**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak tidur
Eca sedikit tersentak dengan bentakan Leo, Eca menuruti permintaan Leo dengan langkah mundur perlahan.
Tidak hanya Eca, Rafli pun terkejut ... Kenapa seorang sepupu bisa Semarah dan seposesif itu.
"Ini kak, aku mau anter sarapan buat Eca, tolong titip."
"Engga! Gue masih mampu kasih dia makan."
*Brukk!!
Pintu di tutup Leo dengan keras.
Leo masuk dengan wajah emosinya, entah kenapa dirinya bisa seemosi dengan kehadiran Rafli pagi ini.
Matanya beredar ke Sagala penjuru ruangan tv dan dapur, tidak ada keberadaan Eca disana.
Langkahnya kali ini menuju kamar Eca, Pintu di ketuk oleh Leo, padahal ketika sedang kesal, biasanya Leo langsung membuka paksa pintu kamar Eca.
Dengan wajah kesal, Eca membuka pintu kamarnya. "Apa kak?"
"Bilang sama temen lo, gausah datang lagi kesini."
"Kenapa sih kak, ketus banget sama Rafli. Emang dia salah apa sama kakak?"
"Bodo amat gue males jelasin. Intinya gue gak suka lo berteman sama dia."
"Loh? Kenapa? Kayak pacar aja larang-larang temanan sama cowo."
"Lo emang bukan pacar gue, tapi lo milik gue!"
Tanpa menunggu jawaban dari Eca, Leo langsung berbalik badan dan masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Eca hanya diam mematung, saat Leo mengatakan perkataan itu.
"Milik gue, milik gue ... Emang aku barang!" Sahut Eca sambil menutup kembali pintu kamarnya.
.
.
Leo berdiri di bawah guyuran shower, meredam panasnya amarah yang belum tersalurkan secara sempurna pagi ini.
Bisa bisanya gue ngomong kayak gitu sama Eca.
.
Saat Leo selesai mandi, ternyata Eca sedang berada di dalam kamar ... Seperti biasanya menyiapkan baju kerja untuk suaminya.
Eca sudah mulai terbiasa di suguhi oleh badan atletis dengan perut kotak-kotak milik Leo, karena semakin Eca menghindar, Leo akan semakin senang menggodanya.
"Udah aku siapin tuh bajunya, sarapan ... Sama bekal nya juga. Kalau kakak masih lama ... Aku izin berangkat duluan." Eca berjalan hendak keluar kamar Leo setelah menyelesaikan semuanya.
"Berangkat sama gue, atau gak usah kuliah sekalian!"
Eca menghentikan langkah kakinya, lalu dengan cepat dia berbalik dan berjalan mendekat pada Leo.
"Maksud kakak tuh apa sih! Kok jadi ngatur semua rulles hidup aku! Tugas aku disini kan cuman jadi istri kontrak dan layanin semua yang kakak butuhin."
"Yaudah lo balik sana jadi kurir makanan!" Sentak Leo, karena Eca tidak mendengarkan apa yang Leo katakan.
Tanpa menjawab apapun Eca langsung berlari keluar kamar Leo, dia mengambil tas nya dan dengan cepat dia meninggalkan apartemen.
Sedangkan Leo, dia hanya menyangka jika Eca hanya marah seperti biasa dan masuk ke kamarnya.
.
.
Leo sudah selesai bersiap.
Pria itu keluar kamar, matanya sedikit mengintip kedalam kamar Eca yang sedikit terbuka, sebelah tangannya memberanikan untuk mendorong perlahan, untuk melihat apakah Eca berada di dalamnya atau tidak.
Leo tidak menemukan Eca disana, pria itu melanjutkan langkahnya menuju meja makan, disanapun Eca tidak terlihat.
"Nantangin banget dia, malah pergi kuliah sendirian!" Umpat Leo sambil bersiap untuk sarapan.
***
Di kampus Eca.
"Please ... Gak lama kok Del."
"Nanti orang rumah kamu marah ga kalo kamu nginep di rumah aku tanpa izin gini?" Tanya Adel sedikit khawatir.
"Enggaaaaa ..." Bujuk Eca.
"Yaudah iya."
Eca tersenyum sumringah saat Adel mengizinkannya menginap untuk sementara waktu.
.
.
Sore hari di Apartemen.
Leo sudah bolak balik di dekat pintu masuk, dengan niatan meledakan amarahnya saat Eca sampai.
Ketika matahari sudah tenggelam pun Eca tidak juga menampakan batang hidungnya.
Amarah Leo sudah makin bertambah saat ini, pria itu bergegas menyalakan ponsel dan segara menghubungi nomor Eca, namun sayang ... Ponsel Eca tidak aktif.
"Argh!" Racau Leo sambil menyambar kunci mobilnya yang ada di atas meja.
"Kemana tuh bocah, udah jam segini belum pulang juga." Gumam Leo sambil berjalan ke parkiran apartemen.
Leo sangat khawatir, karena sejak saat pertama menikah baru seperti ini Eca tidak pulang ke apartemen.
Saat sudah berada didalam mobil Leo tidak tahu tujuannya harus kemana. Dia tidak mengenal satupun teman Eca di kampus, yang dia tahu hanya Rafli ... Itupun tidak tahu alamatnya, padahal dia berada satu gedung dengan pria itu.
Tapi karena selama ini Leo tidak peduli dengan orang terdekat Eca, jadilah di saat seperti ini dia bingung harus bagaimana.
"Gue harus nyari lo kemana?! Awas lo ya, kalau udah ketemu ... Gue kurung lo di kamar." Umpat Leo sambil melakukan mobilnya keluar apartemen.
Setelah cukup lama memutari jalanan Kota, Leo menyerah ... Dia berniat akan menunggu Eca di kampusnya esok pagi.
.
.
Leo tidak bisa tidur nyenyak malam ini, matanya terpejam tapi sulit sekali rasanya untuk masuk ke alam tidurnya.
Pria itu terus memikirkan Eca, dimana? Dan apa penyebab Eca menjadi seperti ini.
"Apa gue keterlaluan sama dia ya?" Gumam Leo sambil memutar kembali gambaran di dalam kepalanya, saat Leo mengatakan hal yang mungkin menyebabkan Eca pergi dari apartemen.
***
Leo menguap, dia merentangkan tangannya untuk meregangkan otot-otot nya yang sedikit kaku karena tertidur di dalam mobil. Malam hari tadi, Leo memutuskan untuk langsung menunggu Eca di halaman kampusnya saat dini hari, akhirnya dia bisa tertidur pulas walau hanya beberapa jam saja.
Leo mengucek matanya, memfokuskan semua mahasiswa yang lalu lalang setelah memarkirkan kendaraannya.
30 menit berlalu, Leo melihat arlojinya menunjukkan pukul 08.00 ... Eca biasa datang ke kampus sekitar jam 8 atau lebih, jadi di perkirakan Eca akan datang sebentar lagi.
Leo terus menajamkan pandangannya, dia melihat seorang wanita sedang membonceng temannya dan itu terlihat seperti Eca, Belum bisa di pastikan itu siapa, karena kepalanya masih menggunakan helm.
Dengan cepat Leo keluar dari mobilnya dan menghampiri seseorang yang menurutnya adalah Eca, karena Leo sedikit mengingat bagaimana bentuk tasnya.
Dari jauh Leo masih memantau, dia tidak langsung menghampiri ... Khawatir salah orang.
Saat helm di buka, benar saja ... Rambut hitamnya tergerai dan Leo sudah bisa memastikan bahwa itu Eca.
"Resha!" Panggil Leo sambil berjalan mendekat.
Bersamaan dengan itu, mobil Erik datang dan terparkir tidak jauh dari parkiran motor, dan sudah di pastikan dia melihat Eca dan Adel dari dalam mobilnya.
Eca menatap kesal pada Leo yang makin mendekat padanya, "Apa?" Sahut Eca.
Adel yang melihat itu sedikit menjauhkan diri, dia tidak mau terseret masalah keluarga Eca, Adel juga tidak tahu pasti siapa pria yang mendekat pada Eca saat ini.
"Del, kamu bisa ke kelas duluan."
Adel mengangguk.
Eca masih belum bisa menceritakan siapa sebenarnya Leo, pada teman-temannya, karena Eca tidak mau di anggap sebagai wanita mata duitan, yang rela mempermainkan pernikahan karena sejumlah uang.
Nafas Leo terdengar memburu, wajahnya pun tidak segar, karena semalam pria itu tidak tidur, dan baru tertidur saat pagi tadi.
"Kemana aja lo?! Seneng bikin gue nyari-nyari lo sepanjang malem?"
"Aku ga nyuruh." Sahut Eca sambil memalingkan wajahnya.
"Ya tapi lo mikir dong, kalau kakek tau gimana? Dasar bocil, susah banget di atur!"