Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Zea cukup kaget kala melihat siapa orang yang menyapanya dan bahkan yang menjadi pengemudi mobil yang tertabrak itu.
Joni yang masih memeluk Mimi terdiam tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Mana mungkin kalau yang mengemudikan mobil spot mewah itu adalah mantan pacarnya.
Iya mantan pacarnya, karena Joni pun sudah tidak pernah menganggap lagi keberadaan Zea sejak mereka berpisah dulu. Ia sesekali membalas pesan dari Zea kalau sedang ada masalah dengan Mimi.
Atau singkatnya, Zea di jadikan selingan kala Mimi sedang merajuk atau ia yang tidak bisa membujuk Mimi. Pada hal pada kenyataannya Zea lah pacar dari Joni tapi di perlakukan seolah Zea adalah selingkuhan yang di simpan di tempat jauh.
"Zea! Kenapa kamu ada di sini?" Tanya Joni heran.
"Jadi kamu pengemudi yang mengerem mendadak tadi?" Tanya Zea balik.
Kening Joni mengerut dengan pertanyaan balik dari Zea. Tapi karena ia sedang bertindak sebagai korban, maka Joni tidak membenarkan pertanyaan Zea.
"Apa maksud kamu? Aku adalah korban di sini. Dasarnya saja pengemudi yang menabrak itu gak bisa bawa mobil mewah. Dasar udik," kilah Joni dan malah menghina.
"Siapa yang kamu bilang udik? Apa otakmu itu sudah hancur karena menabrak pohon? Atau malah sudah tersangkut di atas pohon itu?" Paman Bandi yang sudah kesal menyahuti ucapan Joni sembari menunjuk pohon yang di tabrak Joni.
"Jelas-jelas kamu yang bersalah karena mengerem mendadak di tengah jalan raya. Malah mau menyalahkan orang yang menabrak dari belakang dan berlagak jadi korban. Pernah bawa mobil gak kamu itu? Gak tahu aturan berkendara di jalan raya atau bagaimana?" Lanjut paman Bandi.
"Tentu saja aku tahu aturan berkendara di jalan raya. Tapi di sini kasusnya aku di tabrak dari belakang sama pengendara bodoh mobil spot itu. Percuma naiknya mobil mewah tapi gak bisa nyetir," cibir Joni.
Semakin naik pitam lah paman Bandi mendengar kalimat dari Joni. Zea sendiri sampai geleng kepala melihat tingkah Joni yang masih saja berlagak bagaikan korban.
Bagaimana mungkin dulu dirinya bisa suka dan mau menerima pemuda seperti ini menjadi pacarnya. Ah, anggap saja dulu dirinya sedang tidak sadarkan diri.
"Apa kamu bilang? Bodoh? Lebih jalan raya itu bukan punya nenek moyang kamu. Banyak pengendara lain yang lewat di sana, jadi kalau kamu tiba-tiba berhenti dan di tabrak pengendara lainnya. Itu hal yang wajar dan masuk di akal, yang gak masuk di akal itu pikiran kamu. Sudah salah tapi masih berlagak jadi korban," bentak paman Bandi.
"Nyatanya kami memang korban kok, siapa Paman ini sampai harus marah-marah begini? Panggilin itu si pemilik mobil supaya ganti rugi sama kami," ujar Mimi yang gantian berbicara.
Perempuan itu kini sudah mengerti arah pikiran Joni yang tentunya merasa sebagai korban. Dan mereka harus bisa membuat si pemilik mobil mewah itu ganti rugi.
"Siapa saya? Saya pemilik mobil itu dan ini keponakan saya. Kenapa? Kamu mau menuntut saya atas tuduhan menyebabkan kalian kecelakaan, iya?" Mata paman Bandi melotot saat ia baru menyadari motif dari pasangan di depannya.
Tadi pria itu masih dalam keadaan belum sepenuhnya sembuh dari kekhawatirannya akan Zea. Kini ia baru bisa menormalkan kembali pikirannya setelah berdebat dengan kedua orang di depannya.
Kedua orang itu sendiri sangat kaget mendengar apa yang di katakan paman Bandi. Tentu saja Joni dan Mimi tidak akan percaya dengan ucapan pria itu. Apa lagi Mimi yang sangat tidak menyukai kecantikan dan kemolekan tubuh Zea.
Jelas saja Mimi akan menyerang Zea dengan cara apa pun. Terlebih lagi ia seakan mendapatkan bahan untuk menjatuhkan nama baik gadis itu di tempat umum seperti ini.
Tapi sayang, saat Mimi baru akan bersuara untuk mengolok Zea dan paman Bandi. Datang mobil patroli polisi yang sempat mendapat laporan dari warga akan adanya kecelakaan itu.
"Permisi, biarkan kami mengurus masalah ini dan tolong bagi warga yang melihat kejadian sebenarnya memberikan kesaksian."
Mimi dan Joni saling pandang kala melihat kedatangan polisi. Lau Mimi mendekatkan diri pada Joni dan berbisik.
"Kita bisa kasus ini ke Polisi dan mendapatkan kompensasi yang besar." Pemuda itu tersenyum senang mendengar usulan dari Mimi.
Tentu saja Joni setuju dengan apa yang di katakan oleh Mimi. Karena ia juga sangat menginginkan bisa menang dalam masalah ini dan mendapatkan uang yang banyak.
Tapi keduanya tidak memikirkan dampak dari perbuatan mereka yang hanya memikirkan uang saja.
"Tolong beri kami keadilan Pak Polisi, kami adalah korban di sini. Tapi di intimidasi oleh Paman itu supaya ganti rugi," kata Mimi memasang wajah sedih.
Joni sampai memeluk Mimi dan berusaha menenangkan calon istrinya.
"Iya Pak Polisi, tolong beri kami keadilan. Calon istri saya butuh pengobatan akibat kecelakaan tadi. Tapi yang kami dapatkan malah permintaan ganti rugi yang sangat besar," sambung Joni pula.
Terkekeh sinis Zea melihat dan mendengar drama yang di mainkan pasangan di depannya. Gadis itu jadi malas harus berhadapan dengan kedua orang itu.
"Apa benar seperti itu?" Tanya salah satu polisi mempertanyakan kebenaran dari cerita Mimi dan Joni.
"Tentu saja benar, Pak. Lihat lah mobil kami sampai rusak parah, sedangkan mobil yang menabrak kami. Selain mewah itu juga gak rusak separah milik kami," sahut Mimi.
Salah satu polisi yang tadi meminta keterangan dari beberapa warga yang ada di lokasi dan melihat kejadian kecelakaan itu. Mengatakan pada komandannya klau pekerjaannya sudah selesai.
Bahkan jejak kecelakaan juga sudah di periksa oleh anggota lainnya.
"Sebaiknya kalian berdua ikut dengan kami ke kantor untuk keterangan lebih lanjutnya. Dan saya harap pada pemilik mobil mewah itu juga ikut dan memberikan keterangannya pula."
Akhirnya mereka pindah ke kantor polisi untuk menyelesaikan masalah itu. Mobil milik Joni juga di derek ke kantor polisi karena tidak mungkin lagi di kendarai sedangkan bagian depannya rusak cukup parah.
Sedangkan paman Bandi dan Zea menaiki mobil mereka kembali dan ikut ke kantor polisi. Tapi sebelum melaju menuju kantor polisi, paman Bandi menelpon pengacaranya agar datang.
Begitu pun dengan Riki yang di telpon agar menjemput Zea. Paman Bandi ingin menyelesaikan sendiri masalahnya tanpa melibatkan Zea.
Pria itu takut kalau keponakannya masih shok dan butuh ketenangan. Apa lagi kala melihat wajah kurang nyaman dari Zea tadi. Paman Bandi takut ada yang sakit pada Zea tapi gadis itu tidak mau berbicara padanya.
Sedangkan Joni sendiri di telpon oleh keluarga berulang kali karena tidak kunjung datang ke restoran yang di janjikan.
"Ha .."
"Halo, Jon! Kamu di mana sih? Lama banget jemput Mimi nya. Sudah di tungguin dari tadi juga gak datang-datang. Lumutan ini kami tungguin kamu sama Mimi, mau berapa lama lagi kami menunggu kalian berdua."
Belum juga sempat Joni selesai satu kata, Preti sudah mengomel tanpa henti.
"Tenang, Mbak. Aku ..."
"Tenang tenang, gak hisa tenang kalau begini. Kami sudah lama menunggu di parkiran tapi gak datang-datang kalian. Ibu sama Bapak sudah lapar dan pengen cepat makan enak."
"Kalian ke kantor Polisi saja sekarang atau pulang ke rumah. Aku sedang di perjalanan ke kantor Polisi."
Setelah mengatakan hal demikian, Joni mematikan sambungan telponnya. Ia bisa semakin pusing dan semua rencana yang ia susun di kepalanya bisa hilang kalau terus mendengar ocehan Preti.
"Siapa, Mas?" Tanya Mimi.
"Mbak Preti," sahut Joni.
lanjut torrr