NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:399.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 17

Ayam jago berkokok bersahut-sahutan, pertanda pagi mulai menjelang.

Suara gemercik air terjatuh kedalam sumur kala ditimba, bunyi butiran beras beradu dengan dasar periuk saat dicuci, tungku dihidupkan. Para ibu-ibu warga transmigrasi, khususnya kampung/desa Tani, memulai aktivitas mereka.

Sama halnya dengan bu Mina dan juga putrinya, mereka bekerja sama membuat sarapan seadanya. Lastri meniup semprong, yang terbuat dari bambu untuk membuat nyala api menjadi besar, dia sedang merebus singkong.

Setengah jam kemudian, sarapan sederhana pun telah terhidang. Bersamaan dengan langit terlihat sudah terang dan sang fajar mulai menyingsing.

“Apa betul, tadi malam Farida kesurupan?”

“Lantas, bayi Bajang itu peliharaan siapa?”

“Ngeri sekali ya, rasanya kampung kita ini mulai tak aman.”

Sembari makan, Lastri mendengarkan obrolan para ibu-ibu yang berkunjung di rumah kepala desa. Mulutnya mengunyah, tapi bibirnya menyeringai.

“Berlakon yang apik, Mak!” ia memperingati ibunya saat mendengar derap langkah yang masih sekitar 100 meter, menuju ke rumahnya.

“Bu Mina! Bu Mina!”

Yang dipanggil malas-malasan berdiri, mengusak rambut sampai kusut agar terlihat seperti orang baru bangun tidur. Supaya lebih meyakinkan, ia menempelkan koyo di pelipisnya.

Bu Mina membuka pintu depan, tangannya mengurut kening. “Ada apa? Mengapa pagi-pagi sekali berkunjung?”

“Ibu lagi sakit?” tanya pemuda yang raut wajahnya merasa bersalah.

“Cuma sedikit pusing, kenapa Dayat?”

“Ada himbauan, para warga disuruh berkumpul di rumahnya pak Kades. Katanya pak lurah mau berkunjung, mungkin hendak bermusyawarah memilih kepala desa baru,” beritahunya seraya menunduk. Dia adalah pemuda yang semalam pergi memanggil Ki Jaya.

“Sekarang?” tanya bu Mina, sebenarnya dia sudah lebih dulu mengetahui dari Kunti.

“Iya. Ya sudah, saya pamit undur diri ya Bu. Maaf sudah berteriak lantang tadi. Sungguh saya tak tahu, kalau Ibu sedang tak enak badan.”

“Iya, tak apa! Terima kasih, Yat.”

Pemuda bernama Dayat itu mengangguk, kemudian berlalu dari halaman rumah bu Mina.

Bu Mina tidak lagi menutup pintu, tapi membuka setengahnya saja.

“Mamak duluan saja! Aku segera menyusul setelah membereskan peralatan makan kita.” Lastri mulai menumpuk piring plastik dan juga gelas bekas air teh.

Bu Mina mengangguk, dia masuk ke kamar mengambil songkok kepala, lalu keluar dari rumah.

Tujuan Lastri menunda untuk berkumpul, tentu saja bukan dikarenakan mau mencuci piring, tapi mengintip sosok laki-laki yang disanjung, disegani, dan ditakuti oleh para warga, pak lurah Sugeng, dan juragan Bahri.

“Bukan cuma Sugeng dan Bahri, anak mereka pun ikut serta, dan juga Samini.” Kunti berdiri di sisi Lastri, yang sedang mendorong sedikit daun jendela agar bisa melihat lebih jelas.

“Oh ... Keparat itu datang bersama calon istrinya, ternyata mereka mau menguasai wilayah ini.” Lastri terkekeh, dapat dia dengar percakapan di dalam mobil Kijang berwarna biru muda.

Mobil yang dimaksud oleh Lastri, mulai melewati rumahnya dengan kecepatan lambat. Semua kaca jendela diturunkan hingga separuh, tampaklah sosok manusia berhati iblis.

"Bila nanti kau berhasil mengelabui, beri aku kesempatan menyiksa mereka!” Kunti menggeram, kuku runcingnya menusuk telapak tangan, tapi tidak ada darah yang keluar.

Selagi Sugeng dan juga Bahri mengenakan jimat berbentuk cincin, maka Kunti serta makhluk tak kasat mata lainnya yang memiliki niat jahat, tak bisa mendekatinya apalagi mencoba mencelakai.

“Kau tenang saja! Kupastikan mereka tak lagi terlindungi oleh penangkal.” Lastri menatap penuh perhitungan pada sosok pria berbadan tegap, rambut dipotong cepak, sedang bersandar di bahu wanita bernama Ayu, putrinya pak lurah.

“Hardi, nikmatilah hari-hari indah ini, sebelum detik-detik kematianmu!”

Kentongan dibunyikan, yang berarti waktu musyawarah akan segera di mulai.

Tanpa masuk ke dalam kamar, Lastri berganti pakaian, mengenakan kemeja kurung berlengan sesiku yang tepinya dibordir menyerupai kembang sepatu. Untuk bawahan, dia memakai jarik yang dijadikan rok span memiliki belahan hingga di atas lutut. Rambutnya diikat tinggi agar leher jenjangnya terekspos.

***

“Pertama-tama, saya ingin mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya, atas menghilangnya Bapak Rahman. Semasa beliau menjabat, kampung kita sangat tenteram, dikarenakan dia begitu bertanggung jawab.” Sosok tinggi, berambut sepenuhnya hampir putih, badan tak kurus dan juga gemuk itu, membuka acara dengan basa-basi.

“Sekeras apapun usaha kita mencarinya. Bila Tuhan tidak berkehendak, maka mustahil menemukannya. Sebenarnya sangat disayangkan, desa kita kehilangan sosok bijaksana, berdedikasi sepertinya.” Tangan kiri yang tak memiliki jari lengkap itu tertangkup, wajahnya terlihat murung.

“Namun, kita tak mungkin membiarkan sebuah pemukiman tanpa pemimpin. Maka dari itu, saya ingin menyarankan satu nama sebagai pengganti bapak Rahman. Bagaimana pendapat hadirin semua, kalau Hardi diangkat menjadi kepala desa selanjutnya?” Netranya memindai setiap warga, sampai dimana bola matanya membulat sempurna.

“Gayatri?” Sugeng menggelengkan kepala, tak juga ampuh, dia menggosok-gosok matanya.

Bahri yang penasaran mengapa sahabatnya seperti orang melihat hantu, mengikuti arah pandangnya. Seketika bulu kuduk meremang, dia tercengang. “Tak mungkin dia.”

Lastri melangkah sedikit tergesa, wajahnya memerah menahan malu dikarenakan menjadi pusat perhatian para warga. Berkali-kali dia mendongak lalu menunduk lagi seraya bergumam. “Maaf, saya terlambat!”

Bukan cuma Bahri dan juga Sugeng yang terkejut. Hardi pun sama saja, dia sampai mengubah posisi duduk agar lebih puas menatap lekat sosok cantik dan seksi, berbalut pakaian pas badan meskipun tak begitu ketat.

“Lastri, sini Nak!” Bu Mina berdiri, tangannya melambai memanggil.

Lastri tersenyum teramat manis, yang nyaris membuat beberapa pemuda menahan napas, mata mereka tak berkedip.

“Siapa dia, Bu?” Ayu menyenggol lengan calon ibu mertuanya.

“Tak tahu, mungkin salah satu Lonte yang sedang naik daun!” Samini menghina Lastri, hatinya meradang kala melihat ekspresi suaminya.

“Maaf ya Bu, Ibu. Tadi saya sedang mandi, jadi tak mungkin buru-buru kesini.” Ia menatap sungkan, lalu duduk di tanah beralaskan karung.

Pemilik rumah hanya tersenyum seadanya. Surti seperti raga tidak bernyawa, lemah, tatapan kosong, pikiran entah kemana-mana.

Farida sendiri belum bisa diajak komunikasi, masih seperti orang linglung, tidak mau keluar dari kamar.

“Bagaimana pendapat para warga? Setuju tidak kalau Hardi jadi kepala desa? Dia masih muda, lulusan sarjana ekonomi. Sebentar lagi juga akan menikah dengan putri saya, seorang bidan. Tentunya pasangan serasi, mumpuni memimpin sebuah desa, mampu membuat gebrakan nyata bagi kemajuan wilayah ini!” Sugeng kembali berpidato, setelah tersadar dari tindakan bodohnya tadi.

“Setuju!”

Gandi berdiri, mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi, yang diikuti oleh Herman, Pendi, dan satu persatu warga desa menyerukan kata setuju.

SETUJU!

SETUJU!

Nyaris saja Lastri menguap, tanpa menggunakan keistimewaan nya pun dia sudah dapat menebak hasil skenario rekayasa ini.

Bu Mina meremas paha putrinya, memberikan peringatan halus, agar Lastri tidak kelepasan. Mereka harus ekstra hati-hati, sebab dinding rumah pun memiliki telinga.

Hardi maju kedepan, wajahnya tersenyum sumringah, tapi netranya mencuri-curi pandang ke arah sosok yang menarik minatnya. Sayangnya, sedikitpun wanita asing itu tidak memandangnya.

Setelah menyampaikan pidato singkat, Hardi di serbu warga yang ingin mengucapkan selamat.

Tiba giliran Lastri. Dia maju kedepan yang mana di sisi kanan, ada juragan Bahri, dan juga Sugeng. Mereka duduk di bangku lipat.

"Kalau boleh tahu, kau ini siapa?"

"Aromanya mengingatkan ku kepadanya."

.

.

Bersambung.

1
ynt_
kerennn sumpah ga bertele tele, langsung sat set dan ga ngebosenin
ynt_
akhirnya bahagia juga, meski blm puas krna blm tau nama anak nya witri dan yusuf/Sob/


terimakasih kak cublikkk ceritaaaaa mu sangattttt bagussss/Angry//Determined/
Y.S Meliana
sehat-sehat juga buat kak cublik. terimakasih udh ngasih cerita yg enaaak bgt buat d baca. ditunggu jg cerita terbaru'y kak
Marlina Prasasty
aamiin
Marlina Prasasty
hihihihi😭 kenapa mesti ada perpisahan dek,sy kira masih ada bebebrpa bab
Yulisa Yana
ceritaaa yang kereeeennnnnnn
Wisell Rahayu
othooor boleh saran gk nihh misal bolehh tolong ada kelanjutan nyaa ankny sawitri ama yusuf hehehe..kaya ny lbh seruuu...
Reni
terima kasih Thor luar biasa ceritanya
🍒D͜͡ ๓KURNI CACAH🍒
nikmati rasa sakit kalian ...itu belum seberapa sakit nya dengan sakit nya para korban kalian
ora
Terimakasih Kak untuk cerita Dendam Kesumat nya. Cerita dengan genre horor pertama ku🤭🤭

Puas dengan cerita, bahkan tentang balas dendam nya, walau agak ngeri-ngeri sedap kalau lihat langsung di dunia nyata. Sugeng dan Bahri mendapat hukuman sentimal, dimana dia mendapat balasan yang sama seperti yang pernah dia lakukan ke Ni Dasah dan suaminya.

Sekali lagi terimakasih, semangat, dan sukses selalu untuk Kak Author nya💪💪💪😘
Cublik: Kembali kasih Kakak 🥰🥰🥰❤️🥰
Love banyak-banyak 🫂❤️
total 1 replies
ora
Amiiiin ....
ora
Di tunggu Kak ....

Buat cerita tentang anaknya Sawitri pun sepertinya bakal seru🤗🥰🤭🤭
Cublik: 🔥🔥❤️❤️❤️
total 1 replies
ora
Nggak bisa dong Kang Dayat ....
Cublik: Terus gimana Kak, dia maunya si Kunti 😁
total 1 replies
~°•@ππ@•°~
aku juga berterimakasih kk othor karena dgn ada nya cerita ini aku jadi tau di balik bulan asuro... top sehat selalu ya kk
Cublik: Kembali kasih Kakak 🥰🥰
total 1 replies
Dhafitha Fitha Fitha
aaaaa akhirnya bikin AQ lega puol
Cublik: Terima kasih Kakak 🥰🫂❤️
total 1 replies
Yuli Purwati
sukses selalu author.semoga sehat dan bahagia selalu.🥰
Cublik: Aamiin 🥰🥰
total 1 replies
Yuli Purwati
kang Dayat jangan ngadi2 kang.sabar ya kang,udah ending ini ceritanya.😁
Yuli Purwati
mbak Gayatri,kau di cintai secara ugal2an.🥺🥺
ˢ⍣⃟ₛˢᵉʳᵖᶦʰᵃⁿ ˢᵘˡᵗᵃⁿ/Fhania
wahh udah tamat.. makasih Thor udah di beri kesempatan gratis bisa membaca karyamu yg luar biasa ini.. di tunggu karya2 hebat selanjutnya ya Thor🤗🤗
𝖓𝕯o🕷
continue please, itu anaknya belum dikisahkan lohh... please Thor?
Cublik: Sedang diusahakan ya Kak ❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!