NovelToon NovelToon
KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

KU JALANI HIDUP SESUAI TAKDIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Puspita.D

Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Gimana tadi malam Put. apa kamu sudah telfon Ridho?" tanya mba Rima di suatu pagi. Namun tak langsung ku jawab, aku melirik sekitaran dulu, takut kalo ada bapak atau mama.

"Sudah mba, nih HP nya terima kasih banyak, oh ya pulsa nya masih ada kaya nya" jawabku sambil menyodorkan HP milik mba Rima yang ku pinjam tadi malam.

"Loh kenapa sudah di kembalikan, pake aja dulu, toh suami mu belum kembali kan?" kata mba Rima, aku merasa mba Rima terlalu memaksa ku untuk melakukan hal yang buruk.

"Belum mba, tapi nggak papa, nanti aku bisa pinjam HP mama buat telfon mas Tio" jawab ku, wajah mba Rima terlihat tak suka.

"Jadi tadi malam yang kamu hubungi Tio? Bukan Ridho" seru mba Rima sedikit kesal.

"Ridho mba, mas Tio akan menghubungi lewat HP mama" sahut ku.

"Terus apa kata Ridho" tanya mba Rima penasaran.

"Dia bilang, suaraku lembut, pasti aku orang nya cantik, beda sama mba Rima yang kesan nya kasar" kata ku apa adanya. Namun raut wajah mba Rima seperti orang menahan amarah.

Mba Rima pun pergi meninggalkan aku, tanpa bertanya lagi.

"Ada apa dengan nya?" tanya ku dalam hati.

"Putri, bawang merah mu masih ada?" tanya mama dengan membawa sayuran di tangan nya.

"Masih ada ma, tapi kaya nya cuma buat aku sendiri, kenapa ma? Kalo mama butuh pake aja nggak papa" jawabku sambil mencuci pakaian yang tertunda karna ngobrol dengan mba Rima.

"Ah enggak bukan untuk mama, tapi teman mama kata nya mau beli, ya sudah kalo cukup untuk mu sendiri tak usah di jual" mama pun kembali ke dapur.

Sore hari aku tengah duduk santai di depan TV tanpa cemilan karna lagi ngirit.

"Eh Putri, kamu ngomong apa sama Ridho, sampai dia jelek-jelekin aku" seru mba Rima tiba-tiba, aku pun kaget karna suara cempreng mba Rima. Untung mama sama bapak lagi tak di rumah.

"Nggak ngomong apa-apa mba" sahut ku, aku tak berani menatap mata nya karna takut.

"Halah...sok-sokan lembut sama pria lain padahal sama suami berani, kalo aku jadi kamu, aku sudah pake kerudung celana dalam di pinggir jalan" seru mba Rima dengan suara lantang.

"Enak saja, mba Rima aja yang pake kerudung celana dalam, lah wong mba Rima kasar sama suami, bukti nya sampe pisah" sahut ku tak ingin kalah.

"Kur*ng ajar kamu Putri" mba Rima bersiap ingin menjambak ku, namun terdengar suara mama.

"Ada apa ini?" seru mama dari depan pintu.

Kesempatan itu tak ku sia-sia kan, aku segera berlari ke kamar.

"Huf...selamat" kata ku sambil mengurut dada.

Terdengar suara ocehan mba Rima yang mengadu pada mama, huh...dia yang mulai kok jadi aku yang bersalah.

Aku sengaja tak keluar kamar hingga pagi, aku juga takut pasti mama bakalan ceramahi aku.

Pagi nya, setelah membersihkan diri, aku ke makam anak ku. Tiba-tiba suara mama melengking memanggil nama ku.

"Putri.....!!!" teriak mama.

Dengan malas aku pun menghampiri mama, paati mama akan menghakimi aku.

"Ada apa ma, pagi-pagi kok teriak-teriak" kataku, melihat mata mama yang melotot aku sudah bisa menduga nya.

"Apa yang sudah kamu lakukan terhadap Rima, dia sampai menangis saat pamit pulang" tuh kan benar mama pasti menghakimi aku.

"Nggak ada ma, itu ucapan teman nya sendiri yang bikin dia murka, eh malah marah nya ke aku" sahut ku.

"Terus apa hubungan nya sama kamu, emang nya kamu kenal sama teman nya Rima" duh kali ini aku harus jawab apa, mending aku jujur aja deh.

"Mba Rima kan minjemi HP nya ke aku, terus dia juga kasih nomor teman nya yang nama nya Ridho" kata ku sengaja aku potong ingin tau reaksi mama seperti apa.

"Lalu kamu telfon teman nya Rima?" tanya mama dengan mata melotot. Ish mama kalo sudah marah, melotot berjam-jam pun kuat.

"Iya, tapi itu juga mba Rima yang paksa ma, kata mba Rima hidup itu jangan terlalu setia pada satu pria" mendengar jawaban ku mata mama kian melebar.

"Lalu kamu mau ikut jejak Rima yang sekarang jadi janda karna ulah nya sendiri" tanya mama dengan meletakan kedua tangan nya di pinggang.

"Ya nggak lah ma, makan nya segera aku kembalikan HP nya" jawab ku.

"Awas aja kamu berbuat aneh-aneh, kalo sampai Tio memukul mu lagi jangan minta tolong pada siapa pun, karna itu salahmu sendiri" setelah mengatakan itu. Mama pergi memanggil bapak untuk sarapan.

"Huh...mama itu aneh, selama ini kalo mas Tio mukul aku, nggak pernah aku jerit-jerit minta tolong" kata ku. Aku pun kembali ke kamar untuk bermalas-malasan.

...****************...

Hari demi hari berlalu, hampir tiap malam mas Tio menelfon, meski terkadang hanya 5 menit.

Tak terasa satu bulan telah berlalu, aku tinggal menunggu jam saja, karna kata nya mas Tio sudah turun dari kapal, dengan membawa motor impian nya.

Sampai sore mas Tio belum juga datang, saat aku berniat menutup pintu, tiba-tiba terdengar suara deru motor berhenti di halaman rumah.

Aku pun menoleh kembali keluar. Tiba-tiba wajah ku terasa memanas, andai ada cermin .mungkin aku sudah dapat melihat wajahku yang memerah.

"Dek bantu bawa barang-barang nya" kata mas Tio setelah aku mencium tangan nya.

"Loh nak Tio sudah sampai, apa kabar nya nak" kata bapak yang mengulurkan tangan pada nas Tio.

"Alhamdulillah baik pak" sahut mas Tio sambil mencium tangan bapak.

Setelah semua barang di bawa masuk, mas Tio menyuruhku membongkar barang-barang yang kata nya oleh-oleh.

Ada Jenang dodol, ada buah mangga, dan bawang merah, mas Tio membawa bawang merah lagi.

"Dek sini" panggil mas Tio yang sedang rebahan di kasur, aku pun mendekat dengan rasa malu-malu. Aku merasa tak percaya diri, di hadapan mas Tio.

Mas Tio memeluk ku, aku pun terdiam hanya pasrah, kami pun melepaskan rindu yang selama satu bulan sudah menumpuk.

"Dek, motor tadi aku beli nya seken, tapi harus bayar bulanan" kata mas Tio.

"Kok gitu, aku kira mas kerja sekama sebulan bisa buat beli motor, bukan hanya DP nya saja" jawab ku.

"Ya tadi nya aku pikir begitu, tapi ternyata bayaran membajak sawah cuma sedikit, aku kan juga perlu rokok dek" ujar mas Tio, entah kenapa aku merasa kecewa menanti satu bulan, eh saat mas Tio pulang malah punya hutang.

"Nanti kita bayar sama-sama ya" sambung nya lagi.

"Apa maksud mas, bayar sama-sama" tanya ku merasa curiga.

"Ya kamu bantuin mas kerja, kita kerja tambang berdua, pakai mesin kecil saja" kata mas Tio begitu enteng.

1
Ds Phone
macam macam dugan hidup nya
Ds Phone
hamil ke dia
Ds Phone
nakit betul dia
Ds Phone
macam mana dengan rumah tangga meraka
Ds Phone
suami apa macam tu nak beban sama isteri
Ds Phone
itu jalan tak baik tu
Ds Phone
sangup metua kata macam tu
Ds Phone
muking ada yang tak kena
Ds Phone
tinggal kan aja
Ds Phone
laki tak ber tangung jawab
Ds Phone
apa nasib rumah tangga nya
Ds Phone
dia tak tahu orang hamil macam mana
Ds Phone
ada tukang hasut
Ds Phone
dapat laki macam tu memang susah
Ds Phone
laki nya kaki mabuk
Ds Phone
malu pulak tapi ikut
Ds Phone
sebenar dia suka pada kamu
Ds Phone
yake macam tak ada keputusan aja
Ds Phone
sakit hati sebenar nya
Ds Phone
dah masa sendiri tahu apa pun nak dimasak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!