NovelToon NovelToon
SAY 'I Love You'

SAY 'I Love You'

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / cintamanis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ini adalah kisah dari beberapa karakter yang ditulis di satu novel.

Sebenarnya, apa itu Cinta dan bagaimana seseorang bisa saling mencintai? Bisakah dia menerima kekuranganku? Dan mampu kah aku menerima kekurangannya?

Mohon dukungannya ya teman-teman. Karya ini tidaklah sempurna tanpa saran dan komentar kalian♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengakuan

Tiga hari sejak siumannya Sekar, Bu Vety kembali pulang karena dia harus mengajar anak-anak di SDLB di tempatnya.

Aku sering juga mengunjungi Sekar, bersama dengan Khanza. Menyemangati Sekar yang kini masih dalam masa rehabilitasi di Rumah Sakit. Dia selalu menunjukkan senyumannya yang ceria itu di sana dan melambai ke arahku.

"Kenapa dia hanya melambai padamu?" Khanza tiba-tiba bertanya hal itu padaku.

"Aku ingin sekali Sekar cepat pulih dan percaya dengan ucapanku" Ucap Khanza sekali lagi.

Hatiku terasa gudah. "Dia pasti pulih dan mengingatmu lagi" Aku menyakiti diriku sendiri.

"Ku harap begitu. Aku sungguh merasa ini tak mungkin" Jawab Khanza sambil melangkah perlahan ke arah kursi tunggu di sana.

Aku kembali melihat Sekar yang kembali belajar berjalan. Dia tertatih di sana bersama perawat wanita yang terus berada di sampingnya.

Aku merasa bimbang dengan hatiku tanpa sebab. Aku kembali mendatangi Khanza, duduk di sebelahnya.

Kami kembali mengikuti perawat itu yang membawa Sekar ke kamarnya. Dia di bantu oleh perawat untuk kembali berbicara. Mengucapkan huruf vokal dengan sabar.

Perawat itu meninggalkan kamar Sekar setelah mereka menyelesaikan perlatihan untuk hari ini.

Tangan Sekar kembali bergerak, lagi-lagi aku tidak tau dia berkata apa.

Aku memperhatikan tangan Khanza yang membalas gerakan itu tanpa mengeluarkan suaranya.

Sekar langsung tersenyum lebar, sambil melihat ke arahku dan menunjukkan ke dua ibu jarinya.

Aku sungguh tak mengerti apa yang dia katakan. Aku melihat ke arah Khanza yang menatapku. Dia terlihat seolah menahan rasa sedihnya.

"Sekar tanya, kenapa kau membawa tas. Aku berkata kau sedang kuliah dan duduk di semester 4. Dia bilang, kau hebat dan menunjukkan dua ibu jarinya" Jelas Khanza.

Aku menyadari betapa sakitnya Khanza, tapi di dalam diriku merasa seolah ingin mengabaikannya.

Aku tau bagaimana mengatakan 'terima kasih' dengan bahasa mereka. Mengangkat tangan kanan dan meletakkan tiga jari di dagu, kemudian sedikit melambaikannya. Dulu, dia sempat mengajarkan itu.

Aku mempraktekkannya sambil melihat ke arah Sekar. Aku dapat melihat perubahan cepat di wajahnya itu. Dia terlihat terbelalak, mengagahkan mulutnya perlahan, ujung bibirnya terangkat ke atas.

Dia mengepalkan tangan kanannya di depan dada. Membuka ibu jari dan jari kelingkingnya dan mengerakkannya maju ke depan-belakang sekali.

"Sama-sama" Ucap Khanza melihat ke arahku.

Mataku terbelalak melihat Khanza. Dia terlihat pasrah. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud begini" Aku merasa bersalah kepada Khanza.

Khanza menepuk bahuku. "Jangan menyalahkan dirimu. Jangan biarkan juga senyuman itu menghilang. Anggap saja ini sebagai tanda tebusmu. Aku sudah senang melihat Sekar bisa tersenyum lagi" Ucap Khanza.

Apa Khanza berusaha menyakiti dirinya sendiri?

Entah mengapa, keningku berkernyit dengan sendirinya. Aku merasa marah pada Khanza.

"Apa yang kau katakan?! Jangan berfikir seolah-olah dia menunjukkan senyuman itu padaku. Aku tidak ada apa-apanya apabila tak ada kau di sini. Dia tersenyum karena kau memahami ucapannya. Bukan karenaku!" Tegasku pada Khanza di hadapan Sekar.

Aku melihat Sekar. Dia mendengar ucapanku. "Sekar, Khanza ini pacarmu. Tolong jaga hatinya" Ucapku pada Sekar.

Sekar melihat Khanza. Dia mengeleng. Dia kembali mengerakkan jari-jarinya.

Aku menahan jari-jarinya itu. "Tolong dengarkan ucapanku. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Jangan buat pacarmu sebagai translatorku" Ucapku pada Sekar.

Aku melihat wajah Sekar saat itu. Dia mengigit bibirnya sendiri, keningnya berkenyit dan menunjukkan air matanya padaku.

Aku menutup matanya itu dengan tangan kiriku. Aku tidak bisa melihatnya menangis. Dia tau apa kelemahanku, dia sering begini saat masih SMP. "Sekar, percaya ucapanku ya. Aku untuk apa menipumu, kalau tidak percaya, Khanza bisa menunjukkan ribuan fotonya bersamamu saat kalian pacaran. Dan Elgard juga tau tentang itu" Jelasku padanya.

Dia mengangkat tangan kirinya yang terkepal. Dia memukul dadaku dengan keras. Lalu, menunjukkan jari kelingking, jari telunjuk, dan ibu jarinya padaku. Aku tau maksud bahasanya. Aku membuka matanya. Menepuk kedua pipinya dengan kedua tanganku.

"Aku dan kau hanya berteman, tolong ya... Jangan membuat pacarmu merasa sedih" Ucapku sambil mengusap air matanya itu.

Dia mengeleng dan Khanza tiba-tiba memegang bahuku. Aku melihatnya. Dia menunjukkan senyuman tipis itu. "Sudah, jangan memaksanya" Ucapnya.

Aku masih ingat dengan wajah Sekar dan Khanza saat masa SMA. Dia satu-satunya yang membela Sekar. Dia satu-satunya yang membuat Sekar terlihat aman.

Kenapa aku berfikir, aku pantas di dekatnya. Bukankah, selama ini aku hanya melarikan diri saja?

Sekelilingku seakan mengelap. Aku merasa, sakan aku sendirian. Ini tidak benar. Aku segera menyadarkan diriku.

"Enggak, ini gak benar" Bibirku menceletus sendiri.

"Kau selama ini menemaninya. Bukan aku. Ah, aku-"

Entah mengapa, pintu itu terlihat bersinar. Mataku terus tertuju ke sana.

"A-ada yang harus ku lakukan. Aku pamit, nanti aku akan kemari. Mungkin sore? Aku janji, tidak sampai malam" Aku melepaskan diri dari mereka.

Entah mengapa, aku hanya bisa kabur dan terus kabur. Ini membuatku frustasi.

Aku keluar dari RSUD. Melihat ambulan yang datang, pasien yang keluar dari ambulan itu dalam keadaan penuh darah di pergelangan tangannya.

Pandanganku terasa buyar. Semuanya menjadi sunyi. Kenapa semuanya jadi begini? Telingaku terus mendengung keras. Aku berjongkok, segera menenangkan diriku.

Tapi, dadaku terasa sakit, perutku mual dan kram, kepalaku terasa berat, dan sekujur tubuhku terasa dingin. Rasanya aku ingin menangis. Aku tidak tau apa yang aku takutkan.

Sepasang kaki bersepatu kulit berada di depanku. "Hei, kau kenapa?" Aku kenal dengan suara ini.

Itu Elgard.

Aku mendongakkan kepalaku.

"Astaga, wajahmu pucat sekali. Apa yang terjadi?" Dia berjongkok di sebelahku.

Aku hanya perlu melatih nafasku, untuk tetap tenang.

"Bentar, aku bawa air. Nah minumlah" Dia memberikan botol air mineral itu padaku.

Saat aku meraih botol mineral itu, aku tidak sengaja memegang ibu jarinya. "Eh? Kau dingin sekali. Apa yang terjadi? Dia memberikan botol itu sekali lagi.

Tanganku bergetar dengan hebat. Aku tak tau apa yang terjadi padaku. Setiap kali sesuatu terjadi pada Sekar, aku selalu begini.

Aku meminum air itu perlahan, tapi entah mengapa air itu masuk dengan cepat ke kerongkonganku. Aku terbatuk karena tersedak. Tengorokanku terasa panas.

"Aduh, pelan-pelan saja minumnya" Ucap Elgard menepuk bahuku.

Aku sudah pelan-pelan.

Aku melihat ke arah Elgard setelah batukku reda. Aku kembali mengatur napasku. "Maaf, kadang aku begini. Kau baru pulang dari luar kota?" Aku langsung bersikap seolah tak ada yang terjadi.

"Iya. Tapi, kau sudah periksakan dirimu? Kau kek orang yang punya gangguan psikis" Ucapannya terdengar seperti sedang mengejekku.

"Ha? Haha, kau berkata begini karena kau anak Psikologi-kan?" Aku menepuk bahunya. Aku baru tau modelan candaan Elgard seperti ini.

"Aku tidak bercanda. Kau seperti orang kena serangan panik" Ucapnya.

"Serangan panik? Itu tidak mungkin. Aku hanya ingin melarikan diri saja" Aku tiba-tiba keceplosan.

Aku terbelalak sejenak, lalu menunduk, ingin sekali rasanya melakban bibir ini.

"Melarikan diri? Apa yang terjadi?" Tanyanya sekali lagi.

Mau tidak mau, aku harus mencari alasan lain. Ya "Sekar, dia tidak percaya apabila Khanza itu kekasihnya, jadi aku meninggalkannya karena aku merasa tidak enak pada Khanza" Jelasku.

"Oh, begitu" Tolong percayalah.

"Tapi, tetap saja. Perhatikan juga kondisimu. Sampai hal yang tadi ku lihat lagi, kau akan ku tarik ke Psikiater"

"Ha?! Kenapa harus Psikiater?! Aku tidak sakit!" Tegasku padanya. Tapi, kurasa dia tidak mendengarkannya dan malah menarik ransel punggungku. Dia memaksaku untuk masuk ke dalam RSUD lagi.

1
Ra_sya Atalla
Novel awal yang bagus
gua udah Vote, Vav, Rate, Thor

nyicil gua bacanya
ChiArt_27: Makasi kak, atas dukungannya
total 1 replies
Ra_sya Atalla
bagus ceritamu Thor. pembawaannya juga jelas dan tulisan yang rapih
Ra_sya Atalla
Sekar gadis baik meski memiliki kekurangan tak ada patah semangat
Archplanetes
Semangat thor🙌
Archplanetes
emang sakit sih, harus kuakui🗿
ChiArt_27: Apa lagi, kalau bolanya baru ya kak/Smile/
total 1 replies
Archplanetes
OH! NAMANYA SEKAR... astaga, aku lupa, udah lama gak baca :v

Sorry banget thor🙏
Archplanetes
Huft, syukurlah :v
Archplanetes
Waduh, perasaanku kok gak enak ya...
Archplanetes
Iya juga😂
Archplanetes
uhuk, dia anak laki2 kan? Masih masa pertumbuhan haha
Archplanetes
Waduh, berat banget. Tapi keren thor! Aku suka caramu membawakan ceritanya!!!
ChiArt_27: Hehe, terima kasih kak🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!