Anastasya yang sering di sapa Ana selalu mendapatkan siksaan dari ibu kandungnya akibat kecemburuan saudara tirinya. Elen selalu merasa tersaingi dengan kecerdasan dan kecantikan Ana hingga di sekolah laki-laki yang Elen sukai ternyata menyukai Ana.
Hingga suatu hari Ana di paksa menikah dengan laki-laki yang Ana tidak kenal yang tak lain adalah kekasih Elen, Elen sengaja menyuruh kekasihnya menikahi adik tirinya untuk memajukan perusahaan sang kekasih karena dengan kecerdasan Ana perusahaan kekasih Elen akan maju dan melambung tinggi.
Namun penderitaan Ana bermula saat dirinya menikah dengan Kevin kekasih Elen, selama menikah Kevin selalu bersikap dingin ke Ana dan Kevin tidak segan untuk menunjukkan keromantisan nya terhadap Elen bahkan Kevin sampai berhubungan badan di depan Ana.
Ana yang sakit hati dan tidak terima dia langsung menampar Elen dan itu membuat Kevin murka dan dari situlah Ana di sekap hingga akhirnya meninggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xaviera Valcon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Playing victim
Hari ini Elen berencana pergi ke salah satu Mall, dia ingin meredam kekesalannya dan shoping di Mall. Kemarin Elen sempat meminta uang kepada Antonio namun bukan uang yang mereka dapatkan, tapi kekecewaan dan kekesalan menjadi satu.
Biasanya setiap kali Elen meminta uang akan selalu di transfer berapapun yang dia minta, tapi kali ini keduanya tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Elen pergi ke Mall sendirian dan tidak ada yang menemani sedangkan Lastri ibu sambung Elen tidak di perbolehkan kemana-mana oleh sang suami.
Sesampainya di Mall Elen berkeliling sambil melihat-lihat barang yang ada di patung. Dia masih belum menemukan barang yang dia suka, tapi saat dia berkeliling ada ada salah satu ibu-ibu yang menampar Elen.
PLAK
"Dasar perempuan murahan." Ucap ibu-ibu itu.
"Apa salah saya dan kenapa Anda menampar saya." Bentak Elen yang tidak terima dirinya di tampar.
"Masih tanya kamu? Kamu itu perempuan murahan yang tega menusuk adik tiri kamu dari belakang." Jawab salah satu pengunjung.
"Masih berani kamu berkeliaran di sini? Kalau saya jadi kamu tentu saja saya malu. Apalagi video kamu di acara pertunangan adik kamu dan Kevin itu sudah viral. Dasar pelakor." Ucap ibu-ibu yang satunya.
"Memang pelakor jaman sekarang itu gak punya malu sudah tau laki-laki itu mau bertunangan masih saja deketin. Memang perempuan seperti dia tidak punya harga diri! Apa selama ini dia menampilkan wajah ramah itu hanya topeng belaka?" Tanya pengunjung yang lain.
"Mungkin benar! Kita bisa lihat kelakuan dia sekarang, bahkan dengan tidak tahu malunya dia masih berkeliaran di sini." Jawab pengunjung menatap sinis ke arah Elen.
Elen mengepalkan tangannya dengan erat karena dia tidak terima di permalukan di depan umum seperti ini. Apalagi dia juga mendapatkan tamparan yang cukup keras dari salah satu pengunjung di Mall yang dia datangi.
Akibat Ana membatalkan pertunangannya dengan Kevin dan juga terbongkarnya hubungannya dengan Kevin membuat Elen menjadi bulan-bulanan ibu-ibu dan teman-temannya.
Elen yang belum pernah di bully merasa sakit hati, apalagi dia menjadi bully-an oleh banyak orang bahkan hampir penduduk di negara ini rata-rata mem-bully Elen. Mereka semua menyebut Elen adalah pelakor.
"Saya bukan pelakor! Saya adalah kekasih Kevin jauh sebelum Kevin mau bertunangan dengan Ana. Jadi, yang pelakor itu Ana bukan saya." Teriak Elen membela diri.
Salah satu pengunjung berjalan mendekat ke arah Elen dan mencengkeram dagu Elen dengan kuat.
"Kalau memang kamu pacarnya Tuan Kevin kenapa bukan kamu yang menjadi tunangannya? Dan kenapa malah orang lain." Jawab ibu-ibu yang menampar Elen tadi.
Dagu Elen di hempaskan dengan kasar oleh perempuan itu. Sebelum Elen bereaksi ada salah satu perempuan yang menampar Elen.
PLAK
"Kamu tadi bilang pacarnya Kevin? Seharusnya kalau memang kamu pacarnya Kevin kenapa bukan kamu yang di lamar? Kenapa malah adik tiri kamu? Atau jangan-jangan benar kalau kamu itu perempuan bodoh dan keluarga Kevin malu punya menantu bodoh seperti kamu." Ucap perempuan muda itu.
"Dasar murahan."
"Dasar perempuan tidak tahu diri."
"Wanita murahan, mati saja kamu."
Umpatan demi umpatan daei berbagai arah, Elen hanya bisa menangis sambil menutup kedua telinganya.
"Tidak. kalian salah! ini tidak seperti yang kalian pikirkan." Teriak Elen membela diri.
"Aku mohon dengarkan penjelasan aku." lanjut Elen.
Tiba-tiba Elen di tendang hingga terjatuh dan tidak lama itu Elen di lempar telur oleh ibu-ibu yang tadi belanja di supermarket di dalam Mall.
Bugh
Mata Elen terbelalak kaget saat dirinya di tendang dan di lemper dengan telur. Mulutnya menganga lebar karena tak percaya apa yang sedang menimpanya.
Baru saja ada salah satu pengunjung melempar telur mengenai wajah Elen tidak sampai di situ ibu-ibu yang lain juga melempar telur ke arah Elen. Ada yang mengenai bahu, perut dan kepala, semuanya tidak luput dari lemparan ibu-ibu.
Elen tidak sempat protes karena lemparan itu bertubi-tubi hampir mengenai seluruh tubuhnya. Dan kini penampilan Elen sudah acak-acakan serta bau amis sangat menyengat akibat lemparan telur. Elen coba bangkit dan berteriak.
"Hentikan! Aku bisa laporin kalian semua. Dasar perempuan-perempuan bodoh kalian mau saja di tipu oleh media." Teriak Elen murka.
"Wah pelakor ini masih punya nyali teman-teman! Bagaimana kalau kita lucuti saja pakaiannya? Biar dia tau rasa." Ucap perempuan itu.
Degh
Mulut Elen seketika bungkam, rasa takut kini menyelimuti dirinya.
"Ja.... Jangan." Geleng Elen.
Namun para ibu-ibu dan perempuan muda itu tidak menghiraukan ucapan Elen. Mereka berkumpul dan mengerubungi Elen layaknya harimau yang mendapatkan mangsa.
Salah satu ibu-ibu merobek baju Elen dan ada juga yang merobek roknya. Bahkan ada yang berani mencakar wajah Elen. Para rombongan itu menyerang sangat brutal ke Elen dan tidak ada yang mau melerai mereka. Sebagian pengunjung malah merekam aksi mereka.
"Berhenti." Teriak Lastri yang datang terlambat.
Dia segera meminta bodyguard untuk mengamankan Elen dari kerumunan itu. Setelah Elen keluar dari ibu-ibu bar-bar segera Lastri mendekat ke arah Elen dan membawa Elen pergi dari sana.
"Kenapa Mama lama sekali datangnya? Sekarang Mama lihat sekarang penampilan aku acak-acakan dan wajah aku banyak bekas cakaran. Mama gak tau bagaimana takutnya aku tadi di keroyok sama mereka." Gerutu Elen saat di dalam mobil.
"Maafkan Mama sayang, Mama baru pegang ponsel dan Mama tidak tahu kalau kamu kirim tanda darurat tadi." Jawab Lastri.
"Sini Mama lihat luka kamu sayang, Mama mau obati." Lanjut Lastri.
"Tidak usah sok baik! Mama senang kan lihat aku seperti ini kan?" Tolak Elen dengan ketus.
Lastri langsung menggelengkan kepalanya, dia berusaha menyangkal tuduhan Elen terhadap dirinya.
"Ini semua gara-gara ulah anak kandung Mama! Kenapa sih Ana malah memperlakukan ku seperti ini. Memangnya salah aku apa sama dia Ma? Apa pernah aku melakukan kesalahan terhadap Ana? Sudah jelas Ana yang merebut kekasih ku, seharusnya yang marah itu aku sama dia Ma. Ini kenapa malah terbalik seperti ini." Jelas Elen yang merasa paling tersakiti.
Elen mencurahkan semua keluh kesahnya terhadap ibu sambungnya. Dia bersikap paling tersakiti dan seolah-olah dia tidak pernah berbuat jahat terhadap Ana. Elen selalu playing victim dan dia enggan untuk mengakui kesalahannya dan Elen merasa selalu benar sedangkan yang salah selalu Ana.
"Maafkan Mama ya sayang! Mama yang gak becus mendidik Ana. Mama janji, begitu Ana ketemu Mama akan kasih dia pelajaran dan kalau perlu Mama akan paksa dia untuk bersujud di kaki kamu." Jawab Lastri.
"Kalau Ana tidak mau Ma?" Tanya Elen.
"Mama akan patahkan kedua kakinya. Bagaimana?" Jawab Lastri.
Mendengar ucapan dari ibu tirinya Elen langsung tersenyum senang. Bayangan Ana yang benar-benar di patahkan kakinya oleh ibu kandungnya membuat Elen tidak sabar ingin melihatnya.
"Terimakasih Ma. Mama memang yang terbaik dan Mama selalu bersikap adil terhadap kami." Ucap Elen tersenyum senang.
Dengan tubuh yang masih kotor dan bau amis Elen memeluk erat Lastri. Hampir saja Lastri mau muntah akibat bau amisnya, namun dia mencoba menahan rasa tidak nyaman itu demi menyenangkan hati anak sambungnya.
penyampaian kata" sangat baik...
Konflik permasalahan nya tidak terlalu bertele" pas alurnya ceritanya tapi tidak buat bosan untuk dibaca....
Semoga sukses kakk othor❤️