Cakra Atlas, seorang pria rupawan yang bekerja di sebuah bar, rela menerima pernikahan dadakan demi membayar hutang janji orang tuanya di masa lalu. Namun, siapa sangka, wanita yang dia nikahi adalah Yubie William, seorang wanita yang baru saja gagal menikah karena calon suaminya memilih menikahi wanita lain.
Yubie, yang masih terluka oleh kegagalan pernikahannya, berjanji untuk menceraikan Cakra dalam setahun ke depan. Cakra, yang tidak berharap ada cinta dalam hubungan mereka, justru merasa marah dan kesal ketika mendengar janji itu. Alih-alih membenci istrinya, Cakra berusaha untuk menaklukan Yubie dan mengambil hatinya agar tidak menceraikannya.
Dalam setahun ke depan, Cakra dan Yubie akan menjalani pernikahan yang tak terduga, di mana perasaan mereka akan diuji oleh rahasia, kesalahpahaman, dan cinta yang tumbuh di antara mereka. Apakah Cakra akan berhasil menaklukan hati Yubie, atau akankah Yubie tetap pada pendiriannya untuk menceraikannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14.
Atmosfer ruangan seketika berubah drastis setelah mendengar perkataan Lusy. Hening dan begitu menegangkan. Sekretaris Yubie sampai sulit menelan salivanya, ia menoleh tak nyaman pada atasannya dan, juga Cakra yang masih fokus menatap Lusy.
Begitu pula dengan Yubie. Raut wajah wanita itu menyimpan kemarahan pada Lusy. Berani sekali adik tirinya memutar balikkan fakta di hadapan suaminya. Berbeda dengan Kanny, berdiri di belakang tubuh Lusy, pria itu malah tersenyum mengejek pada Cakra yang sedang menatapnya. Ada kepuasan tersendiri yang Kanny rasakan karena telah berhasil mencium paksa Yubie. Bagaimana jika lain kali, ia melakukan hal itu di depan Cakra secara langsung? Pasti jauh akan lebih menyenangkan.
"Benarkah?"
Setelah beberapa saat terdiam, Cakra akhirnya memberikan tanggapan. Yubie langsung menoleh ke arah Cakra, memperhatikan ekspresi suaminya itu yang tampak tenang. Yubie tadi sampai was-was, khawatir jika Cakra emosi. Tapi ternyata? Suaminya bahkan tidak memperlihatkan ekspresi kemarahan, apalagi cemburu.
Tiba-tiba Yubie terkekeh sinis di dalam hatinya. Memangnya apa yang mau ia harapkan dari suami yang satu tahun lagi akan ia ceraikan itu?
Lusy mengangguk masih dengan raut wajah tak nyamannya atas hal memalukan yang telah dilakukan oleh kakaknya dan suaminya.
"Ruangan kerja Kakak ada kamera." Lusy menunjuk ke sudut atas dinding. "Tapi, aku rasa Kakak ipar tidak perlu sejauh itu memeriksanya. Sudah tertangkap basah seperti ini, tidak mungkin akan melakukannya lagi 'kan." Lusy menekan kata-katanya dengan menatap langsung pada Yubie. Seakan menekankan bahwa Yubie lah yang telah menggoda Kanny.
"Jangan asal bicara kau, Lusy..!! Kanny yang sudah bersikap kurang ajar padaku!!" Nyaris saja Yubie merangsek maju untuk menjambak mulut adik tirinya itu. Ia bahkan sampai mengabaikan kakinya yang terasa nyeri untuk bisa berpijak dengan benar, karena tuduhan Lusy jauh lebih menyakitkan dari rasa nyeri di kakinya.
"Jangan menahanku! Dia sudah memfitnahku! Suaminya lah yang mengunci pintu dan memaksaku!!" Menggelegar sudah suara Yubie saat Cakra malah menahan tangannya. Kemarahan, sekaligus kekesalan wanita itu sudah sampai di ubun-ubun. Ia tidak akan segan-segan untuk memberikan pelajaran pada Lusy.
"Mau apa?" tanya Cakra pada istrinya yang netranya semakin melotot tajam karena ditanya seperti itu.
"Kau tanya; aku mau apa?! Aku ingin menghajarnya!!" Yubie berusaha menyingkirkan Cakra dari hadapannya. Ia hendak meraih Lusy, tapi ternyata tidak semudah itu. "Aku bilang minggir!!" pekik Yubie pada Cakra yang tak menyingkir.
"Tunggu di sini. Kau jaga saja kakimu. Aku yang akan melakukannya."
Deg!
Wajah cantik yang tengah diselimuti amarah yang menggebu-gebu itu langsung terangkat, Yubie terkejut dan ia langsung terkesiap saat Cakra sudah berbalik dengan cepat dan ternyata malah melayangkan tendangan ke dada Kanny.
Astaga!
Tubuh Kanny terdorong dan terjerembab ke belakang. Lusy memekik, terkejut saat suaminya ternyata diserang oleh Cakra.
"Kau yang mencium istriku!" Cakra meraih kerah jas Kanny, menarik pria itu berdiri dan kembali melayangkan tinju ke wajahnya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bertubi-tubi Cakra melayangkan pukulan tanpa memberikan kesempatan untuk Kanny bisa melawan. Lusy sudah menjerit dengan tangis meminta Cakra agar berhenti memukuli suaminya. Tapi, tampaknya Cakra belum puas. Tinjunya masih saja melayang pada Kanny. Kali ini Cakra terlihat benar-benar seperti berandalan yang berpenampilan executive.
"Hajar lagi, Pak! Jangan kasih ampun!!"
Sekertaris Yubie tampak bersemangat memberikan dukungan pada Cakra yang tengah menghajar Kanny. Kalau bisa, sekalian hajar Lusy juga, batin sekertaris itu penuh harap dan memberikan tatapan tak suka pada Lusy yang menangis-nangis meminta Cakra berhenti.
"Kak?! Apa-apaan kau hanya diam saja membiarkan suamimu bertindak berutal seperti itu?! Cepat hentikan Kakak ipar!!" Lusy berteriak pada Yubie yang terdiam melihat Cakra menghajar Kanny di depan matanya.
"Hentikan Kakak ipar, Kak!! Kak Kanny bisa mati karena dipukuli!!"
Yubie tersedar. Ia sempat terhenyak atas apa yang Cakra lakukan. Karena melihat Kanny yang sudah babak belur dan tidak ingin sampai Cakra mengakhiri hidup seseorang, Yubie pun meminta Cakra berhenti. Namun, Cakra tak kunjung berhenti. Memaksa Yubie bergerak dan menahan langsung tangan suaminya saat kembali ingin melayangkan tinju di wajah Kanny yang sudah penuh lebam.
"Stop, Cak! Kau bisa membunuhnya."
Cakra berhenti. Ia menoleh pada Yubie dengan raut wajah kesal. Yubie tidak pernah melihat ekspresi Cakra yang seperti itu. Bukan ekspresi kesal marah, melainkan lebih ke perasaan tidak terima karena melakukan sesuatu yang ia suka ternyata malah dihentikan.
"Bawa suamimu pergi sekarang!" kata Yubie pada Lusy.
Dengan susah payah Lusy langsung membopong tubuh suaminya keluar. Begitu juga dengan sekertaris Yubie, ia langsung melipir saat melihat wajah Pak Cakra tampak lain.
"Kau tadi hampir saja mengakhiri hidupnya," kata Yubie, tapi Cakra diam saja. Raut wajah pria itu sama sekali tidak bersahabat. Yubie juga bisa melihat dada suaminya yang naik turun, karena menahan emosi.
Cakra beranjak ke jendela dengan melonggarkan dasinya yang terasa mulai mencekik. Tadi itu baru pemanasan, belum sempat ia mematahkan tangan Kanny yang malam lalu berani mengukung istrinya di dapur.
Dan Yubie menafsirkan lain sikap diam Cakra. Pria itu terkesan mengabaikan Yubie sehingga Yubie berpikir Cakra sedang marah padanya.
"Kau marah karena aku menghentikan aksi brutalmu tadi?" Yubie tidak menyimpan lama keingintahuannya itu. Ia memilih untuk langsung bertanya pada Cakra.
"Apa ada yang ingin kau jelaskan padaku?" tanya Cakra tanpa menoleh. "Atau aku perlu mengecek cctv seperti ucapan adikmu?"
What? Yubie mengerutkan keningnya atas pertanyaan Cakra. "Apa yang mau aku jelaskan lagi? Aku sudah bilang; Kanny yang menerobos masuk! Dia mengunci pintu dan memaksaku!!" Masih dengan mode marah-marahnya Yubie secara tidak langsung menjelaskan pada Cakra.
"Bukan itu." Cakra berbalik dan menatap pada Yubie. "Siapa yang mencium siapa?"
Yubie mengerutkan keningnya. Lalu ia berdecih, menunjukkan kekesalannya terhadap pertanyaan Cakra.
"Aku tidak pernah ingin berciuman dengannya! Sorry-sorry saja. Aku tidak berselera. Bahkan saat masih pacaran saja kami tidak pernah melakukan kissing!!"
"Benarkah?" tanya Cakra. Yubie mengangguk masih dengan raut wajah marahnya. "Berarti kau hanya berciuman denganku? Atau jangan-jangan aku orang pertama yang menciummu?"
Deg!
Netra Yubie langsung membulat atas pertanyaan Cakra yang membuat telinganya seketika berdengung hebat.
***
Guys saran nama untuk sekertaris Yubie dong, yang pas apa ya? 🤣
Nama yang unik gitu😆🤭
syukurlah retensimu tembus, jadi mapple emang sayang kamu.
queen salam buat mapple dan tears, ya
kamu gak suka galau lagi kan di gc atau gak bisa galau lagi, berbagi air mata
/Facepalm//Smug/