Kiara percaya cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata, bermodalkan cinta saja tidaklah cukup. Pernikahan yang baru berjalan 1 tahun atas dasar perjodohan itu harus berakhir begitu saja setelah Erick menjatuhkan talak untuk yang ketiga kalinya. Alasannya selalu sama, hanya karena merasa tidak diperhatikan. Padahal, sebelum memutuskan menikah mereka sudah sepakat akan saling memahami profesi masing-masing.
3 bulan kemudian Erick kembali dengan sejuta penyesalan dan meminta rujuk. Kiara yang sejatinya masih mencintai sang mantan suami kembali memberikan kesempatan meski tahu jalan kembali kali ini harus melewati lika-liku yang rumit. Kiara harus menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain yang disebut muhalil.
Bagaimanakah perjalanan rumah tangga Kiara bersama suami muhalilnya dalam bayang-bayang Erick yang menanti mereka segera bercerai? Namun, siapa sangka dibalik pernikahan muhalil itu, ternyata tersimpan sebuah rahasia yang berusaha dibongkar oleh sang muhalil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. PURA-PURA AMNESIA
Usai sarapan, Erick langsung berpamitan pergi. Dia tidak bisa berlama-lama di rumahnya sendiri.
"Papa berangkat kerja lagi ya, Nak. Baik-baik di rumah sama Mama," kata Erick setelah mencium kening putrinya.
"Papa kapan pulangnya?" Tanya Shanum terdengar mewek. Belum puas rasanya bersama sang papa, tapi mereka harus berpisah lagi.
"Nanti kalau kerajaan Papa agak longgar, pasti Papa langsung pulang. Jangan nangis dong," Erick mengusap sudut mata putrinya yang berair.
"Papa hati-hati di jalan,"
Erick mengangguk, sekali lagi dia mengecup kening putrinya kemudian berdiri di depan sang istri. "Aku pamit ya, jaga anak kita." Ucapnya lirih.
Liana hanya diam dengan tatapan terus tertuju pada suaminya.
"Kamu kenapa? Dari semenjak kita bangun, aku perhatikan kamu diam terus?" Tanya Erick. Bahkan saat sarapan, Liana yang biasanya paling cerewet menyuruh dia dan Shanum untuk menambah makanan, justru hanya diam ketika dia makan sedikit.
'Kamu yang kenapa, Mas? Apa yang Mas sembunyikan dariku?' Liana balik bertanya. Namun, itu hanya dapat dia ucapkan dalam hati.
Tanpa menjawab, Liana meraih tangan sang suami lalu mencium punggung tangannya, "Hati-hati di jalan, Mas." Ucapnya.
Erick menghela nafas, menatap istrinya dalam beberapa detik lalu akhirnya maju mengecup kening sang istri dengan cukup lama. Anggap saja dia sedang mendobel angsuran. Jika saja tubuhnya tak terasa sakit, pasti tadi malam dia dan Liana sudah melepas rindu dengan berbagi peluh.
Setelah mobil suaminya berlalu, Liana pun mengajak putrinya segera masuk ke rumah. Mendengar ponselnya yang dia tinggal di meja makan, berdering, dia pun mempercepat langkahnya untuk mengambil ponsel. Terlihat nama mama Kasih dilayar ponselnya.
"Halo, Ma?"
[Ana, Abang kamu,] terdengar suara mama Kasih sesenggukan, membuat Liana seketika cemas.
"Ma, ada apa? Bang Denis kenapa?"
Tak ada sahtuan dari seberang telepon, hingga beberapa saat kemudian terdengar suara papa Bagas. "Kemarin Denis jatuh dari tangga, dan baru sadar beberapa saat lalu. Dan Denis... Dia kehilangan sebagian ingatannya." Papa Bagas menghela nafas berat.
"Apa?" Liana begitu terkejut mendengarnya. "Di rumah sakit mana, Pa?"
"Rumah sakit tempat Kiara bekerja,"
Sambung telepon pun terputus, dengan begitu tergesa-gesa Liana menuju kamarnya, tak lama kemudian dia kembali sambil menenteng tas nya.
"Shanum, kita ke rumah sakit sekarang." Liana menggenggam tangan putrinya dan segera mengajaknya keluar rumah.
"Kita ngapain ke rumah sakit, Ma?" Tanya Shanum.
"Om Denis sakit," mereka pun berangkat menuju rumah sakit dengan taksi. Sepanjang perjalanan Liana tampak melamun. Bagaimana dia bisa memberitahu Denis tentang luka-luka ditubuh Erick, jika kakak sepupunya itu sekarang sedang mengalami hilang ingatan.
.
.
.
Begitu Kiara pamit keluar dari ruang rawat Denis untuk memeriksa pasiennya, papa Rangga pun beranjak dari tempat duduknya menghampiri Denis. Dia berdiri di sisi brankar sambil menatap menantunya dengan intens, terutama di bagian kepala Denis yang terbalut perban. Sekeras apa benturan di kepala Denis sampai-sampai membuatnya kehilangan ingatan.
Merasa jika papa Rangga sedang mencurigainya, Denis pun mengalihkan pandangannya kearah sofa, dimana kedua orangtuanya duduk bersama mama Flora, ketiga paruh baya itu tampak mengobrol dan tidak melihat kearahnya dan papa Rangga. Kemudian, Denis pun kembali menatap papa Rangga sambil menaruh jari telunjuk di bibir, mengisyaratkan agar tidak berisik.
Papa Rangga langsung berdecak pelan, "Kamu pura-pura amnesia?" Tanyanya dengan berbisik.
Denis hanya menjawabnya dengan anggukan sambil menahan senyum, "Habisnya, anak Papa minta cerai mulu. Terpaksa aku menggunakan kesempatan ini untuk mengulur waktu, sampai orang suruhan ku berhasil menguak apa sebenarnya tujuan Erick dan orangtuanya." Ucapnya juga terdengar berbisik.
Papa Rangga menoleh kearah sofa, begitu melihat istri dan kedua besannya tak melihat kearahnya, dia langsung menonjok pelan lengan Denis. "Terus dokter itu? Gimana caranya kamu bisa menyogok dia untuk berpura-pura?" Papa Rangga tak habis pikir.
Beberapa saat lalu ketika Denis telah sadar, dokter pun datang untuk memeriksa dan meminta mereka semua untuk keluar. Tak berapa lama kemudian dokter yang memeriksa Denis keluar dari ruang rawat dan menyampaikan bahwa Denis mengalami amnesia. Dia juga ikut syok mendengarnya.
Denis terkekeh pelan, dia pun menceritakannya.
#Flashback
'Syukurlah, keadaan Pak Denis baik-baik saja. Dokter Kiara pasti akan sangat senang," kata dokter Teddy sembari tersenyum usai memeriksa pasiennya.
'Dok, apa saya bisa meminta bantuan dokter?' Denis menatap lekat dokter Teddy.
'Saya pasti akan membantu, Pak Denis butuh bantuan apa?'
Denis tersenyum tipis, 'Apa yang menyebabkan seseorang mengalami amnesia?' Tanya Denis.
'Banyak penyebabnya, salah satunya adalah benturan keras di kepala pasca kecelakaan yang menyebabkan cidera di kepala yang tergolong parah. Bukan hanya amnesia, yang mengalaminya bahkan bisa koma.' Jawab dokter Teddy menjelaskan.
Denis kembali tersenyum, 'Tolong sampaikan itu pada keluarga saya, Dok!' Pintanya.
Kedua mata dokter Teddy terbelalak, 'Maaf Pak Denis, itu menyalahi aturan. Saya tidak bisa melakukan itu.' Tolaknya dengan tegas.
'Saya mohon dokter, ini saya lakukan juga karena ingin memberi kejutan pada istri saya.'
'Kejutan?'
Denis mengangguk pelan, 'Iya, dok. Tapi maaf, saya tidak bisa memberitahu kejutan apa yang akan saya berikan pada istri saya.'
Dokter Teddy terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk. Dia yang sangat menyayangi istrinya, luluh mendengar kata kejutan. Apapun itu, yang pas kejutan yang spesial terlebih Kiara dan Denis juga masih pengantin baru.
'Baiklah, tapi jika dokter Kiara marah setelah tahu kebohongan Pak Denis. Jangan seret seret saya dalam masalah kalian berdua.'
'Pasti, dok. Saya pastikan nama dokter Teddy tidak akan terbawa-bawa dan saya sendiri yang akan menanggung akibatnya.'
Dokter Teddy pun keluar dari ruang rawat, dan menyampaikan seperti permintaan Denis.
#Flasback off
"Dasar kamu," sekali lagi, papa Rangga menonjok pelan lengan Denis begitu mendengar bagaimana cara menantunya itu meminta dokter Teddy untuk berbohong. Dia gelang-gelang kepala.
"Ngomong-ngomong, kamu mau kasih kejutan apa untuk Kia?" Tanyanya penasaran.
"Ada deh, Pa. Rahasia." Kata Denis sambil mengedipkan sebelah matanya.
jadi serba salah
mungkinkah Erick bukan anak kandungnya Handoko ??