Istri yang tak dihargai adalah sebuah kisah dari seorang wanita yang menikah dengan seorang duda beranak tiga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sulastri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus bisa mandiri
Dengan keadaan yang semakin sulit dan Dody yang seakan tidak peduli, Hesti mulai berpikir keras tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidupnya dan bayi yang akan lahir.
Hesti merenung di rumah, melihat uang sisa yang ada "Dody hampir tidak pernah ada di rumah dan kalau pulang hanya memberi sedikit uang. Aku harus mencari cara untuk mencukupi kebutuhan hidupku dan bayi."
Hesti mulai mencari berbagai cara untuk mendapatkan uang tambahan. Ia mempertimbangkan beberapa opsi, termasuk mencari pekerjaan sampingan atau memulai usaha kecil-kecilan.
Hesti menggunakan komputer atau ponsel, mencari lowongan pekerjaan "Aku perlu mencari pekerjaan tambahan atau usaha yang bisa aku lakukan dari rumah. Setidaknya ada sedikit pendapatan untuk menambah kebutuhan sehari-hari."
Hesti juga mulai berbicara dengan teman-teman atau kenalan untuk mencari informasi tentang peluang kerja atau bantuan yang mungkin tersedia.
Hesti berbicara dengan Ana, sahabatnya "Ana, aku benar-benar butuh bantuan. Aku sedang mencari cara untuk mendapatkan uang tambahan. Ada saran atau informasi tentang pekerjaan atau usaha yang bisa aku lakukan?"
"Aku paham, Hesti. Mungkin kamu bisa coba pekerjaan paruh waktu atau usaha kecil-kecilan. Aku bisa bantu cari info kalau kamu mau."
Hesti mulai mengambil langkah-langkah untuk mencari pekerjaan tambahan atau memulai usaha kecil. Ia merasa tertekan dan lelah tetapi tahu bahwa dia harus berjuang demi masa depannya dan bayi yang akan lahir.
"Aku harus kuat dan terus berusaha. Ini demi masa depan bayi dan diriku sendiri."Kata Hesty dalam hati
Dengan tekad yang kuat, Hesti berusaha keras mencari solusi untuk mengatasi situasi keuangannya, sambil terus berharap Dody akan lebih bertanggung jawab di masa depan.
Hesti terus berjuang untuk mendapatkan tambahan penghasilan demi mencukupi kebutuhan hidupnya dan bayi. Ia mulai mencari berbagai peluang dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Hesti: meneliti peluang usaha kecil di internet. Ada beberapa ide usaha yang bisa aku coba dari rumah. Mungkin bisa mulai dengan jualan online atau menawarkan jasa tertentu."
Hesti memutuskan untuk memulai usaha kecil-kecilan, seperti menjual produk secara online dan menawarkan jasa yang bisa dilakukan dari rumah. Ia mengatur waktu dan tenaga dengan bijak untuk memaksimalkan usaha ini.
Hesti mempromosikan produknya di media sosial "Saya baru memulai usaha jualan online. Ada beberapa barang yang mungkin kalian butuhkan. Mohon dukungannya ya!"
Dalam usaha untuk mendapatkan uang tambahan, Hesti juga memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya, seperti membuat kerajinan tangan atau menawarkan layanan seperti menjahit.
Hesti berbicara kepada tetangga "Saya juga bisa menjahit. Jika ada yang membutuhkan jasa jahitan, bisa hubungi saya. Harga terjangkau dan hasilnya memuaskan."
Di sisi lain, Dody masih sering tidak pulang dan hanya memberi sedikit uang saat kembali. Hesti merasa semakin kesulitan untuk mengandalkan Dody.
Hesti menunggu Dody pulang, merasa kecewa "Dia semakin jarang pulang dan tidak peduli dengan kebutuhan kita. Aku harus lebih mandiri dan tidak bergantung padanya."
Dengan segala usaha yang dilakukan Hesti, ia mulai merasakan hasilnya, meskipun masih sulit. Ia bertekad untuk terus berjuang demi masa depan dirinya dan bayi.
"Walaupun sangat melelahkan, aku merasa sedikit lega karena bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Terima kasih atas dukungannya."kata Hesty di satu kesempatan dengan Ana sahabat nya
"Aku senang mendengar kamu mulai mendapatkan hasilnya. Terus semangat, Hesti. Kamu pasti bisa melalui ini semua."
Hesti tetap fokus pada tujuannya untuk memberikan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan bayi. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, ia berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan dan menciptakan masa depan yang lebih stabi
Usia kandungan Hesti kini menginjak 8 bulan. Hesti merasa sedih karena tidak ada perayaan empat bulanan atau tujuh bulanan seperti biasanya. Ia juga merasa teringat akan keluarganya di kampung, terutama anaknya yang kini mulai sekolah.
Hesti merenung di rumah "Seharusnya aku merasa bahagia dengan kehadiran bayi ini. Tapi rasanya tidak lengkap tanpa perayaan atau dukungan seperti yang biasanya dilakukan."
Hesti juga merasa tertekan karena sejak menikah dengan Dody, ia semakin jarang mengirimkan uang untuk anaknya di kampung. Ia merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya seperti sebelumnya.
Hesty memikirkan anaknya di kampung"Anakku sudah mulai sekolah. Aku merasa bersalah karena tidak bisa memberi lebih banyak untuk kebutuhan sehari-harinya. Aku bahkan belum mengirimkan uang untuk jajan atau keperluan sekolahnya."
Hesti mencoba untuk menghubungi keluarganya di kampung, terutama ibunya, untuk mengetahui bagaimana keadaan anaknya.
Hesti menelpon ibunya "Bu, bagaimana keadaan anakku? Apakah dia baik-baik saja? Aku sangat merindukannya."
"Dia baik-baik saja, Hesti. Tapi dia sering bertanya-tanya tentang ibunya. Kami berusaha yang terbaik untuknya, tetapi dia jelas merindukanmu."sahut ibunya Hesty diseberang telpon.
Hesti merasa hati nuraninya tergerak dan semakin merasa bersalah. Ia bertekad untuk mencari cara agar bisa mengirimkan uang dan memberikan lebih banyak perhatian kepada anaknya di kampung.
"Aku harus mencari cara untuk mengirimkan uang dan memenuhi kebutuhan anakku. Dia pantas mendapatkan yang terbaik, dan aku tidak boleh melupakan tanggung jawabku sebagai ibu.Hesty dalam hati.
Dengan dukungan dan tekad yang baru, Hesti berusaha untuk menyeimbangkan tanggung jawabnya antara anaknya di kampung dan kebutuhan hidupnya di kota. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, ia tetap berfokus pada kesejahteraan anaknya dan bayi yang akan segera lahir.
Hesti merasa sedih dan kecewa karena hingga saat ini usia kandungan sudah 8 bulan, ia belum mampu membeli peralatan bayi yang diperlukan. Ia merasa teringat pada keluarganya di kampung dan semakin menyesal karena tidak dapat mengirimkan uang untuk anaknya di kampung.
Hesti melihat barang-barang bayi yang belum lengkap .Rasa perih menyelinap dalam hati "Rasanya sangat berat melihat bayi ini akan lahir dalam waktu dekat, tetapi aku belum bisa membeli peralatan yang dibutuhkan. Aku merasa tidak siap dan kecewa."
Hesti juga merasa bersalah karena sejak menikah dengan Dody, ia tidak bisa mengirimkan uang lebih banyak untuk anaknya di kampung. Ia merasa tertekan dan menyesal karena tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya yang kini mulai sekolah.
Hesti mengingat anaknya di kampung "Aku sudah lama tidak mengirimkan uang untuk anakku. Aku merasa sangat bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuknya, terutama sekarang saat ia mulai sekolah."
Hesti mencoba untuk berbicara dengan Dody mengenai masalah ini, berharap bisa mendapatkan dukungan.
Hesti dengan nada putus asa.Hesty berkata penuh rasa kawatir"Dody, aku sangat kesulitan. Aku belum bisa membeli peralatan bayi yang penting, dan aku merasa bersalah karena tidak bisa mengirimkan uang untuk anakku di kampung. Aku butuh bantuan dan dukungan Namun Dody seolah menghindar untuk diajak bicara
Dody semakin ngga bisa diajak kompromi..
Malam tidak pulang, sekalipun pulang,subuh baru pulang lalu tidur dan sore hari baru bangun
Akhirnya Hesty mulai mencari cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan peralatan bayi, seperti mencari bantuan dari teman, atau memanfaatkan barang bekas yang masih layak pakai.
"Ana, aku sangat butuh bantuan. Aku belum bisa membeli peralatan bayi dan merasa sangat kesulitan. Mungkin ada yang bisa aku pinjam atau beli dengan harga murah?"kata Hesty kepada sahabatnya Ana.
"Ana aku akan coba bantu cari solusi, Hesti. Kita bisa coba cari barang bekas atau pinjam dari teman. Yang penting, kita tetap mencari cara agar kamu siap untuk kelahiran bayi."
Dengan dukungan teman dan tekad yang kuat, Hesti terus berjuang untuk menghadapi tantangan ini, sambil berharap bahwa segala kesulitan yang dihadapinya akan membaik dan bayi yang akan lahir bisa mendapatkan perawatan yang layak.