NovelToon NovelToon
STEP FATHER FOR MY DAUGHTER

STEP FATHER FOR MY DAUGHTER

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Single Mom / Hamil di luar nikah / trauma masa lalu / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:39.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rona Risa

Cerita ini buat orang dewasa 🙃

Raya Purnama menikah di usia tujuh belas tahun setelah dihamili pacarnya, Sambara Bumi, teman sekelasnya yang merupakan putra pengusaha kaya.

Namun pernikahan itu tak bertahan lama. Mereka bercerai setelah tiga tahun menjalin pernikahan yang sangat toxic, dan Raya pulang kembali ke rumah ibunya sambil membawa anak perempuannya yang masih balita, Rona.

Raya harus berjuang mati-matian untuk menghidupi anaknya seorang diri. Luka hatinya yang dalam membuatnya tak ingin lagi menjalin cinta.

Namun saat Rona berusia tujuh tahun dan meminta hadiah ulang tahun seorang ayah, apa yang harus Raya lakukan?

Ada dua lelaki yang menyita perhatian Raya. Samudera Dewa, agen rahasia sekaligus penyanyi yang suara emasnya menguatkan hati Raya di saat tersulit. Alam Semesta, dokter duda tampan yang selalu sigap merawat Rona yang menderita leukimia sejak kecil.

Di antara dua pilihan, Raya harus mempersembahkan hadiah terindah bagi Rona.

Siapa yang akan dipilih Raya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KENANGAN CINTA

Garis putih kematian itu melintas jelas di layar monitor hitam.

Dimas Saloka seperti tertidur di atas pembaringannya. Wajahnya damai. Kentara maut menjemputnya dengan sangat lembut.

Al limbung. Keringat dingin menetes di wajahnya. Ia sudah berusaha mati-matian menyelamatkan bocah laki-laki kurus namun menawan itu. Tetapi upaya kerasnya tak membuahkan hasil.

Ia tak bisa memanggil Dimas kembali.

Lagi-lagi, nestapa kehilangan itu merasuki hati.

Sekujur tubuh Al menggigil saat harus melangkah keluar dari pintu. Air matanya jatuh tak terbendung.

"Tolong maafkan saya... saya sudah berusaha, tetapi..."

"TIDAK! ANAKKU!"

Sang ibu menangis dan menghambur masuk ruangan, jeritan dan panggilannya menyayat batin.

Sang ayah memejamkan mata sejenak, menangis tanpa suara. Kentara dukanya tiada tara. Tetapi ia mencoba tegar agar bisa menjadi sandaran bagi kepedihan istrinya.

"Terima kasih, Dokter Al... Anda sudah berjuang untuk Dimas sampai akhir... terima kasih..."

Lelaki itu berjalan gemetar memasuki ruangan, memeluk istrinya yang masih mencoba membangunkan putranya yang sudah tiada.

Al merosot ke dinding. Menangis sejadinya.

Jujur ini bukan pertama kalinya ia harus menghadapi kematian pasien anak. Selalu saja ada kasus penyakit berat yang tak bisa diatasi meski tangan terampil dan otak cemerlangnya berusaha memberikan segalanya. Tapi duka yang terbit saat menyaksikan kepergian nyawa dari wajah tanpa dosa itu selalu terasa perih dan mengiris hatinya.

Kepergian anak-anak itu mengingatkannya pada kepergian Selena. Yang sejak awal sama sekali tak bisa diselamatkannya.

Kalau saja Papa selalu ada untukmu, Nak...

Dan sekarang, tangis dan duka yang mengguncangnya, terasa berlipat ganda saat Al teringat Sienna.

Ketika ia mengetahui jantung Dimas tak lagi bisa berdetak untuk selamanya, di saat yang sama, ia merasa sesuatu yang tajam bagai sembilu juga menusuk ulu hatinya.

Sesuatu terjadi pada Sienna. Al bisa merasakannya.

Tolong katakan, kamu baik-baik saja...

Al mencengkeram rambutnya, terisak pilu.

Beberapa menit kemudian, dengan susah payah dan gemetar, ia meraih ponsel di saku jasnya dan menelepon William.

"Pa..., Sienna, Pa...," tangis Al.

William tak bisa berkata-kata selama beberapa menit.

"Kita harus ikhlas, Al..."

William juga tersedu di seberang sana.

"Sienna sudah menyusul Selena dan Shireen. Sienna telah damai untuk selama-lamanya."

***

Damai.

Al menengadah. Langit kehilangan nuansa biru siang ini. Tak ada matahari. Gulungan awan kelabu gelap membayang tinggi, melepas tetes hujan yang perlahan menyatu dengan linang bening di pipi.

Pemakaman Sienna Adams baru saja selesai. Kerumunan keluarga, kerabat, sahabat sudah membubarkan diri sejak tadi. Hanya Al yang masih bergeming di depan nisan pualam hitam tinggi. Garis dan huruf emas terukir indah di permukaannya yang basah, membentuk nama dan kalimat yang teruntai dengan cinta dan doa.

Rest in Peace

Sienna Martina Adams

12 Desember 1982

12 Desember 2022

"Biarkan semua yang kamu lakukan didasari dengan cinta." 1 Korintus 16:14.

Al tersenyum lembut, meski air mata tetap menderas di wajahnya.

Cinta...

***

"...your name is Cinta?"

Al betul-betul kesulitan mendengar saat sebuah helikopter mendarat di atas helipad Children's Care Hospital, yang terletak di jantung kota Los Angeles.

"NO! SIENNA! MY NAME IS SIENNA ADAMS! JUST CALL ME SIENNA! SI-EN-NA!"

Perempuan cantik berwajah hati dan berambut cokelat lurus panjang itu menaikkan nada suaranya sampai tiga oktaf agar Al, seniornya, bisa mendengarnya.

"Ah... okay," Al mengangguk.

Helikopter itu membawa pasien anak gawat darurat dari korban ledakan gas yang menghancurkan gedung apartemen di Wilshire Boulevard. Kondisinya kritis dengan luka parah di kepala dan patah tulang rusuk, tangan, kaki.

Hari itu adalah hari pertama Sienna bekerja di Children's Care Hospital. Sebagai spesialis junior, ia harus bekerja dengan spesialis senior yang akan mengawasi kinerjanya sekaligus membimbingnya sebelum bisa bekerja secara mandiri di rumah sakit anak terbaik di dunia itu.

Senior Sienna saat itu adalah Alam Semesta.

"Kamu orang Indonesia?" tanya Sienna saat mereka akhirnya bisa istirahat usai tujuh jam penuh menangani anak-anak yang menjadi korban ledakan gas dan dikirim ke rumah sakit itu oleh tim 911. Dan istirahat mereka adalah duduk di atas brankar kosong di lorong sepi dekat kamar mayat sambil meneguk sekaleng kopi dingin dan makan sandwich yang buru-buru dibeli dari salah satu vending machine di lorong rumah sakit.

"Kamu juga?" Al memandang Sienna. Ia sempat berpikir perempuan cantik itu adalah orang Indonesia dari namanya, namun ia tak menyangka perempuan berkulit seputih kapas dan berambut cokelat itu sungguhan fasih berbahasa dan berdarah Indonesia.

"Blasteran," sahut Sienna. "Papaku keturunan Belanda-Indonesia. Ibuku asli Indonesia."

"I see. Sepertinya kamu mirip papamu," senyum Al.

"Begitulah," Sienna mengangkat bahu. "Kutebak kamu blasteran juga? Salah satu orangtuamu pasti orang Indonesia juga."

"Ya... ayahku. Ibuku orang Amerika. Kelahiran Illinois, tapi besar di New York."

"I see. Sepertinya kamu mirip ibumu."

"Begitulah."

Keduanya tertawa.

"Jangan kaget kalau pekerjaan di sini seperti ini," kata Al lembut. "Rumah sakit anak terbaik di dunia bukan jaminan memberi kenyamanan terbaik bagi para ahli medis yang bekerja di sini. Justru sebaliknya..."

"Iya, tahu, kok," kata Sienna sambil melambaikan tangannya santai. "Kalau kenyamanan yang kucari, nggak mungkin aku kerja di sini..."

"Lalu apa yang kamu cari?"

"Kamu."

Al mengerjap. Sienna memandangnya lurus.

"A-apa?"

"Iya, kamu," ulang Sienna. "Kamu salah satu spesialis senior di sini. Mentorku. Jadi aku harus cari kamu untuk menambah ilmuku dan memberiku saran tertentu, seperti tadi kan saat..."

Sienna terus mengoceh. Al menarik napas dalam. Entah mengapa darahnya terasa berdesir dan jantungnya seakan berhenti sesaat tadi.

"...hei, kamu dengar aku, kan, Al?" tegur Sienna. "Pokoknya kamu harus terus bantu aku selama aku ada di sini!"

Cara bicara Sienna sangat bossy dan bisa dibilang menyebalkan, padahal sebagai junior ia harusnya bisa lebih menghargai Al sebagai seniornya.

Tapi Al sama sekali tak tersinggung atau keberatan. Ia justru bisa melihat bara semangat menyala indah dalam jiwa Sienna. Al sudah melihatnya saat Sienna berusaha mati-matian memberikan pertolongan bagi anak-anak yang masuk Emergency Room hari ini, terutama di kategori zona merah.

Sienna sangat berdedikasi menyelamatkan anak-anak itu, meski ini hari pertamanya bekerja di sini.

"Iya, tentu aku akan bantu kamu," angguk Al tersenyum. "Jangan khawatir, Cinta..."

Giliran Sienna mengerjap.

"A-apa...?"

"Kenapa?" tanya Al bingung.

"Kenapa kamu memanggilku Cinta?" wajah Sienna memerah, matanya membeliak. "Kamu menggodaku, ya?!"

"Menggoda gimana? Namamu Cinta, kan?"

Sienna menepuk jidat dengan kaleng kopinya.

"Sienna! Si-en-na!" Sienna tampak kesal. "Kan tadi sudah kubilang! Ternyata kamu nggak dengar, ya?!"

"Oh... I'm sorry then," Al tertawa. "My mistake."

Itulah pertemuan pertama Al dan Sienna. Sejak itu, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Jam-jam kerja yang panjang dan berat, anehnya, terasa ringan dan menyenangkan saat mereka bersama.

Diam-diam keduanya mulai saling memimpikan dan memikirkan satu sama lain saat sedang tidak bersama. Namun tak ada yang berani mengungkap isi hati itu lebih dulu.

Mereka takut cinta itu tertolak dan menghancurkan harmonisasi duet yang sudah terbangun apik selama bekerja menangani pasien anak-anak di Children's Care Hospital.

Suatu hari, di jam istirahat kerja, Al tampak agak panik dan sibuk mencari-cari ponselnya yang hilang entah ke mana.

"Cari apa?" tanya Sienna.

"Ponselku entah ke mana," gumam Al. "Perasaan tadi sudah kukantongi..."

"Biar kutelepon."

Al makin panik. "Eh, jangan...!"

Sienna menaikkan alisnya, namun ia telanjur menekan tombol angka 1 sebagai fast dial ke nomor HP Al.

Seseorang mengangkat telepon itu. "Hello?"

"Andreas?" Sienna mengenali suara salah satu dokter spesialis senior di rumah sakit itu. "You brought Al's phone cells?"

"Is it you, Sienna?" Andreas terdengar kaget. "Well... I found it left on receptionist desk... I took it and I was going to return it, but Helena called me, so..."

"It's okay. Is your business done with her?"

"Yeah, just now..."

"Where are you?"

Al dan Sienna menemui Andreas di lobi Emergency Room.

"Thanks, Andreas," gumam Al saat menerima kembali ponselnya.

"No problem," sahut Andreas, yang kemudian memandang penasaran Sienna. "Who are you?"

"What do you mean?" Sienna memandang Andreas tak mengerti. "I'm Sienna!"

"Sienna Cinta? Is that your name? I thought your name was Sienna Adams."

Sienna melongo. "Hah?"

"Well, he named your number as Cinta in his contact's phone..."

Sienna berputar memandang Al. Wajah keduanya sama-sama semerah kepiting rebus.

"Apa maksudnya ini, Al?"

"A-aku..."

***

"Kudengar kamu kekasih putriku, Sienna. Apa benar?"

Tiga tahun kemudian, Al bertemu dan bercakap-cakap langsung dengan William Adams. Saat itu Al pulang ke Indonesia karena ayahnya meninggal. Namun ia tak menyangka akan bertemu William di pemakaman ayahnya.

Rupanya William Adams adalah sahabat Rama Semesta, ayah Alam Semesta.

"Ya, benar," sahut Al pelan.

"Apa kamu serius menjalani hubungan dengan putriku?"

Al tersenyum.

"Saya serius. Sebenarnya saya sudah membicarakan rencana saya untuk melamar Sienna dan meminta restu Anda, tapi Sienna ingin menundanya dulu sampai dua tahun ke depan..."

"Ya, Sienna juga sudah mengatakannya padaku. Ia ingin menyelesaikan kontrak kerjanya dulu dengan Children's Care Hospital sebelum kembali ke Indonesia. Ia ingin menikah saat sudah di Indonesia. Sementara kontrakmu berakhir tahun ini, kan? Kenapa kamu tidak bekerja saja di rumah sakit milikku?"

Al mengerjap. "Maaf?"

"Kamu tahu Sienna nanti juga akan menjadi direktur di rumah sakit milikku. Kalau kamu serius ingin menikahinya, maka kamu juga akan tinggal di sini, bukan Amerika."

Al menarik napas dalam. "Ya, tentu saja. Hanya saja saya tidak..."

"Kamu keberatan bekerja di CHC? Apa karena rumah sakit milikku itu bukan yang terbaik di dunia?"

"Bukan begitu..."

"CHC akan menjadi yang terbaik di dunia jika ada kamu dan Sienna yang mengurusnya. Begini saja, aku akan memberimu restu jika kamu mau bekerja sebagai dokter spesialis anak di CHC. Bagaimana? Itu bukan pilihan yang buruk, kamu tahu."

Al terdiam sejenak. Ia bukannya keberatan bekerja di CHC. Namun ia merasa lebih baik mencari pekerjaan atau melangsungkan kariernya sebagai dokter spesialis anak atas usahanya sendiri, bukan karena hubungan kekerabatan seperti ini.

Tetapi menolak tawaran William justru merupakan pilihan yang buruk. William penuh tekad dan tak tergoyahkan, sama seperti Sienna.

"Baiklah, saya setuju..."

***

"...hingga maut memisahkan."

Janji suci terucap lancar dari dua pengantin menawan di depan altar. Alam Semesta dan Sienna Adams saling berhadapan, tangan keduanya saling menggenggam, tatapan keduanya dipenuhi cahaya dan cinta.

"Dengan ini, kunyatakan kalian sah sebagai suami istri," kata pastor sambil memberi tanda pemberkatan.

Al dan Sienna berciuman dengan bahagia. Seisi gereja bertepuk dan beberapa meneteskan air mata.

Meski tak semua air mata itu adalah air mata bahagia. Duduk di sudut paling belakang, di bawah bayang-bayang atap lengkung, Agselle menangis sesenggukan. Kentara itu air mata luka.

Beberapa deret di sampingnya, Wilhelmina, kakak tiri William, melirik Agselle tajam.

Ia tidak berurai air mata. Namun jelas wajahnya juga tidak menunjukkan suka cita.

Saat semua orang sudah meninggalkan gereja, Wilhelmina melangkah keluar paling belakang. Wajah cantiknya yang sudah berkerut menantang langit terang tanpa bimbang.

Bisikan pelan di bibir merahnya hanya sanggup didengar angin.

"Aku bersumpah demi ibuku, semua ketidakadilan ini akan berakhir, suatu hari nanti."

***

"Kamu hamil? Serius hamil?"

Al hampir saja menjatuhkan nampan berisi steak yang baru dikeluarkan dari oven.

"Iya!" Mata Sienna berkaca-kaca, namun ia melompat gembira seperti anak kecil. "Lihat ini!"

Bukan hanya test pack. Sienna juga melambaikan hasil foto USG rahimnya. Ia diam-diam sudah memastikan kehamilannya ke temannya yang dokter spesialis kandungan.

Ia sudah positif hamil selama delapan minggu.

"Aku... akan jadi seorang Papa?" Al hampir menangis sekarang.

"Dan aku akan menjadi seorang Mama," Sienna tak kuasa menahan tangis. Al meletakkan nampannya di meja dan memeluk Sienna.

"Terima kasih sudah memberiku hadiah terindah, Cinta," Al terisak dan mencium Sienna. "I love you always..."

"I love you too, Al... till death do us apart," bisik Sienna, mengulang akhir janji suci mereka dengan derai air mata dan cinta.

***

"...anakku, mana anakku?"

Sienna sudah melupakan rasa sakitnya saat melahirkan beberapa detik lalu. Tangis pertama bayinya adalah pelipur lara terindah.

"Ini, Sienna... dia sangat sehat, sangat cantik. Mirip kamu."

Al sendiri yang memeriksa kondisi bayinya begitu lahir, membersihkannya, lalu membawanya ke dada Sienna dengan hati-hati dan berurai air mata bahagia.

"Anakku, anakku Selena..."

Sienna memeluk bayinya dengan suka cita. Al mengecup kening istrinya penuh cinta.

"Terima kasih untuk segalanya, Cinta."

Sienna memandang Al dengan wajah dan mata basah.

"Kembali kasih, Cinta."

Keduanya menimang Selena. Bayi kecil itu membuka sedikit matanya, bibir mungilnya tersenyum.

Al dan Sienna menatap Selena, air mata bahagia kembali membasahi pipi mereka

"Selamat datang, Cinta."

...***...

Terjemahan:

Your name is Cinta? \= Namamu Cinta?

NO! SIENNA! MY NAME IS SIENNA ADAMS! JUST CALL ME SIENNA! SI-EN-NA! \= Bukan! Sienna! Namaku Sienna Adams! Panggil saja aku Sienna! Si-en-na!

I see \= Begitu.

I'm sorry then \= Maafkan aku kalau begitu.

My mistake \= Aku keliru.

Fast dial \= Panggilan cepat.

You brought Al's phone cells? \= Kamu yang bawa ponsel Al?

Is it you, Sienna? \= Ini kamu, Sienna?

Well... I found it left on receptionist desk... I took it and I was going to return it, but Helena called me, so... \= Yah... Aku nemu ponsel ini ketinggalan di meja resepsionis... Kubawa dan tadinya mau kukembalikan, tapi Helena memanggilku, jadi...

It's okay. Is your business done with her? \= Nggak apa-apa. Apa urusanmu dengannya sudah selesai?

Yeah, just now... \= Ya, baru saja...

Where are you \= Kamu di mana?

Thanks, Andreas \= Trims, Andreas.

No problem \= Nggak masalah.

Who are you? \= Siapa kamu?

What do you mean? \= Maksudmu apa?

I'm Sienna! \= Aku Sienna!

Sienna Cinta? Is that your name? I thought your name was Sienna Adams \= Sienna Cinta? Itu namamu? Kukira namamu Sienna Adams.

Well, he named your number as Cinta in his contact's phone... \= Yah, soalnya nomormu dinamai Cinta di kontak ponselnya dia...

I love you always... \= Aku selalu mencintaimu...

I love you too, Al... till death do us apart \= Aku juga mencintaimu, Al... hingga maut memisahkan.

***

1
F.T Zira
ahhhh.... kisah mereka ternyata manis..
tapi gegara si aki aki Sambara brsikap menjadi antgonis.
🌹 buat Sambara
F.T Zira
awal bertemu Raya🥹
F.T Zira
siapapun psti milih mati daripada hidup gini🥲🥲
F.T Zira
bener benar... satu generasi kelakuan sama.😡
F.T Zira
eidann dah ini... 😡😡😡
F.T Zira
hobi banget nyosor sih dia.. apa dari lahir emang udah di stel gitu ya😆😆
F.T Zira
aku pun akan bersikap sama kalo di posisi Sambara😑
dua demit hobi ganggu🤧
zin
5iklan utk author
zin
sama ae lu kyk bapak lu
zin
lu mesti balas, Sam!
zin
pantas anakmu dimana2
zin
minimal pakai lipbalm, baru minta sosor 🙃
zin
ucap sambara saat belum tau uh ah 😂
zin
Alvaro titisan dajjal 🙃
zin
tapi semua orang di sekeliling mu sedang berusaha ray.
zin
Al ini bijak bgt orgnya
zin
gitu aja lah trus sifatmu ray
zin
selagi stok duit masi banyak ray, gampang di cari darah itu
zin
Ayo kembali sehat rona, kamu penyemangat raya.
LapCuk
Masa lalu Sambara ruwet banget
Rona Risa: makanya gedenya ruwet 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!