
Hari ini, ada santri baru yang masuk ke asrama.
"Eh, kita harus kasih 'sambutan hangat' dong!" bisik Arumi sambil nyengir jahil.
"Fixs! Kita harus ngerjain mereka biar nggak cupu di sini!" tambah Aresha.
Ayesha langsung berdiri. "Oke, malam ini kita harus mulai operasi,' NGERJAIN SANTRI BARU!'"
"GAS!"
Ada tiga santri baru yang keliatan masih kaku banget di asrama.
1. Fathan, pendiem, kutu buku, dan agak pemalu.
2. Iqbal, anaknya alim dan masih polos banget menurut mereka berlima.
3. Rayhan, muka sangar, tapi ternyata penakut (borangan).
"Gimana cara ngerjain mereka?" tanya Abila.
Aurora senyum licik. "Kita bikin horor-horan lagi aja yu!"
Malamnya, mereka sembunyi di belakang lemari asrama putra.
Santri baru sudah pada siap tidur.
Lampu mulai dimainkan.
Arumi mulai bersenandung pelan.
"Hmmm... hmmm... hmmm..."
"ANJIR, SUARA APA TUH?!" Fathan langsung bangun dari kasurnya.
Abila merangkak pelan ke bawah kasur mereka, lalu narik selimut Rayhan!
"MAMAH!!" Rayhan langsung loncat dari kasurnya.
Aresha mulai bisik-bisik suara hantu.
"Jangan tidur... Aing lapar..."
Iqbal langsung baca doa keras-keras. "A'udzubillahiminasyaitonirrojim!!"
Ayesha dan Aurora hampir ngakak di pojokan.
Tapi masih mereka tahan.
Lalu, saat mereka sudah mulai tenang…
Arumi tiba-tiba keluar dari belakang lemari dengan mukanya ditutup kain putih.
"WUEEK!!"
"AAAAAAAA!!!"
Tiga santri baru itu, langsung lari keluar kamar!
----
Besok paginya…
"Kalian denger gak tadi malam? Ada suara aneh!" bisik seorang santri.
"Iya! Katanya kamar kita angker!" sahut yang lain.
Lima kembar itu hampir ngakak mendengar gosip itu.
Tapi...
Pas mereka lagi asik ketawa, tiba-tiba...
"KEPADA KELIMA MOJANG CIANJUR, KE KANTOR USTAZ SEKARANG!"
"MAMPUS, KITA!"
Mereka saling pandang dengan wajah pucat.
"Hais siap-siap ceramah sejam, bro." bisik Aurora pas mereka jalan ke kantor Ustaz.
Tapi, dalam hati...
Mereka sudah merencanakan kejahilan yang baru dan lebih seru lagi
____
Lima kembar itu, berjalan menuju kantor Ustadz dengan langkah pasrah.
"Gue yakin, kali ini kita bakal kena hukum berat lagi," bisik Abila.
"Yoi, minimal nyapu lapangan sebulan," timpal Aresha.
Begitu mereka sampai, Ustadz Ilyas, pengasuh asrama yang paling tegas, sudah menunggu dengan tangan yang bersedekap.
"Duduk."
Mereka langsung duduk. Tegak. Rapi. Seperti anak alim.
"Saya sudah dengar semuanya. Ada santri baru yang trauma karena kalian. Mereka bilang kamar mereka angker gara-gara kejadian semalam. Apa itu ada hubungannya dengan kalian?"
Kelima kembar itu, saling pandang.
Lalu…
"Enggak, Ustadz. Mungkin ada makhluk halus di kamar mereka." jawab Ayesha dengan wajah sok serius.
"Iya, Ustadz! Kami juga denger suara aneh tadi malam!" sambung Aurora, akting mereka sudah sekelas Oscar.
Ustadz Ilyas memijit pelipisnya. “Jangan banyak alasan. Kalian ngaku atau saya kasih hukuman lebih berat?”
Abila menghela napas. "Iya, Ustadz. Itu kita yang bikin. Tapi bukan mau jahat! Cuma biar mereka lebih cepat akrab sama suasana asrama!"
"Akrab? Dengan cara bikin mereka lari ketakutan?"
"Eh, tapi kan… sekarang mereka jadi ngobrol sama santri lain! Buktinya, tadi mereka rame kan? Nggak diem-dieman lagi!" bela Arumi.
Ustadz Ilyas melirik mereka tajam.
"Jadi kalian pikir ini perbuatan yang baik?"
"Ehe, kalau diliat dari sisi positif, iya, Ustadz." Aresha nyengir.
Ustadz Ilyas langsung face palm.
"Baiklah," Ustadz Ilyas akhirnya bersuara.
"Karena kalian terlalu kreatif untuk dihukum dengan cara biasa, saya punya tawaran."
Lima kembar langsung tegang.
"Mulai hari ini, kalian jadi mentor santri baru."
"Hah?"
"Bimbing mereka. Bantu mereka adaptasi. Kalau ada masalah, kalian yang bertanggung jawab. Setuju?"
Kelima kembar itu saling pandang.
"Ustadz, itu hukuman atau promosi?" tanya Ayesha.
"Terserah kalian mau lihat dari sudut mana. Tapi kalau sampai ada santri baru yang kabur karena kalian, saya pastikan kalian nyapu lapangan sampai lulus."
Mereka menelan ludahnya.
"Siap, Ustadz!"
Keluar dari kantor Ustadz, mereka berdiri di lorong asrama.
"Kita jadi mentor kan? Fixs, ini kesempatan besar." bisik Aurora.
"Kesempatan untuk?" tanya Abila.
Aresha menyeringai. "Untuk buat mereka lebih gila! HAHAHA!"