NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Lebih Suka

Ini adalah malam Pertama kali Inara tidur bukan di kamarnya sejak hari pertama ia menikah dan ini pun karena Rusdi yang telah menalaknya.

Inara menghela nafas panjang, kamar mes kantin yang di sediakan untuk para karyawan memang cukup nyaman, bahkan ukurannya lebih luas dari kamarnya yang selama ini ia tiduri dengan Rusdi dan semua perabot sudah lengkap tersedia.

Meja rias yang tergabung dengan lemari baju memang tidak besar tapi cukup untuk baju miliknya, baju yang tidak di pakai oleh Mery masih bagus dan amat layak di pakai, bahkan beberapa masih wangi toko seperti baju belum terpakai, sempat Inara sangsi dan menanyakan perihal baju yang sudah tak di pakai Mery dan jawaban gadis itu memang cukup beralasan, tubuh Mery kini lebih montok sedangkan ukuran baju di lemari itu jauh lebih kecil dari ukuran tubuhnya yang sekarang.

Beberapa kali Inara mematutkan diri di depan cermin, semua baju sesuai dengan ukuran tubuhnya ia cukup lega karena tak harus tergesa-gesa mengambil baju miliknya di rumah.

"Kenapa kau begitu benci aku Mas..apakah aku sangat membebani hidupmu?"Inara membatin.

Ddrrt...drrt

Inara cepat meraih ponsel saat getaran pertanda ada pesan masuk.

"Sebelum tidur jangan lupa minum vitaminmu."

Senyum tipis Inara terbit, pemuda yang ia sangka angkuh dan sombong ternyata sangat lembut dan perhatian, bahkan hal kecil pun selalu ia yang mengingatkan.

"Mungkin memang benar kau adalah saudara bu Endah" cicit Inara lirih.

Inara menyapu ranjang dengan tangannya agar ia bisa cepat merebahkan tubuhnya.

"Apa kau sudah tidur Mas? Apa kau masi ingat padaku?" ucap batin Inara.

Hei sephia jangan pernah panggil namaku....

Nada panggilan telepon membuat Inara terkejut namun seketika wajah cerianya berubah cemberut.

"Kau pasti tak punya nomor kontakku kan Mas.. Lalu kenapa aku mengharap kau menghubungiku" umpat batin Inara.

"Ya ...halo" lirih suara Inara.

"Kau sudah minum vitaminnya?"suara Egi terdengar lembut.

"Ya sudah..."

"Kenapa kau tidak balas pesanku?, apa kau takut suamimu membacanya?"

Inara tersenyum masam mendengar suara ketus Egi.

"Aku malam ini tidur di Mes ."

Jawaban Inara hampir membuat pria di ujung telepon bersorak girang.

"Bagus....kau bisa lebih banyak waktu istirahat, cepatlah tidur biar tubuhmu menjadi segar esok hari."

"Hmm...."

"Aku tutup...selamat tidur."

"Hmm...."

Egi mencibir kesal karena suara Inara selalu singkat saat menjawabnya.

"Jangan lupa kunci pintu dan jendela kalau tidur"pesan Egi.

"Hmm..."

"Aiisshhh....ada dua puluh enam huruf yang bisa kau gunakan Na...kenapa hanya hamm hemm aja sii....."Egi bermonolog sendiri dengan kesal sementara Edo mengerutkan dahi.

"Lu ngomong ama siapa si bro..."

"Hah...bukan urusan Lu ....lu makan aja tuh martabaknya" jawab Egi ketus namun sesaat kemudian senyumnya terbit saat melihat pose selfi Inara yang sangat sederhana namun membuat hatinya menjadi hangat.

"Kau memang cantik, bahkan wajah polosmu tak dapat menyembunyikan pesonamu" Egi membatin sambil men screenshoot status Inara.

"Percayalah kau akan bahagia tanpa suami brengsekmu itu."

Tok tok tok.

Ketukan pintu kamar membuat Inara kembali bangkit dari ranjang.

"Na...ada kiriman martabak, ayo kita makan dulu" ucap Mery dengan senyum ceria.

"Tapi ini sudah malam Mer" jawab Inara sambil melihat jam di dinding.

"Ini baru jam delapan Na...kamu takut banget gemuk, lihat lah badanku yang sudah gemoy ini, aku tetap nggak takut makan camilan malam kok."

Inara pasrah saat Mery menarik tangannya ke ruang kantin yang luas dan di sana sudah menunggu Leni dan Nina .

"Apa kalian biasa makan jam segini?" tanya Inara ragu, dan mereka semua mengangguk kompak.Tentu saja Mery tak akan memberi tahu kalau martabak itu sebenarnya adalah pemberian pemilik kantin yang di kirim untuk penyambutan Inara yang kini telah tinggal di Mes.

Mery sampai saat ini masih tidak di perbolehkan mengungkap siapa pemilik kantin pada siapapun karena memang itulah perjanjian tak tertulis pemilik kantin dengannya.Dan ia pun tersenyum setelah berhasil mengirimkan foto Inara yang tengah lahap memakan martabak.

"Wuahh...kenyang sekali perutku, martabak ini sangat enak" cicit Inara yang memang ia jarang sekali makan martabak telor apalagi yang special.

"Oiya memang kesukaan kamu apa Na?" tanya Mery.

"Aku ..ehm, apa aja aku suka kok Mer" jawab Inara jujur, jangankan untuk memilih, bisa menikmati camilan sederhana saja Inara sangat bersyukur.

"Aku pamit ke kamar dulu ya Mer...aku ngantuk."

"Ini bawa satu bungkus ke kamarmu Na, untuk persediaan kalau kau tengah malam lapar."

"Hah..ah tidak Mer...perutku sudah kenyang, kalian habiskan saja."

"Tidak Na ..kami sudah kenyang, dan ini sisanya masih cukup banyak, kau bawa lah beberapa potong lagi untukmu makan nanti di kamar."

"Ah tidak ..terima kasih Mer..nanti kamar jadi kotor."

Mery pun mengangguk pasrah, ia tak ingin membebani Inara yang sedang membenahi luka hatinya.Ia bukan bodoh tapi ia menghargai perasaan Inara yang masih ingin merahasiakan kisah rumah tangganya yang mungkin sedang tidak baik-baik saja.

Mana mungkin seorang suami akan membiarkan istrinya menginap di tempat kerjanya sementara Ia belum lama bekerja di kantin, apalagi luka lebam di pipi Inara cukup membuat Mery meradang, juga permintaan sang pemilik kantin yang minta padanya agar selalu bersikap baik pada Inara, dan selalu menjaganya.

Inara membaringkan tubuhnya ke ranjang, jarum jam menunjukan pukul sepuluh malam.

"Apa kau sudah pulang Mas?" ia membatin sedih, namun kini ia pasrah jika memang Rusdi menganggapnya hanya sebagai beban hidupnya saja.

Suasana kantin yang hening dan nyaman cukup membuat tidur Inara lelap, apalagi perutnya yang kenyang tak membuatnya bangun tengah malam karena menahan lapar.

"Pagi Na....gimana tidurmu? Nyenyak?"sapa Leni ramah sambil mencatat bahan sayur yang akan ia beli di pasar.

"Hmm ..mungkin ini tidurku paling nyenyak selama ini Len."

"Syukurlah itu berarti kau kerasan tinggal di sini Na...semoga saja kau betah lama tinggal di sini" sela Mery.

Inara hanya tersenyum tipis, permintaan Pak Kenzi untuk bekerja di restorannya belum ia pikirkan.

Sementara itu di kediaman rumah Endah, semua sedang berkumpul di ruang makan untuk sarapan.

Egi yang biasanya selalu ceria kini tampak murung.

"Bu ...sudahlah, mungkin memang sudah suratan takdir mereka harus berpisah"hibur Edi bijak.

"Tapi mereka menikah bahkan belum satu tahun Pak, kasihan Ina...kalau sampai Rusdi jadi mencerainya, dia masih muda harus menyandang status ....hiks ...hiks.."

Elic mengusap punggung Endah dengan lembut, ia tahu ibunya sangat menyayangi Inara, ia bahkan hanya tidur beberapa jam saja tadi malam karena memikirkan nasib Inara.

"Lu sii...."umpat Elic tanpa suara pada Egi.

"Kenapa Gue..." balas Egi yang juga hanya berucap dengan mimik bibir tanpa suara.

Elic mendengus kasar dan Egi hanya mencibir santai.

"Lu tertawa di atas penderitaan orang lain!!? Pesan Elic pada Egi dengan di akhiri emot kepalan tangan tujuh buah.

"Maaf ..karena sejujurnya aku lebih suka mereka berpisah" ucap batin Egi dengan senyum smirk.

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!