Feng Yan seorang pemuda yang tadinya di anggap jenius telah membangkitkan jiwa beladiri berupa manik hijau misterius yang tidak pernah di kenali dan tidak memiliki tingkatan kualitas sehingga semua orang mulai memandang rendah dirinya. dari yang tadi jenius yang di puja kini berubah menjadi sampah yang di pandang rendah.
tahun demi tahun berlalu. Feng Yang tidak pernah berputus asa hingga suatu hari dia kembali dengan kekuatan yang luar biasa. dia bangkit dengan kekuatan yang menggemparkan Dunia.
ikuti terus perjalanan Feng Yan untuk menjadi yang terkuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Berita Buruk.
Bab 22. Berita Buruk.
Feng Yan pada akhirnya menjadi Raja Penguasa Hutan Senyap. Dengan Ling Zilan dan Hong Meng di sisinya. Dia menjadi eksistensi paling mengerikan di seluruh Benua langit biru. Ling Zilan dengan wujud Serpent Froze Dragon dan Hong Meng dengan kekuatan sihir Replikanya yang mengerikan sudah pasti akan membuat siapapun gemetar ketakutan.
Saat ini usainya 16 tahun dengan tingkat kekuatan tahap kesengsaraan level 1. Ya. Dia telah berhasil menerobos batasannya setelah pertarungannya yang brutal dengan Hong Meng. Memberinya banyak sekali ilmu ilmu baru tentang cara memanfaatkan kekuatannya dengan baik. Salah satunya menggabungkan elemen api dengan elemen kegelapan yang ternyata bisa menciptakan api hitam.
Feng Yan duduk bersandar di bawah naungan pepohonan raksasa di Hutan Senyap, tempat yang telah menjadi rumahnya selama bertahun-tahun. Hutan itu tenang, hanya suara dedaunan yang bergesekan tertiup angin yang menemani pikirannya. Matahari terbit di kejauhan, menyinari lembut kanopi pohon-pohon tinggi, menciptakan bayangan yang melintasi wajahnya.
"Empat tahun..." gumamnya sekali lagi, mengenang perjalanan panjangnya hingga ke tempat ini. Di sini, ia menemukan kedamaian, namun juga rasa terasing. Hutan Senyap mengajarinya banyak hal,tentang kesunyian, ketabahan, kekeluargaan dan rahasia alam yang tersembunyi. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu waktunya sudah tiba.
Tanpa keraguan lagi,dia segera bangkit dari tempat duduk dan bergumam dengan lembut "Dunia luar... sudah saatnya aku kembali."
Dengan satu langkah ke depan, Feng Yan mulai perjalanan barunya, meninggalkan Hutan Senyap di belakang, menuju petualangan yang menantinya di dunia yang tak lagi dia kenal.
Feng Yan mendekati Paman Hong yang sedang duduk di depan pondok sederhana di tepi Hutan Senyap. Meski usianya sudah lanjut, aura ketenangan dan kebijaksanaan yang terpancar dari Paman Hong membuat Feng Yan selalu merasa nyaman. Mata tua Paman Hong terangkat, memperhatikan Feng Yan dengan pandangan penuh pengertian sebelum pria muda itu sempat membuka mulut.
"Paman Hong, mungkin sudah saatnya aku pergi," ucap Feng Yan dengan suara lembut namun mantap. "Aku titip Hutan Senyap kepadamu. Jika ada sesuatu yang tak bisa kau atasi, pecahkan Giog ini," katanya seraya menyerahkan sebuah benda kecil yang tampak seperti bola kristal berukir halus.
"Giog ini mengandung jejak jiwaku. Aku bisa bertukar tempat dengan cepat, tak peduli sejauh apapun jaraknya, jika kau memecahkannya."
Paman Hong mengamati Giog tersebut sejenak sebelum menerima benda itu dengan hati-hati.
"Kau selalu berhati-hati, Feng Yan. Hutan ini sudah aku lindungi dengan baik selama bertahun-tahun. Jangan khawatir, aku akan menjaga tempat ini dengan baik. Aku titip Zilan kecil padamu." Jawabnya dengan nada penuh kasih sayang.
Feng Yan tersenyum, menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Meskipun kini dia adalah Raja Hutan Senyap, sikap rendah hatinya tak pernah berubah. Hubungannya dengan Paman Hong sudah seperti keluarga, dan ia selalu menghormatinya layaknya seorang ayah.
"Paman Hong, jaga dirimu baik-baik. Aku akan segera kembali jika kau membutuhkanku," Katanya dengan tulus sebelum berbalik, melangkah menjauh, bersama Ling Zilan siap menempuh perjalanan panjang keluar dari Hutan Senyap.
Tatapan Ling Zilan juga sangat rumit, hingga akhirnya dia mengatakan sesuatu.
"Jaga dirimu..Ayah!" Ucapnya sambil berbalik pergi tanpa menoleh ke belakang.
Seketika itu juga tubuh Hong Meng bergetar hebat. Ini pertama kalinya dia panggil dengan sebutan ayah, tak terasa air matanya mengalir.
"Dasar Zilan kecil. Bisa bisanya membuatku menangis." Ucapnya sambil mengusap air matanya. Hong Meng menatap punggung Feng Yan yang semakin jauh, dengan senyum tipis penuh arti.
Sosok pemuda yang berhasil mengalahkannya itu akan membuat legenda baru di Dunia luar.
Setelah berpamitan dengan Paman Hong, Feng Yan menepati janjinya untuk pergi ke wilayah Serigala Petir. Ketika dia tiba, sambutan megah dari kawanan serigala membuatnya merasa dihormati. Raja Serigala Petir, yang pernah menjadi sekutu dekatnya, menyambutnya secara pribadi.
Aura kekuatan yang baru terasa dari sang Raja Serigala menandakan peningkatan besar dalam kekuatannya, kini berada di tingkat 7 yaitu tahap kesengsaraan level 2.
Selama beberapa hari, Feng Yan menikmati keramahan di wilayah Serigala Petir, berbincang-bincang dengan sang Raja Serigala. Ketika akhirnya Feng Yan mengutarakan niatnya untuk meninggalkan Hutan Senyap, raut wajah Raja Serigala berubah sedih.
"Berhati-hatilah, Raja," ujarnya saat berubah menjadi sosok lelaki tampan dan gagah.
"Kami di sini akan setia menunggu kedatanganmu."
Feng Yan hanya mengangguk kecil, namun tersirat kebanggaan dan rasa terima kasih dalam dirinya. Saat Raja Serigala menceritakan hubungan harmonisnya dengan kawanan Beruang, Feng Yan merasa puas.
"Bagus kalau begitu. Karena kamu sekarang sudah berada di tingkat tujuh, tolong bantu aku menjaga kedamaian hutan ini. Buat aturan ketat agar semua hewan tidak berbuat seenaknya. Disiplinkan siapapun yang membangkang," Kata Feng Yan tegas.
Raja Serigala Petir mengangguk patuh. Ia memahami betapa pentingnya menjaga harmoni di hutan yang telah lama menjadi tempat perlindungan bagi banyak makhluk.
Setelah tinggal selama tiga hari, Feng Yan berpamitan. Dia kemudian mengunjungi wilayah pemukiman para Beruang Hitam dan Kera Tulang Besi, masing-masing selama lima hari. Kehadirannya disambut penuh hormat, meskipun ada rasa takut yang menggelayuti para penghuni hutan.
Terutama ketika mereka melihat Ling Zilan, sosok pendamping Feng Yan yang memiliki aura mengerikan. Naluri hewan buas memang tajam, meski Ling Zilan tak melakukan apa pun, tubuh mereka gemetar ketakutan.
Saat ini kekuatan Ling Zilan telah berada di tingkat 8 yaitu tahap setengah Dewa level 5. Bayangan berapa mengerikannya kekuatan dari mahluk setengah Naga dengan kekuatan setengah Dewa.
Feng Yan memanfaatkan waktunya di sana untuk memastikan kedamaian tetap terjaga. Dia memberikan arahan dan nasihat kepada para pemimpin hewan, menekankan pentingnya menjaga ketertiban dan keharmonisan.
Setelah memastikan semuanya berjalan sesuai harapannya, Feng Yan bersiap untuk melanjutkan perjalanan keluar dari Hutan Senyap, membawa tekad dan tanggung jawab yang lebih besar.
Feng Yan berdiri di depan gerbang Kerajaan Naga Emas, antri bersama orang-orang lain, namun hatinya entah kenapa tiba tiba dipenuhi kekhawatiran. Di sampingnya, Ling Zilan, yang memakai cadar, berusaha menyembunyikan kebingungannya pada awalnya. Tapi saat mendengar jawaban Feng Yan, hatinya menghangat dan wajahnya bersemu merah. Feng Yan berkata
"Tidak boleh ada yang melihat wajah cantik Zilanku." Ucap nya sambil tertawa.
kembali ke Feng Yan.
Entah kenapa tiba tiba dia merasakan firasat buruk yang sangat tidak nyaman. Dia tiba tiba menjadi sangat khawatir, dan kekhawatiran yang lebih dalam mulai menggerogoti hati Feng Yan saat ia mendengar percakapan dua orang di depan barisan. Kabar buruk tentang Keluarga Cabang Klan Feng membuat jantungnya berdegup kencang.
"Hei, apakah kau sudah mendengar berita Keluarga Cabang Klan Feng yang di ambang kehancuran?" Tanya seorang pria.
"Oh iya, aku mendengarnya. Itu semua karena Feng Tian jatuh cinta pada seorang jenius yang disukai oleh keturunan langsung dari keluarga utama Klan Feng," Jawab temannya.
Feng Yan merasa seolah dikhianati oleh waktu. Setiap kata yang didengarnya seperti jarum yang menusuk hatinya. Semakin mendengar cerita itu, semakin kuat rasa takutnya.
"Nasib Feng Tian sangat buruk," ujar yang lain.
"Meskipun dia sudah menyerah dan meminta maaf, keturunan utama itu tidak terima. Dia menghapus kultivasi Feng Tian. Dantiannya dihancurkan dan dua kakinya dibuat cacat. Bahkan Feng Han Sang Patriak Keluarga juga terluka parah."
Kekhawatiran mulai menjalar dalam diri Feng Yan. Bayangan ayahnya, Feng Han, dan sepupunya, Feng Tian, terlintas di pikirannya.
"Apakah mereka baik-baik saja? Apakah ayahku selamat?" pikirnya dalam hati. Setiap detak jantungnya terasa semakin cepat, semakin menyakitkan. Kemarahan dan ketakutan bercampur, seolah memunculkan gelombang energi yang tak bisa dia kendalikan.
Keterpurukan keluarganya membuat tubuhnya bergetar, dan dalam sekejap, semua yang ada di sekitarnya terasa tidak nyata.
Namun suara kerumunan kembali terdengar.
"Nasib Patriak Feng Han sungguh malang. Demi melindungi seluruh anggota keluarganya dantiannya juga ikut di hancurkan dan kultivasinya di hapuskan." kata salah satu dari mereka.
Mereka juga mengecam kelakuan keluarga utama yang begitu kejam padahal Cabang Klan Feng adalah bagian dari Klan mereka juga. Tapi jika di fikir fikir lagi beginilah Dunia kultivasi. Sangat keras dan kejam. Dimana kekuatan menjadi tolak ukur untuk menentukan hidup dan mati orang lain. Yang kuat berkuasa yang lemah di tindas.
Mendengar itu semua tubuh Feng Yan langsung bergetar hebat, matanya menjadi merah darah. Fikirannya kacau amarah yang begitu besar menyelimuti hatinya. hingga akhirnya..
BOM!
Fluktuasi energi yang luar biasa dahsyat dari tahapan kesengsaraan meletus sepenuhnya. Seluruh area bergetar hebat, gempa dahsyat pun menyebar. Rasa panik membanjiri pikirannya, dan ia berusaha untuk tetap tenang, tetapi hatinya berteriak.
"Ini semua salahku," bisiknya, merasa terasing. "Kalau saja aku bisa membantu mereka, kalau saja aku bisa melakukan sesuatu. Kalau saja aku datang lebih cepat."
"Emosi yang meluap-luap dalam dirinya membuatnya hampir tidak bisa bernapas, membayangkan seluruh anggota keluarga yang mungkin sedang berjuang dalam bahaya. Keinginan untuk melindungi mereka, untuk menyelamatkan mereka dari nasib yang lebih buruk, menguasai pikirannya. Saat memikirkan orang orang yang menyakiti keluarganya.
Aura pembunuh yang begitu pekat dan kejam membumbung tinggi ke langit. Seluruh area bergetar hebat dan gempa dahsyat pun menyebar.
BOM!
Kali ini tekanan yang lebih kuat lagi menimpa semua orang. Aura kekerasan dan haus darah dari Naga hijau dan Gajah Prajna langsung menyelimuti seluruh tempat.
Bahkan Ling Zilan ikut gemetar ketakutan di bawah penindasan dua hewan mitos yang keluar dari tubuh Rajanya.
Semua orang merasakan sesak nafas. Mereka merasa tertindas oleh kekuatan yang begitu dahsyat. Kekuatan yang membuat mereka merasa akan mati saat itu juga.
Saat Feng Yan di tengah tengah emosi yang menguasainya .
Manik hijau di dalam lautan jiwanya dan bergetar menyebarkan cahaya hijau keemasan yang membuatnya perlahan lahan menjadi tenang.
Setelah dia tenang, dia menarik nafas dalam dalam dan menyebarkan aura penyembuhan dari dalam tubuhnya sehingga kondisi semua orang pulih dengan cepat.
Semua orang bernafas lega saat hawa sejuk mengalir ke dalam tubuh mereka, menyembuhkankan luka dalam dan luka lama. Mereka juga bersyukur aura kematian itu tidak lagi terasa.
Meskipun demikian semua orang saat ini terdiam menatap sosok pemuda asing mengeluarkan aura mengerikan dari dalam tubuhnya. Mereka tidak berani mengatakan apa apa lagi. Bahkan penjaga gerbang juga gemetar di seluruh tubuhnya.
Singkat cerita Feng Yan dan Zilan segera melangkah masuk ke dalam Kota, tapi sebelum itu dia meletakkan 2 batu roh tingkat tinggi di atas meja tempat penjaga itu berada.
Feng Yan dan Ling Zilan segera melesat ke arah Kediaman Keluarga Cabang Klan Feng. Jantung Feng Yan berdebar semakin kencang, khawatir dengan kondisi keluarganya. Setibanya di depan gerbang, ia melihat seorang pria paruh baya berusia sekitar 50 tahun yang menjaga gerbang dengan tatapan serius.
Melihat kedatangan sosok asing, pria paruh baya itu segera bersikap waspada dan bertanya, "Berhenti di sana! Siapa kamu?"
Feng Yan yang mengenali pria itu langsung tersenyum dan menyapa, "Apa kabar, Paman Bai Tua?"
Tubuh pria paruh baya itu langsung bergetar hebat saat mendengar panggilan yang sangat ia kenal. "T-Tuan Muda Feng Yan, apakah benar ini Anda?" tanyanya dengan suara bergetar, masih tidak percaya.
Pria tua itu adalah Feng Bai, penjaga setia keluarga, dan "Bai Tua" adalah panggilan khusus yang Feng Yan ciptakan untuknya. Feng Yan tersenyum dan mengangguk
"Ya, Paman Bai Tua, ini aku. Maaf karena baru bisa kembali."
Feng Bai masih terkejut, namun senyumnya mulai muncul. "Tuan Muda, seluruh keluarga sudah lama menantikan kepulangan Anda. Kami khawatir akan keselamatan Anda setelah kejadian itu..."
Sebelum Feng Bai bisa melanjutkan, Feng Yan melangkah maju dengan tekad kuat.
"Paman, aku di sini sekarang, dan aku akan memastikan semuanya baik-baik saja. Bagaimana kondisi keluarga?"
Feng Bai terdiam sejenak, raut wajahnya berubah muram. "Kondisi keluarga... tidak seperti dulu, Tuan Muda. Klan Feng menghadapi banyak masalah sejak kepergian Anda. Tapi kami masih bertahan." Ucapnya masih menutupi apa yang sebenarnya terjadi meskipun dia tahu itu tidak berguna.
Kecemasan Feng Yan semakin mendalam. Ling Zilan yang berada di sampingnya, dengan lembut meletakkan tangan di bahunya, memberi dukungan.
"Kami akan segera memperbaiki semuanya," Katanya tenang.
Feng Bai akhirnya membuka gerbang besar Klan Feng dan mengangguk penuh hormat.
"Silakan masuk, Tuan Muda. Semua orang pasti akan terkejut dan senang melihat Anda kembali."
Feng Bai yang diliputi kegembiraan tidak bisa lagi menahan diri. Dia segera berteriak dari luar gerbang dengan suara lantang.
"Tuan Muda Feng Yan telah kembali! Tuan Muda Feng Yan telah kembali!"
Teriakan itu menggema di seluruh kediaman, membuat semua orang terkejut. Seolah disambar petir di siang bolong, nama yang tabu untuk disebut selama bertahun-tahun tiba-tiba terdengar lagi.
Nama yang membawa kenangan pahit dan kesedihan mendalam bagi keluarga Klan Feng. Selama ini, menyebut nama Feng Yan hanya akan membuka luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.
Namun, sebelum siapa pun bisa berkomentar, seorang pemuda tampan berusia sekitar 16 tahun melangkah masuk melalui gerbang. Wajahnya memancarkan ketampanan alami, tubuhnya tegap dengan tinggi sekitar 175 cm.
Aura tenangnya memancarkan kehangatan, dan suaranya yang lembut namun penuh percaya diri menggema di udara, seakan menyapa semua orang dengan keakraban yang tak terlupakan.
"Halo semuanya, apa kabar? Aku, Feng Yan, telah kembali," Ucapnya dengan senyum hangat yang menghiasi wajahnya.
Semua orang yang mendengarnya terpana. Mereka tak bisa mempercayai mata dan telinga mereka. Feng Yan yang mereka pikir sudah tak akan pernah kembali, kini berdiri di hadapan mereka, hidup dan sehat. Senyuman dan suara lembutnya mengingatkan semua orang akan masa-masa yang dulu penuh dengan kebahagiaan.
Semua orang segera berkerumun seperti lebah, menyambut Feng Yan dengan antusias. Mereka menyapa dan memanggil namanya, seolah tak percaya bahwa sosok yang mereka rindukan telah kembali.
Namun, suasana hangat itu perlahan berubah. Wajah-wajah yang tadi penuh kegembiraan mulai memudar, digantikan oleh ekspresi sedih dan marah ketika mereka mengingat kondisi para tetua, terutama Patriark keluarga dan Tuan Muda Feng Tian, sepupu Feng Yan.
Feng Yan bisa merasakan perubahan suasana itu. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan emosi yang mulai bergejolak di dalam dirinya. Meski hatinya berat, dia tahu bahwa sekarang bukan saatnya untuk larut dalam perasaan. Ada tanggung jawab yang menantinya, dan keluarga membutuhkan kehadirannya lebih dari sebelumnya.
Akhirnya, dengan nada yang tenang dan pelan, Feng Yan berkata, "Ayo masuk, antar aku menemui Ayah dan yang lainnya."
Kata-katanya penuh ketegasan namun lembut, menunjukkan bahwa dia siap menghadapi apa pun yang menunggu di dalam. Semua orang mengangguk penuh hormat, membuka jalan bagi Feng Yan untuk masuk, sementara hati mereka dipenuhi harapan baru dengan kembalinya sosok yang pernah mereka anggap sebagai penerus masa depan Klan Feng.
terlalu lama bulet di sini aja hadeh lebih baik cabut by by by