NovelToon NovelToon
DEVANNA

DEVANNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Office Romance
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Evrensya

Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.

Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si Pria Arrogant

...-Manusia kerap di hadapkan pada situasi dimana dia merasa bahagia ketika mendapatkan kebaikan dari orang lain. Namun sebaliknya, terasa sangat menyakitkan ketika tidak mampu membalas kebaikan tersebut -...

...🍂...

Tubuh Anna mendadak memanas ketika mengetahui Boss nya itu sedang dalam ancaman. Tapi, pria perkasa itu pasti bisa mengatasinya sendiri. Jika si pengancam datang sebelum pertemuan penting para CEO itu selesai, maka tugas Anna hanya perlu mengendalikan keadaan sementara, agar tidak terjadi keributan, apalagi kekacauan yang tidak perlu.

Oke, dari pada terjebak dalam pikiran yang belum ada solusinya, bukankah lebih baik membereskan terlebih dahulu semua berkas yang berceceran di lantai. Karna tidak mungkin bagi Anna hanya sekedar menumpuknya begitu saja tanpa menyusunnya sesuai dengan urutan data yang benar. Jadi, ini mungkin akan menghabiskan banyak waktu untuk memilahnya sekaligus membacanya dengan teliti. Tapi, ini bisa di jadikan alasan untuk berlama-lama disini, menunggu si pengirim pesan itu datang, lalu Anna akan tau bagaimana harus menghadapinya.

Tanpa terasa waktu beranjak begitu cepat, matahari kian meninggi memancarkan sinarnya dengan leluasa di atas sana. Tengkuk Anna pun sudah terasa panas dan pegal karna menunduk terlalu lama, pandangan matanya mulai berkunang-kunang, kepalanya sedikit pusing, ketika ia bangun dari duduknya hampir saja ia terjatuh, saat mencoba melangkah pun kakinya terasa berat untuk di gerakkan.

Anna puas, sebab semua berkas sudah berjejer rapi di atas meja CEO pada posisi semula. Anna bahkan mengecek ulang pekerjaannya secara menyeluruh. Sekilas, pandangannya tertarik pada robekan kertas yang tersisa, berserakan di bawah singgasana milik sang Boss. Anna lalu meraih lembaran tersebut dan meneliti setiap detail sebuah gambar yang terlukis disana. Rupanya, ini adalah sebuah lembar sketsa desain milik nyonya Revy, dapat di kenali melalui sebuah nama yang tertera disisi gambar.

Sekilas saja, Anna langsung bisa menemukan kekurangannya. Yang paling utama adalah, tidak ada nilai seni yang bisa di temukan pada sketsa ini, bahkan konsep elegant yang menjadi karakter utama fashion Devaradis tidak nampak sama sekali, dengan model lengan yang di buat mengembang like a princess dress membuatnya terlihat kontras—terkesan feminine romantic, jauh dari kata elegant.

Seharusnya, elegant disini yang di tekankan adalah nilai psikologis atau jiwa pengguna baju tersebut, dengan desain yang rapi, terorganisir dan lebih formal. Gaya elegant harusnya mengacu pada mode pakaian yang simpel, tidak berlebihan, serta minim eksperimen, namun sangat memperhatikan kualitas dan juga kesempurnaan. Tapi disini nihil, tidak menggambarkan kriteria elegant sedikitpun. Lebih kekanak-kanakan, persis seperti desain baju ulang tahun.

Mungkinkah desain ini penyebab dari pertengkaran Boss dengan si Dsainer? Lalu apa hubungannya dengan dirinya, tiba-tiba mendapatkan panggilan hanya untuk mendapatkan kekerasan fisik. Bisa jadi itu adalah hukuman tambahan karena ia telah lancang memasuki area pribadi Boss—lift. Ataukah—Revy sudah mengetahui kalau tatanan ruangan CEO adalah hasil kerja Anna. Bisa jadi benar dua-duanya.

Yah, apapun itu, yang jelas desain yang ada di tangannya ini benar-benar tidak bisa menolong Devaradis dari kegagalan yang sedang menantinya. Desain yang di berikan Revy lebih pantas di bilang ucapan selamat untuk berakhirnya brand ini dalam dunia fashion. Sang kepala desainer sepertinya memang tidak berniat serius melakukan pekerjaannya. Atau memang, dia sama sekali tidak bisa mendesain.

Anna sepertinya harus mengurus masalah ini juga. Tapi ia butuh mempelajari lebih dalam lagi, sebenarnya konsep elegant yang seperti apa yang di usung oleh Devaradis. Baru lah kemudian Anna bisa menentukan desain seperti apa yang akan ia ciptakan, untuk membantu Devan keluar dari jalan yang buntu ini. Anna yakin, itu adalah satu bentuk balas budi yang paling cemerlang yang bisa Anna lakukan untuk pria perfeksionis itu.

Setelah memastikan keseluruhan permukaan meja, bahwa tidak ada satu kesalahan pun yang dia lakukan, Anna beranjak ke tempat lain untuk membereskan bekas pengobatan lukanya. Mengelap, menata rapi, meletakkan benda sesuai pada tempatnya, hingga seluruh ruangan sudah ia pastikan bersih sempurna dengan mengecek tingkat kebersihannya menggunakan ujung jarinya, barulah Anna bisa bernafas lega.

Namun Anna tertegun ketika mendapati dirinya melakukan apa yang katanya biasa Boss lakukan—meskipun Anna Belum pernah melihatnya sendiri—mengecek kebersihan menggunakan sentuhan jari. Anna kemudian senyum sendiri, "itu tidak buruk juga," gumamnya dengan sedikit perasaan menggelitik.

Terakhir, Anna menyemprotkan sedikit pengharum ruangan untuk menghilangkan bau-bau yang mengganggu indra penciumannya, berharap ketika Boss memasuki ruangan ini nanti, pikirannya yang suntuk bisa lebih relaks dengan wangi aroma terapi.

Sapu tangan dan juga lap yang di gunakan untuk mengusap lukanya tadi sudah Anna bungkus dengan kantong plastik, ia berniat akan membawa nya pulang dan mencucinya di rumah, termasuk juga obat-obatan yang di berikan Devan semua sudah di satukan dalam satu kantong plastik yang sudah ada di tangannya.

Anna harus bergegas meninggalkan tempat ini sebelum Boss datang untuk beristirahat. Soal pesan ancaman pukulan tadi, Anna akan meminta bantuan pak Ali untuk menanganinya, mungkin itu solusi yang paling tepat. Semoga saja asisten pribadi sang Boss tidak sedang sibuk.

Anna memutar engsel pintu yang tiba-tiba terasa ringan di tangannya, bahkan tanpa butuh banyak tenaga, pintu kayu model clasic itu terbuka begitu saja. Anna terburu-buru mengambil langkah cepat keluar ruangan.

Dug!

Kening Anna menabrak sesuatu yang terasa keras dan padat, aroma Woody yang sangat menyengat langsung terhirup ke dalam rongga hidungnya. Di bawah sana, di depan matanya, nampak sepasang sepatu hitam besar seukuran pria dewasa sedang berdiri kokoh dengan jarak yang sangat dekat dengannya.

Pandangan Anna berjalan dari bawah ke atas, hingga memperlihatkan sosok pria bertubuh kekar dan besar, dengan kulit hitam manis yang berkilau sehat. Jelas sekali auranya bukan sembarangan orang. Rahangnya yang tegas, hidung yang tinggi, juga tatapan netra coklat pekatnya itu mirip seperti beruang liar. Wajahnya bisa di bilang sangat tampan, walau sekilas sangat mirip dengan Devan, namun nampak sedikit bengis.

Apa jangan-jangan pria ini adalah orang yang mengirimkan pesan ancaman untuk Devan? kalau benar—iya, beruntung sekali Devan sedang tidak ada disini sekarang.

"Maaf, tuan." Anna langsung memundurkan diri beberapa langkah.

"Minta maaflah dengan benar." Nada bicara pria ini persis seperti yang nyonya Revy lakukan tadi—nampak merendahkan Anna.

"Maaf tuan, saya sungguh tidak melihat keberadaan anda yang ada di depan pintu, saya memohon kemurahan hati anda." Anna pun membuat permohonan maaf yang sebenar-benarnya. Mungkin cara yang baik harus lebih di dahulukan, untuk melihat bagaimana reaksi pria dengan gaya rambut slicked back yang ditata klimis ke belakang. 

Pria itu memperhatikan Anna dari ujung kepala hingga ujung kaki, tak ada satu celah pun yang luput dari pandangannya, seolah sedang mencari sesuatu yang tersembunyi, matanya di penuhi aura penasaran, hingga membuat Anna merasa risih seketika.

"Anna Isadora B." Pria itu membaca name tag yang terdapat pada seragam biru Anna. "Seorang cleaning service?" ejeknya, sambil menyilangkan tangan di dada. Seolah membawa dendam pribadi yang entah asalnya dari mana. "Dimana Boss mu?"

"Beliau sedang tidak ada disini," jawab Anna singkat.

"Apa dia masih dalam pertemuan penting di rooftop?" entah dari mana pria dengan pakaian super formal ini mengetahui agenda seorang Boss Devaradis. Lagaknya pun sangat congkak, seolah perusahaan ini adalah miliknya sendiri.

"Apakah anda sudah memiliki janji untuk bertemu?" Anna balik bertanya.

"Memangnya itu perlu bagiku, aku bisa datang kesini kapanpun aku mau." Jawabnya santai.

"Baiklah, silahkan menunggu, tuan." Anna pun memohon diri untuk pamit, dengan niat untuk memberitahukan kepada pak Ali, jika ada seorang tamu yang datang mencari Boss. Mungkin saja pak Ali bisa di percaya menangani situasi ini.

Anna membungkuk hormat lalu mencari celah ke samping untuk mengambil langkah pergi. Setelah beberapa langkah menjauh, pergelangan tangan Anna tiba-tiba tertangkap kasar oleh sebuah tangan kekar milik pria dengan pakaian serba hitam itu, sehingga kantong plastik yang sedang di bawa Anna jatuh tepat di depan kaki pria itu.

"Kau mau kemana?" cegatnya.

Anna membalikkan badan. "Tuan, saya sedang terburu-buru, tolong lepaskan saya. Saya tidak ada urusan dengan anda."

"Oke." Pria itu langsung setuju melepaskan tangan Anna.

Meskipun Anna curiga melihat gelagat pria ini, yang dengan mudahnya mau menuruti permintaannya untuk melepaskan tangannya. Anna tidak mau ambil pusing dan buang-buang waktu, ia harus segera mencari pak Ali. Anna kini harus membungkuk meraih kantong plastik miliknya yang ada di lantai, tepat di bawah kaki pria yang sedang menunggu adegan yang dia ingin lihat dari cara Anna yang akan menunduk di bawahnya.

Lagi-lagi Anna tau apa sedang di pikirkan pria ini, lihat saja apa yang dia lakukan ketika tangan Anna menjangkau ke bawah mengambil barang miliknya, kaki jenjang si pria dengan senyum aneh di wajahnya itu langsung menendang bungkusan itu menjauh, sebelum tangan Anna berhasil meraihnya.

Anna mendengus pelan, apa yang dia memperkirakan sudah terjadi. Dengan perasaan dongkol yang tertahan, wanita cupu itu kembali bangkit menegakkan tubuhnya dengan memasang raut marah, matanya membulat menatap pria itu tajam, penuh tekanan. "Tuan yang terhormat, apa tujuan anda berbuat seperti ini pada saya? Apakah menyenangkan mempermainkan pegawai rendahan seperti saya?" tanya Anna, memulai berdiplomasi.

"Ngomong-ngomong aku sama sekali tidak menerima maaf mu. Kau harus menebusnya dengan cara lain." Jawab pria itu dengan seulas senyuman mesum di bibirnya.

"Tidak masalah anda menerima maaf saya atau tidak, karna saya pun tidak begitu peduli dengan itu. Saya sedang terburu-buru, tolong jangan menggangu." Jawab Anna, acuh.

"Wah, seorang pegawai rendahan sepertimu sangat sombong dan tidak tahu diri. Kau ini belum tahu ya aku ini siapa. Apa jangan-jangan kau pegawai baru disini?" tukas pria dengan polesan rambut hitam nan mengkilap yang memberikan kesan yang rapi, tapi modern.

"Saya memang pegawai baru disini, namun sepertinya saya tidak perlu tahu siapa anda, toh wajah anda tidak tercatat sebagai bagian dari petinggi Devaradis yang wajib saya hormati." Anna yang tak tahan dengan pandangan menjijikkan yang di berikan pria itu padanya, membuat Anna tidak tahan kalau tidak membalasnya agar tidak di remehkan.

"Kalau begitu, kau harus tau mulai dari sekarang, aku—seorang pria yang di hormati di negeri ini, Daniel Artyom, presiden utama Artyom group." Pria itu jelas merasa terpojokkan mendengar jawaban Anna. Baru kali ini ada seorang wanita yang berani membantahnya, bahkan terkesan tidak gentar berhadapan dengannya. Yang mana, setiap wanita berlomba-lomba ingin naik untuk tidur di ranjangnya, untuk mengambil manfaat darinya yang bisa memberikan segala-galanya. Tapi, wanita cleaning service bernama Anna ini nampaknya berbeda. Menarik sekali!

"Baiklah, tuan besar Daniel Artyom yang terhormat, biarkan saya pergi." Anna merasa geli dengan gaya sombong pria yang masih menajamkan tatapan kepadanya. Anna pun segera berbalik mengambil langkah pergi.

Hap!

Tangan Anna tertangkap.

"Kau mau buru-buru kemana? jika kau menemaniku menunggu disini, mungkin aku akan memikirkan untuk menerima maafmu."

Daniel merenggut kembali tangan Anna dengan cengkraman otot yang lebih kuat dari sebelumnya. Ia mulai mengobrak-abrik seluruh sisi tubuh Anna dengan seksama, melalui netra coklatnya yang bergerak liar.

"Tuan, disana ada cctv, sebaiknya anda menjaga sikap sebagai tuan besar yang terhormat." Anna memperingatkan.

"Seorang Daniel tidak akan terpengaruh oleh cctv. Memangnya apa istimewanya benda itu. Kau pikir bisa menggunakannya untuk menakut-nakuti aku? hey nona! Akan lebih baik jika kau nurut saja padaku, membuat aku kesal itu sama saja dengan menghancurkan hidupmu." Daniel menggunakan trik ancaman untuk menundukkan wanita tangguh ini.

"Manusia kelas rendah seperti saya, memangnya bisa di hancurkan oleh apa? anda sendiri bahkan, tidak akan mendapatkan sepersen pun dengan melenyapkan saya."

Daniel terbahak pelan, wanita tanpa rasa takut ini membuatnya tak bisa menimpali. Lalu, ia menggunakan cara yang lain, yang pasti adalah hal yang paling di benci oleh wanita manapun. "Nona, apa kau tau, aku bisa melihat apa yang sedang berusaha kau sembunyikan dari semua orang. Lensa mata hijau milikmu, aku yakin itu asli. Wajah yang ada di balik poni tebal dan kaca mata bulat mu itu tentu saja sangat cantik sempurna. Apalagi tubuh mu yang seksi di balik pakaian yang tertutup ini, tentu saja tidak kalah indahnya."

"....."

"Buah dadamu yang membusung itu, seperti transparan di lensa mataku, bulat sempurna. Bibirmu yang terluka juga terlihat menggairahkan, apakah itu bekas gigitan saat permainan panas mu dengan Boss? aku dengar CEO Devaradis itu lembur semalam di temani seseorang, apakah itu dirimu?"

"....."

"Dan yang paling aku suka darimu adalah proporsi tubuhmu yang tinggi semampai, tidak terlalu kurus juga tidak gemuk. Kulit yang begitu lembut dan putih merona. Aku sangat terpikat oleh bagian di bawah sana dan di atas sini, sangat terbentuk, padat, perfect. Pasti rasanya sangat manis." Sesumbar Daniel, seraya menggelitik telapak tangan Anna dengan jari kelingkingnya, untuk memberikan kode rayuan sekaligus penghinaan oleh ucapan-ucapan yang menjurus kepada pelecehan verbal—untuk menekan mental Anna. Sambil menunggu dengan penuh antusias bagaimana reaksi wanita yang sedang dalam sanderanya. Mustahil seorang wanita akan tenang dalam situasi seperti ini.

Namun harapan Daniel rupanya tidak terkabulkan. Anna tidak menampakkan ekspresi apapun di wajahnya, kosong dan sulit di artikan. Walaupun perasaan di dada wanita cupu itu telah mendidih, terbakar api amarah karena telah terang-terangan di hinakan oleh mulut busuk pria brengsek di depannya ini. Anna bahkan sampai merasa kesulitan bernafas oleh perasaan jijik yang membuatnya ingin muntah. Ia menggigit bibir bagian dalamnya untuk menetralisir rasa sakit di hatinya yang ingin meledak. "Itu saja yang ingin anda katakan, tuan? kalau sudah selesai, saya pergi dulu."

Anna yang sedang berusaha tidak memperturutkan emosinya itu memilih menghindari perdebatan tak berguna ini. Sebaiknya ia segera pergi sebelum ia kehilangan kendali.

"Oh ya, juga gaya bicaramu yang tegas penuh karismatik itu menandakan kau memiliki otak yang di atas rata-rata, dan ketenangan mu ini membuatmu tampak luar biasa dewasa, pengendalian emosi yang sempurna. Tapi mengapa penampilan mu justru memperlihatkan yang sebaliknya? nampak jelek dan bodoh. Apa kau sedang menyamar dengan tujuan tertentu? Atau kau di kirim oleh seseorang untuk datang ke tempat ini sebagai mata-mata?" Pria bermulut sampah itu nampak jauh lebih bersemangat, pergelangan tangan Anna masih tergenggam erat dalam lingkaran jemarinya.

"Bukankah saya yang seharusnya bertanya, apa tujuan anda datang mencari CEO Devaradis? Apa jangan-jangan, kedatangan anda kemari hanya untuk membuat kekacauan?" Anna yang sedang berusaha menormalkan getaran tubuhnya yang sedang di kuasai emosi itu hanya bisa melotot dengan wajah kaku.

"Wah, benar-benar. Kau ini wanita yang sangat menarik." Daniel menjadi semakin tertarik pada Anna. Yang pada awalnya, kedatangannya kemari memang untuk menemui Devan, tapi dalam perjalanan, Revy meneleponnya agar dia memberikan pelajaran pada wanita cleaning service yang bernama Anna. Dan kebetulan wanita ini muncul sendiri tanpa di cari.

"Nona Anna. Bekerjalah padaku, aku bisa memberikanmu uang berpuluh-puluh kali lipat dari apa yang kau dapatkan disini." Setelah jurus pertamanya dan yang kedua pun tidak berhasil meruntuhkan harga diri Anna, ia mulai menggunakan jurus terakhir dengan memberikan iming-iming besar, wanita mana yang tidak menyukai uang.

"Saya memang menyukai uang, tapi saya juga pilih-pilih dari mana saya mendapatkannya. Dan saya tidak tertarik dengan uang anda, tuan. Jadi, tolong lepaskan tangan saya, saya tidak ada waktu untuk menanggapi anda." Anna masih menunjukkan sikap yang normal walau rasanya ingin sekali menendang mulut bajingan ini dengan sepatunya.

"Sombong sekali wanita ini. Kau tau betul bagaimana cara menekan emosi seorang pria. Mari ikut aku ke dalam dan kita lihat sampai dimana letak kesombongan mu itu akan runtuh." Daniel lalu menyeret tangan Anna kembali masuk ke dalam ruangan CEO yang pintunya masih terbuka lebar.

Walau Anna sudah berusaha sekuat tenaga menahannya, tapi tenaga laki-laki ini sangat kuat, sehingga tubuh Anna dengan mudahnya terseret masuk mengikutinya. Dan kini mereka berdua sudah ada di dalam ruangan dengan pintu yang terkunci dari dalam.

"Apa yang ingin anda lakukan? sebelum kesabaran saya benar-benar habis, tolong lepaskan saya." Anna memperingatkan sekali lagi. Pasalnya, ia sudah berada pada titik paling tinggi dalam mengatur kesabarannya, rasionalitasnya, dan juga emosinya.

"'Kalau aku tidak mau?" Daniel berusaha memancing.

"Maka, mari kita bersenang-senang."

"Kau ini—" Daniel nampak semakin kesal karena Anna sama sekali tidak gentar. Meskipun tenaga wanita cupu ini memang tak sekuat seorang pria, tapi dalam nada bicara Anna tertera dengan jelas bahwa dia bisa saja melakukan sesuatu yang tak terduga.

Anna tiba-tiba membuat langkah yang mendekatkan jarak antara dirinya dan Daniel. Ia menggunakan tangan kirinya untuk menggantung pada leher pria yang nampaknya mulai bereaksi menegang akibat dari sentuhan yang begitu halus di tengkuknya.

Rasanya amat sangat menjijikkan bagi Anna, bahkan ia belum pernah berbuat seperti ini sebelumnya pada laki-laki manapun. Rasa muak ini membuat kepalanya seperti tertusuk paku yang tajam.

Meskipun begitu, tidak ada pilihan lain. Anna mulai menjinjitkan kaki, mencoba mencapai telinga Daniel, ia sengaja menghembuskan nafas hangat nan lembut untuk membuai. Anna membuka mulut lebar-lebar, matanya melihat kuping yang mulai memerah ini seperti sepotong kue, menggigit tulang iga yang lunak ini pasti akan terasa sangat menyakitkan, lalu menggunakan kekuatan lutut untuk menerjang area tengah yang mematikan.

Dalam kondisi yang tidak stabil seperti itu, Anna bisa merubuhkan tubuh pria ini dan menangkapnya hanya dengan satu langkah akhir—melakukan kuncian lengan dari belakang untuk menekan pembuluh nadi leher yang membawa darah ke kepala. Kuncian itu bisa membuat aliran darah menuju otak menjadi terganggu, dan membuat pingsan. Lalu Anna akan menyerahkan makhluk menjijikkan ini pada Devan, sebagai hadiah.

Belum sempat Anna melakukan strateginya, terdengar suara langkah kaki berjalan mendekati pintu, ganggang pintu yang bergerak menandakan seseorang sedang mencoba membukanya.

"Devan?" fokus Anna langsung buyar.

Daniel tersadar setelah terhipnotis sejenak, ia menyadari bahwa ia sedang dalam lingkaran tipuan wanita yang nampaknya telah melancarkan permainan yang entah apa tujuannya. Lalu Daniel terpikirkan untuk menggunakan kesempatan ini, untuk membuat sebuah kehebohan disini. Maka, dengan gerakan cepat, Daniel menangkap kedua tangan Anna ketika fokusnya lengah oleh kedatangan Devan, lalu menguncinya ke belakang punggung dengan sebelah tangannya, sedang tangan satunya lagi ia gunakan untuk mencengkram leher Anna.

Yah, Jarang-jarang ia bisa memancing amarah adiknya yang selalu tenang dan nampak mengalah. Mungkin pegawai rendahan ini bisa ia gunakan untuk bermain-main dengan emosi Devan. Menurut informasi dari Revy, nampaknya wanita cleaning service ini telah mengambil perhatian Devan yang berhati dingin.

Tok! Tok! Tok!

Suara pintu di ketuk cukup keras, sebab pintu tidak dapat terbuka walau orang yang di luar sana telah berusaha mencobanya.

"Anna? apa kau masih di dalam?" suara panggilan yang terdengar lembut dari Devan, menambah rasa cemas si pemilik nama yang ada di dalam.

Anna tidak ingin Devan melihat dirinya dalam situasi yang seperti ini. Lagipula, kekuatan Daniel sudah tidak bisa ia imbangi untuk melepaskan diri. Meskipun terlintas pikiran yang sedikit kejam sebagi solusi, tapi Anna tidak mungkin melakukannya dan melukai orang lain. Bagaimanapun juga, Daniel adalah kakaknya Devan, dan dia memang orang yang berkuasa di negeri ini. Satu bukti kekerasan yang dia lakukan pada orang ini, bisa menghancurkan dirinya dan juga Devan. Anna tidak mau bertindak gegabah.

"Anna, apa kau tertidur?" panggil Devan sekali lagi. Ia sedikit hawatir kalau seandainya Anna ketiduran di dalam, sedang ia tahu wanita yang tidurnya seperti batu itu akan sulit di bangunkan.

Anna yang ada di dalam juga tidak bisa menjawab panggilan Devan, karena mulutnya sedang di bekap oleh tangan kekar milik Daniel yang kini dalam posisi meringkusnya dari belakang.

"Anna, apa kau mendengarkan aku? tolong buka pintunya. Anna! Anna...!" kali ini Devan memanggil dengan nada tinggi, sedikit berteriak, sambil terus menggedor pintu.

"Kalau begitu, biar aku ambil kunci cadangannya pada pak Ali." Ucap Devan terdengar jelas. Dan ketika tubuh Devan hendak berbalik pergi, tiba-tiba pintu terbuka lebar dengan sendirinya.

Devan langsung membalik badan, tapi yang tampak di depan matanya adalah pemandangan yang langsung membuat Devan murka dalam sekejap. Melihat tubuh Anna yang berada dalam dekapan Daniel kakaknya, membuat tubuh nya bergetar hingga secara refleks ia berlari masuk ke dalam untuk memisahkan kedua orang itu dengan sekuat tenaga, namun tak berhasil. Tangan Daniel sangat kuat mencengkram pergelangan Anna, sehingga telapaknya mulai nampak membiru.

"Daniel! apa yang sudah kau lakukan pada wanita ini?" tanya Devan memburu. Perasaan trauma seketika menguasai dirinya, mengingat tunangannya yang di ambil darinya oleh pelaku yang sama membuatnya bereaksi cukup berlebihan kali ini. Ia tidak ingin hal itu terjadi juga pada Anna.

"Jadi dugaan ku benar, pria ini adalah Daniel Artyom, kakaknya Devan, adalah orang yang mengirimkan pesan ancaman itu." Batin Anna.

"Aku hanya sedang mengajari wanita ini cara sopan santun." Jawab Daniel dengan senyuman miring.

Devan yang sudah tahu betul kelakukan kakaknya dalam memperlakukan wanita, menjadi naik pitam. Ubun-ubun langsung memanas, sebab dalam dadanya didihan amarah telah menggelegak.

"Lepaskan Anna, bajingan!" Devan berteriak kencang, penuh dengan kekuatan emosi, sampai kedua tangannya menangkap leher Daniel dan mencengkeramnya kuat. "LEPASKAN DIA...!!!"

1
Filanina
Hahaha... hanya kalau ada ayang impotennya sembuh.

btw, ga diceritakan kalau dia selalu teringat 'Anna'?
Filanina
berbaring? Kursinya panjang? Kirain sambil duduk dan bersandar di sandaran kursi.
Evrensya: eh iya, harusnya blm terbaring sih, krna kursinya blm di miringkan sama si pemilik. tengkiyuu koreksinya.
total 1 replies
Filanina
Hari yang panjang... ditambah malam yang panjangkah?
Evrensya: malam yg panjang dgn kesedihan 🥺
total 1 replies
Filanina
Sang multitalenta.
Filanina
udah gede, kenapa nggak pakai baju sendiri?
Evrensya: Harusnya lohh...Pak boss emang banyak tingkah.
total 1 replies
Filanina
sebaper itu ya...
Evrensya: maklum anak poloshh🤭
total 1 replies
Filanina
Adegan seperti ini kayaknya begitu penting di novel wanita.
Evrensya: Kapan lagi ngehalu ngeliat abs cowo cakep klo bukan di novel, plg greget pas nonton Drakor. 🤭
Jadi adegan seperti ini, harus ada😁😁😁
total 1 replies
Cevineine
semangat
Evrensya: yups. makasii....
total 1 replies
Filanina
kalau mandi riasannya luntur dong
Evrensya: nggak mandi, ganti baju seragam cleaning service aja. coz di kritik sama pak Ali karna bajunya kotor abis bersihin taman, 😁
total 1 replies
Filanina
emang Anna bawa baju ganti? 25 menit itu cepat. Dipakai belanja aja habis. masaknya 1 menit apa?
Filanina: iya, baru ingat sempat ganti pakai seragam.
Evrensya: wait.... soal waktu.... aku mau chek2 dulu. emang agak membagongkan. wkwk
total 3 replies
Filanina
kasihan sekali. kerja rodi
Filanina
kebetulan yang masuk akal sih kalau sama suka masakan perancis kayak ibunya.
Filanina
memasak juga? emang OP FL kita. Kirain pilih menu doang.
Filanina
ga ada capeknya dia.
Filanina
Thor, ada sedikit koreksi dari saya tapi sebenarnya khawatir kena mental ngomonginnya. Karena kalau secara penulisan udah cukup oke, biasanya saya melirik unsur lain.

Saya tahu banget kalau kritik dan saran pembaca itu bisa menjatuhkan mental penulis.

kalau kamu cuma sekedar nulis buat hobi dan hiburan diri sendiri ya sudah tidak perlu saya bilang.

kalau kamu mau lebih baik lagi di karya berikutnya atau suka merevisi, saya mau bilang.

for your own good. pilihan di tanganmu.
Filanina: Baiklah saya katakan aja yang mengganjal di pikiran saya adalah kepribadian Anna. Anna terlalu kuat untuk seseorang yang tidak punya support system.

Kecerdasan sosial itu membutuhkan pengalaman interaksi sosial yang cukup dan support system yg bagus. Dan itu Anna tidak punya. Normalnya, sepintar apapun orang, sebanyak apapun buku yang dia baca, ketika dia bertahun-tahun tidak berinteraksi dengan orang lain, dia akan gagap dan gugup ketika bertemu orang secara real life.
Kecuali dia punya support system yang bagus banget, yang meninggikan kepercayaan dirinya, berupa keluarga. Ini justru keluarganya toxic, merendahkan dia.

Jadi dari mana Anna dapat kekuatan?

Sebenarnya kamu bisa siasati bagian plot hole seperti ini dengan menambahkan beberapa elemen atau karakter lain yang menjadi role model Anna.

Semoga bisa mencerahkan, bukan menyuramkan.
Filanina: Panduan nulis yang benar blm tentu laku. Zaman sekarang beda ya. Novel yang laku bukan novel yang bagus, tapi yang sesuai selera pembaca. Dan seperti itulah selera pembaca sekarang, yang kurang literasi.

Saya udah kadung prefesionis dalam hal tulis menulis atau bahkan cerita. Tapi ini blm tentu disukai. Dan sebagian orang menganggap itu tak penting. Toh ini cuma fiksi. Yang saya maksud adalah logika cerita. Bahkan novel fantasi pun ttp punya logika cerita.

Dulu saya nulis buat sinetron, dan logika itu ga laku. Ga seru. Ini cuma cerita, ga usah terlalu berlogika. Itu sih kata orang.
total 6 replies
Filanina
dapat alasan buat manggil Anna tuh.
Filanina
revy itu masih yang dulu atau beda ya
Evrensya: Masih tunangannya yg dlu.
total 1 replies
Filanina
diriku yang buta fashion hanya bisa melongo.
Filanina
/Shame/ Pak Ali, sangat pintar memuji.
Filanina
Hahaha... silau man.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!