Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 28
Suara azan berkumandang tepat di sisi samping Nining. Ia sekejap saja langsung terbangun. Entah mengapa suara itu begitu nyaring di telinganya. Sebenarnya alarm apa yang di gunakan suaminya itu untuk membangunkannya.
Nining begitu saja terduduk mencari alarm yang begitu ampuh membangunkannya. Ternyata suara tersebut dari ponsel milik Ilham.
Nining baru sadar bahwa ia ternyata ketiduran semalam saat memijit Ilham. Ilham begitu larut tidurnya. Bagaimana ia tidak tidur jika suaminya saja sibuk membaca buku yang tulisannya saja arab semua.
Mata Nining yang tidak tertahankan itu membuatnya seketika saja tertidur dan alhasil suara alarm yang membangunkannya saat ini. Melihat sekeliling Ilham tidak berada di sampingnya dengan ia melihat sepucuk kertas putih di atas bantal yang kemarin malam Ilham tiduri.
Nining melihat tulisan yang bagian atasnya bertuliskan huruf arab namun kosakata seperti membaca tulisan bahasanya. "Ya Allah Bi tulisan aja pakek acara menggunakan tulisan kitab kuning begini. Tulis bahasa sendiri kenapa sih repot banget aku bacanya." Nining kurang mengerti dengan tulisan itu. Namun ia paham maksud dari Ilham yang tengah pergi ke pesantren untuk melaksanakan shalat tahajud dan subuh.
Ilham juga memerintahkannya untuk segera bangun jika azan subuh berkumandang. Nining juga harus mulai melakukan aktivitas rumah tangga dan memasak sarapan pagi sebelum ia pulang dari pesantren.
Mata Nining rasanya berputar-putar melihat tulisan Ilham yang banyak ia tidak bisa pahami. "Dah... Dari pada aku lama ini baca tulisan lebih baik aku beres rumah dan belajar masak dulu. Abi pulang baru tanya sisanya." Nining meletakkan tulisan itu kembali di tempat semula. Ia bergegas membersihkan tubuhnya dulu. Sebelum itu Nining memeriksa seprai yang ia tiduri. "Aman." tidak ada bercak yang menempel di sana.
Sesaat di kamar mandi Nining kembali memeriksa tubuhnya takut si serangga menggigitnya malam tadi. Ia juga belum sempat memeriksa ranjang itu. Ternyata dugaannya benar, ada satu bercak di bagian lehernya. "Gawat ini." Nining kembali ke kamar dengan dirinya hanya menggunakan handuk yang di lilitkan di tubuhnya.
Ia membuka seprai dan membongkar sarung bantal dan kaki yang masih di gunakan. Nining memeriksa secara inci dan mencari letak serangga itu. "Di mana kau serangga?" posisi Nining di atas ranjang sembari duduk menyilangkan kedua kakinya kesamping dan membungkuk sedikit.
"Astaghfirullah Mi." Ilham melihat penampilan Nining membuatnya terkejut. Apalagi ranjang itu tidak berbentuk lagi. Semuanya jungkir balik termasuk bantal yang tidak ada rasa malunya lagi sudah terletak di lantai. Pasrah dengan perbuatan Nining.
Ilham melihat Nining begitu seperti menarik perhatian batinnya.
"Abi cepat banget pulang." Nining menoleh ke arah Ilham sekali lewat saja. Ia masih fokus pada serangga yang terus saja menggigitnya. "Awas kau ya. Kalau dapat aku buat kau jadi ikan teri."
"Astaghfirullah..." Ilham menutup mata sembari berzikir dan mengusap-usap wajahnya. "Godaan terberat ini." gumamnya.
"Abi kenapa sih kayak banyak beban hidup begitu? Nanti aja kalau mau curhat Bi. Aku lagi sibuk sekarang." Nining walau fokus tapi mendengarkan ucapan Ilham yang berdiri di belakangnya.
"Ummi tuh mancing Abi ya?"
"Mancing apaan sih Bi? Aku bukan lagi mancing ikan. Tapi mancing serangga. Eh salah. Maksudnya cari serangga yang main gigit leher aku. Takutnya ini serangga drakula deh Bi. Habis darah aku kalau di hisapnya." Nining semakin mencari-cari di dekatnya. "Mana sih?" gumamnya.
"Ummi coba liat Abi." pinta Ilham yang berdiri di samping Nining.
Nining mengikuti dengan tatapan yang sepolos tisu dan rambutnya yang panjang berwarna hitam itu kesamping. Cara duduknya terlihat menarik batin Ilham. Ilham menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Beruntung istrinya itu tengah haid. Ia juga sadari bahwa Nining tidak sengaja melakukan itu semua.
"Ummi mau cari serangga di atas kasur kayak begini enggak akan dapat Mi?"
"Iya terus aku harus mencari kayak gimana Bi agar bisa bertemu itu serangga?"
"Tapi Mi. Serangga yang Ummi duga itu adalah Abi."
Nining seketika saja melebarkan kedua matanya dengan mulutnya terbuka. "Jangan-jangan Abi."
"Iya benar Mi."
"Astaghfirullah... Ternyata Abi malam-malam bisa berubah jadi serangga."
Ilham langsung memejamkan kedua matanya ternyata ia telah salah berbicara. "Sini Ummi duduk di samping Abi. Biar Abi jelaskan." Ilham duduk di ujung ranjang sembari menepuk sisi kirinya.
Nining malahan menjauhi Ilham. "Enggak mau aku, Bi. Jangan bilang Abi mau berubah lagi. Terus kali ini menghisap semua darah ku. Kayak di film horor begitu."
"Ummi kebanyakan nonton film di ponsel jadinya kayak begini hasilnya. Sini Ummi duduk di samping Abi."
"Eh kok Abi tau?"
"Nanti Abi jelaskan juga kenapa Abi bisa tau. Sekarang lebih baik Ummi duduk di sini." Ilham kembali menepuk ranjang di sisi kirinya.
Nining secara perlahan mendekati Ilham dan duduk di samping suaminya itu.
"Ummi dengarkan baik-baik. Ini bercak bukan di gigit serangga tapi Abi yang membuatnya gara-gara gemas melihat Ummi yang enggak mengikuti perintah Abi." jelas Ilham memegang leher Nining sekilas.
"Berarti Abi mencubit aku ya?" tanya Nining sembari menunjuk Ilham.
Ilham memegang tangan Nining agar tangan istrinya tidak terlihat kurang ajar terhadap dirinya sembari mengangguk.
"Astaghfirullah Bi. Abi tega berbuat kasar sama aku." Nining tidak terima atas perlakuan Ilham.
"Abi enggak kasar sama Ummi. Lagian Abi gigitnya dengan kasih sayang."
"Mana ada Bi kayak begituan? Di mana-mana kalau mencubit itu pertanda, Isssh... Geli Bi." Nining merasa Ilham menggelitikinya menggunakan bibir di bagian lehernya.
"Ini buktinya enggak sakit! Hanya geli aja Mi!"
Nining segera berdiri melihat lehernya di pantulan cermin. Warna merah di kulitnya bekas tadi ia lihat ternyata sama. 'Ternya ini ulah Abi. Berarti aku sudah suudzon dong sama itu serangga.'
"Sekarang Ummi taukan itu Abi yang buat. Sekarang Ummi mandi dan bereskan ini semua. Abi mau siap-siap ke pesantren lagi. Hari ini Abi banyak kerjaan." Ilham berjalan mendekati lemari yang berada di samping Nining. Ia membuka pakaian dan menggantikan pakaian yang sering ia gunakan untuk mengajar di pesantren.
Dengan Nining segera ingin berjalan ke kamar mandi. Ia sedikit kesal dengan perbuatan Ilham yang membuatnya telah berdosa. 'Ini gara-gara Abi ya Allah. Aku jadinya memfitnah serangga itu.'
"Ummi..."
Nining berhenti melangkah dan melihat ke Ilham. "Apalagi sih Bi?"
"Eh enggak boleh ngomong ketus kayak begini sama suami." Ilham berjalan mendekati Nining.
"Abi sih enggak jujur dari awal kalau Abi yang buat kayak begini. Aku jadinya berdosa telah memfitnah serangga." gerutu Nining.
"Iya Abi salah. Abi minta maaf." Ilham mengangkat tangannya. "Ayo salaman dulu. Abi mau berangkat langsung. Ummi sarapan dulu sebelum mengerjakan semuanya. Tadi Uma bawakan nasi uduk untuk Ummi."
Nining mengangguk sembari mencium tangan Ilham dengan Ilham mencium kening Nining. Sebaliknya Nining juga mencium kening Ilham. Senyuman tak pudar itu terlukis di wajah Ilham sembari mengeluarkan sebuah ponsel dalam saku celananya. "Ini punya Ummi."
Kedua mata Nining melebar saat Ilham ternyata menemukan ponselnya. "Abi enggak menghancurkannya?" Nining mengambil ponsel di tangan Ilham.
Biasanya kalau benda yang di larang di temukan langsung di hancurkan di depan para santri dan santriwati agar kapok membawa benda yang di larang itu ke dalam pesantren.
"Sudah di hancurkan. Hanya saja di dalam ponsel Ummi terdapat foto Abi makanya enggak Abi hancurkan."
Nining kembali terdiam di saat ia ketahuan begini. Nining pernah memfoto Ilham secara diam-diam. Ia memang sengaja melakukannya karena sebagai tanda bukti bahwa Nining pernah tidak menyukai Ilham gara-gara menghukumnya membersihkan ambal masjid sendirian. Foto Ilham di tulis Nining dengan si raja penghukum.
Nining terpaksa tersenyum manis melihat Ilham. "Maaf Bi. Aku khilaf."
Wajah Ilham seketika saja menatap Nining dengan begitu datar sembari mengangkat satu tangannya untuk menunjuk Nining. "Tunggulah di saat Abi juga khilaf Mi. Abi berangkat, assalamualaikum."
"I-iya Bi aku tunggu gimana khilafnya Abi. Waalaikumsalam." Nining pikir Ilham akan memfotoinya juga dan menulis sesuatu di foto itu. 'Aku ikhlas kok Bi. Jangan aja aku di hukum membersihkan satu RW.' Nining meletakkan ponselnya di atas meja dan kembali berjalan ke dalam kamar mandi.