"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian Tak Terduga
Pagi yang syahdu, diiringi rintik hujan gerimis membuatku rindu tidur dipelukan Ibu. Rasanya malas sekali untuk bangun, kalau saja tidak mengingat jika sekarang adalah hari pertama kerja.
Aku masih tinggal di rumah kos yang lama. Jika tidak segera bersiap, pasti nanti akan terlambat sampai. Memperhitungkan jarak tempuh dengan kendaraan bus memakan waktu hampir 2 jam. Untuk itu setelah subuh, aku sudah harus siap berangkat. Terlalu pagi? Mungkin benar, tapi itulah aku yang tidak pernah punya riwayat terlambat datang. Dimanapun dalam acara apapun.
Setibanya ditempat kerja, aku langsung membaur dengan teman-teman lainnya. Ternyata ada banyak staf, bukan hanya kak Yati dan kak Rosa. Tapi ada beberapa pria yang cenderung terlihat bapak-bapak dan beberapa staf perempuan lain yang kurang lebih seumuran dengan ku.
"Kamu anak baru itu ya, kenalkan namaku Dewi. Semoga betah ya," Katanya dengan senyum sinis.
"Salam kenal kak Dewi, aku Echa," Jawabku biasa karena aku tidak tahu maksud senyumannya itu. Ramah sih, tapi seperti tidak tulus. Beda dengan kak Yati dan kak Rosa saat kemarin menyapa ku.
"Disini, harus bisa gesit, harus bisa apa saja. Tidak boleh pilih-pilih pekerjaan, dan harus bersedia membantu SENIOR," lanjutnya lagi dengan menekankan kata senior.
"Berasa mau ospek, padahal kuliah aja belum. Tapi senioritas sudah harus aku lewati kalau mau awet," ucapku dalam hati.
"Baik kak," jawab ku asal, lah bingung juga mau jawab apa. Belum apa-apa udah bau perundungan. Aku yang terbiasa diremehkan dan dibully karena miskin, udah bisa menebak alur pikiran kak Dewi.
"Sudah jangan ngobrol saja, Echa kemarin Bos berpesan untuk kamu belajar dari bawah. Kamu harus mengenali dulu produk yang kita jual, baru kamu bisa menjadi admin yang benar," ketika kak Yati datang dan berbicara, kak Dewi langsung pergi begitu saja tanpa kata.
"Kamu tidak usah merasa bingung, suatu saat kamu pasti akan tahu karakter teman-teman se kantor kita ini," lanjut kak Yati.
"Baik kak saya langsung ke gudang dulu ya sambil ijin membawa buku panduan ini," kata ku antusias.
Selanjutnya, aku benar-benar belajar dari dasar sekali. Karena dunia kerja saat ini adalah dunia yang baru untuk ku. Aku memang terbiasa berdagang ketika membantu Ibu menjual kue-kue nya. Tapi kini, yang aku pegang bukan kue, melainkan besi. Sungguh sangat jauh berbeda, dari sesuatu yang empuk dan enak dimakan. Sekarang harus menghafal aneka bentuk besi yang keras dan berat.
"Huff, apa ini? Mengapa ada rumusan matematika disini?" Gumam ku pelan tapi terdengar oleh kepala mandor yang bertugas menemani aku belajar.
"Iya, kamu wajib pandai matematika guna menghitung berat besi dan volume besi." Jawab pak mandor yang bernama Herman.
"Baik pak Herman," Jawabku lagi.
Dan bla bla bla penjelasan dari ujung kanan sampai ujung kiri. Aku perhatikan satu persatu, aku amati dan aku hafalkan dengan seksama. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan untuk awal aku menggapai kesuksesan
"Setelah uang terkumpul, aku akan segera mencari universitas yang menerima calon mahasiswi seorang karyawati. Tidak mengapa jika pun harus kuliah malam." Kata ku dalam hati.
Beberapa jam berlalu dan kini tiba waktu istirahat makan siang. Aku langsung beberes meja, dan pamit keluar untuk membeli nasi ke warung. Hari pertama kerja, aku masih harus meraba waktu. Setelah ini, aku bisa mengatur waktu pagi untuk memasak. Kalau tiap hari makan harus beli, tentu saja itu namanya pemborosan.
Menjelang sore hari, kesibukan kantor semakin padat. Aku yang masih baru tentu saja kaget dan sangat kerepotan. Tapi semua terlewati dengan baik berkat bantuan dari kakak senior yang baik hati.
Dimanapun itu tidak semua orang akan bersikap baik meskipun kita melakukan kebaikan. Akan ada jiwa julid yang mengganggu ketenangan kita.
"Kamu dari desa ya Cha, pantas saja kamu kampungan. Udah bahasa medok, cara berpakaian pun jelek banget sih. Dasar ndeso, aneh banget si Bos ini banyak pelamar berbakat dari kota justru milih anak kampung," hina kak Dewi tiba-tiba. Perasaan aku tidak mengusik atau menyinggung dia. Kenapa dia seakan merasa tidak senang dengan kehadiran ku.
"Maaf kak, memang aku berasal dari kampung. Tapi setidaknya aku punya attitude, dan tidak suka bersikap julid,"Jawabku tak kalah sinis.
Aku memang pendiam, tapi aku bukan wanita lemah yang akan diam saja ketika ditindas. Mungkin juga aku tak sepadan dengan kak Dewi, tapi aku akan terus melawan jika aku merasa benar. Benar dalam artian sebenarnya ya, dan bukan mencari pembenaran. Itulah diriku apa adanya.
Tiba waktunya pulang, seperti biasa aku harus ke terminal dan mencari bus. Setelah ini aku akan mencari rumah kos yang deket dengan kantor saja. Biar hemat ongkos juga untuk menjaga supaya badan tidak mudah capek.
Didalam bus, tempat favoritku adalah kursi belakang dan duduk dekat jendela. Aku suka sendirian, tapi itu tak berlangsung lama. Ada seorang bapak-bapak yang datang duduk di kursi sebelahku. Padahal masih banyak kursi yang kosong. Ada yang tidak wajar dengan bapak ini, dia duduk semakin mepet kearahku. Dan benar saja, dia hendak melakukan perbuatan asusila.
"Ya Alloh Ya Rabb lindungi aku," doa ku dalam hati.
Sekuat tenaga aku hendak berpindah tempat. Tapi tenagaku kalah kuat dengan pria itu. Aku singkirkan tangannya berulang kali ketika hendak meraba tubuhku. Hingga akhirnya kenek bus melewati tempat ku duduk. Kesempatan tidak aku sia-siakan. Aku langsung berteriak minta tolong dan segera berlari ke depan. Ku atur nafas yang tersenggal akibat syok berat. Kemudian aku hempaskan badan ini di kursi belakang sopir. Dan ku ceritakan kejadian buruk yang barusan aku lalui. Dengan cepat sopir langsung merespon keluhanku. Dia pelankan laju bus nya, dan menepi di halte terdekat. Bisa aku lihat, sopir itu berjalan mendekati pria me**m tadi dan memintanya dengan sopan untuk segera turun. Terjadi perdebatan sengit, tapi sang sopir menjadi pemenangnya. Karena pada akhirnya sambil marah dan bersumpah serapah yang ditujukan kepadaku, pria tua itu turun dari bus.
Kejadian hari ini sangat membuat ku trauma. Hanya bisa menangis seorang diri, hidup diperantauan tanpa keluarga menjadi ujian terberat hidupku.
"Sekarang baru hari Selasa, masih butuh beberapa hari untuk ku bisa pindah tempat kos. Tapi bagaimana jika kejadian serupa terulang lagi," rasa takut membuat aku susah tidur. Pikiran melayang tak tentu arah. Semoga saja besok ada jalan keluar untuk masalahku.
Keesokan harinya aku beraktivitas seperti biasa. Sengaja bersikap biasa saja, tapi tidak dapat menutup kegelisahan hati. Kurang konsentrasi membuat beberapa kali aku melakukan kesalahan. Seperti bisa membaca pikiran, kak Yati menegur pelan aku dan meminta untuk bercerita nanti saat istirahat.
"Jika kamu punya masalah, sebaiknya jangan dibawa saat bekerja. Kamu masih karyawan baru, sangat beresiko jika terus melakukan kesalahan. Tidak ingin dipecat kan? Jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Sekarang kamu fokus dulu ke pekerjaan, nanti siang kamu boleh cerita tentang semua yang mengganggu pikiranmu," kata kak Yati panjang lebar.
"Baik kak, maaf saya memang punya masalah berat," jawabku.
Tanpa banyak bicara lagi ku lanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Jam istirahat pun tiba, sambil makan siang di kantin dekat kantor. Kak Yati menagih ku bercerita. Sehingga dengan rasa sungkan aku katakan semua yang aku alami semalam tanpa aku kurangi atau aku tambahi.
"Astagfirullah Echa, kamu yang kuat ya. Sekarang apa yang ingin kamu lakukan?" Ucap kak Yati.
"Aku ingin pindah tempat kos, mau mencari yang dekat kantor tapi yang murah saja. Masalahnya, aku sudah terlanjur membayar untuk 3 bulan kedepan. Sedangkan saat ini, satu bulan pun belum penuh. Lagi pula, bisanya pindahan hari Minggu. Sekarang baru hari Rabu. Masih butuh beberapa hari lagi," ku beri penjelasan yang menjadi kegelisahanku.
"Aku tahu rumah kos daerah sini, memang tidak terlalu dekat. Tapi tidak bisa dikatakan jauh juga, karena dengan berjalan kaki beberapa menit saja sudah sampai kantor," katanya memberi saran.
"Tempatnya juga aman, kamu bisa beristirahat dengan nyaman disana. Untuk masalah uang kos, kamu bisa pinjam uang ku dulu. Nanti kamu juga wajib bicara ke pemilik kos lama kamu, kamu ceritakan masalahmu. Dan kalau bisa dinego, kamu pinta sisa uang pembayaran kosnya. Tapi kalau tidak diberikan ya sudah kamu ihklaskan saja. Barangkali memang belum rejeki mu. Dan semoga secepatnya kamu diberi rejeki yang berlimpah. Amin YRA," Kata-kata kak Yati membuatku merasa sedikit tenang.
"Ya Alloh terima kasih banyak atas perhatian kak Yati," ucapku terharu. Tak terasa bulir-bulir air mata menetes.
Ternyata masih ada orang baik yang peduli saat hidup diperantauan. Tidak memandang ikatan darah, bahkan orang asing pun bisa menjadi sandaran ketika kita merasa sendirian dan rapuh.
Jangan lupa untuk tetap bersyukur apapun yang terjadi. Susah ataupun senang semua sudah menjadi suratan. Yang terpenting adalah tetap jaga iman kita, tetap menjaga hati untuk terus menyebut nama-Nya. Karena hanya kepada Nya sebaik-baiknya meminta pertolongan.
Rasanya beban pikiran yang semalam sangat berat menjadi lebih ringan. Mengobrol dengan kak Yati membuat pikiranku terbuka. Menyadarkan aku jika sekarang aku hidup di kota. Tidak boleh terlalu naif, karena lingkungan yang berbeda tentu saja masalah yang akan datang pun berbeda.
Ingat, semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin meniupnya. Harus tetap kuat, tapi rendah hati. Hidup adalah perjalanan pasti akan ada kerikil-kerikil yang menghalangi. Kuncinya adalah sabar, ihklas dan penuh rasa syukur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah, sudah update lagi. Semoga suka.
Budayakan tinggalkan jejak, like, komen dan share cerita ini jika menurut kalian menarik. Kritik dan saran silahkan ditulis di kolom komentar.
Terima kasih.
By : Erchapram