Hidup Ayana yang sudah retak ini dihancurkan secara sempurna oleh seorang mafia kejam yang tega menodainya untuk membalaskan dendam istrinya. Ayana yang tak pernah disukai oleh ibu dan kakaknya membuat ia semakin dibenci saat ia dinyatakan hamil.
Ayana memilih untuk pergi tanpa tujuan, hanya bermodalkan nekat. entah bagaimana kelanjutan hidup Ayana Gadis itu hanya bisa membujuk Tuhan yang selama ini ia benci, untuk membuat takdir dan semesta bekerjasama untuk membantu hidup Ayana.
bagaimana kisah seorang mafia kejam yg menodai gadis biasa ini? mari kita ikuti kisahnya ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Capricorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permen susu
^_^
Mereka pun sampai di ruangan private dan duduk di meja yang sudah ditentukan. Devi duduk sambil menunggu orang itu. Tak lama kemudian orang itu pun datang. Meeting pun berlangsung.
Bintang hanya diam. Dia tidak mengerti dengan percakapan kedua orang dewasa ini. Setelah berjabat tangan Tanda meeting selesai. Devi pun keluar membawa Bintang.
Bi melihat ada taman di dekat restoran itu. Matanya berbinar, karena banyak permainan anak-anak di sana.
'' bibi, Apa boleh aku bermain sebentar di sana?''Bi menarik-narik tangan Devi, sambil menunjuk taman anak-anak itu.
Devi berpikir sebentar.
'' janji tidak akan nakal Bi, hanya bermain saja,''Bi memohon.
'' baiklah,''
''Yeahh!!!''
Devi mencubit gemas pipi Bintang, anak itu tak marah karena ia akan bermain!
Devi dan Bintang berjalan ke taman, setelah sampai anak itu langsung lari ke perosotan, Iya langsung melepaskan tangan Devi begitu saja.
Devi menghela nafas dan menggeleng kecil melihat antusias Bintang, dia duduk di kursi sambil mengawasi Bintang. Devi tersenyum saat melihat Bintang bermain dengan sangat ceria, Ia merekam momen ini dan mengirimkannya pada Ayana.
Devi tertawa saat Ayana mengirimkan emotion memegang kepala.
Tiba-tiba Devi merasa haus, dan ia yakin Bintang pun pasti merasakan hal yang sama. Walau mereka sempat makan dan minum jus di restoran tadi, Devi tetap merasa haus.
Devi melihat ke sekitar, banyak penjual minuman dingin dan berbagai makanan dan gorengan.
''BINTANG!'' Devi memanggil Bintang, yang lagi bermain.
Bi pun berlari ke arahnya.'' Ada apa bibi?''
'' Bibi mau beli minuman, ayo,'' Devi memegang tangan Bintang. Namun anak itu melepaskan tangan Devi.
'' bibi, aku menunggu sambil bermain saja, janji tidak akan nakal,'' ucap Bintang, ia menatap Devi penuh harap.
Devi menghela napas,'' ya sudah, sana, lanjutkan bermain,''
Bi langsung tersenyum dan berlari lagi ke arah Taman.
Devi berjalan membeli minuman dingin. Yang ada di pinggir jalan, Ia juga ingin membeli Lumpur, kebab, somay bakar, dan sosis bakar, serta bakso kuah untuk Bintang.
Devi yang menunggu bakso bakarnya menatap ke arah Bintang, Ia tetap mengawasi anak itu.
'' mau pakai cabe level berapa?" Devi kembali menatap ke penjual itu.
Sedangkan Bintang, saat bermain perosotan. Ia melihat seorang pria dewasa yang merokok di bangku taman, tidak jauh dari tempatnya bermain.
Bi menghampiri pria itu sambil mencari sesuatu di saku celananya. Setelah mendapatkan apa yang dia cari,Bi pun sudah berada di depan pria yang merokok sambil menutup matanya.
Bintang menarik ujung baju pria itu sambil memanggilnya.'' Paman!''
Pria itu langsung membuka matanya dan sedikit kaget saat melihat seorang anak kecil berada di depannya. Dia menaikkan alisnya sebelah saat melihat anak kecil itu menyodorkan permen susu.
''Paman, kata mommy, jangan merokok, tidak baik, nanti perut Paman penuh asap, Paman sesak nafas dan bisa meninggal,''Bintang mendekatkan permennya pada wajah pria itu.
''Ambil saja permenku paman, sebagai ganti rokok paman. Itu lebih baik, ada susunya, Paman akan semakin sehat,''Bi terus berceloteh. Ia aku tidak suka berinteraksi dengan orang lain, tapi jika dia melihat sesuatu yang salah, Ia akan langsung menegurnya.
Pria itu terus menatap Bintang heran, namun tangannya mengambil permen susu itu.
'' Jangan merokok lagi ya paman, Mommy Paman akan sedih jika Paman sakit,'' Celoteh Bintang lagi. Iya berniat kembali, namun tangannya langsung dipegang oleh pria ini.
'' Ada apa paman?'' Tanya bintang heran saat tangannya dipegang oleh pria ini.
'' terima kasih,'' ucap pria itu.Bintang mengangguk. Tangannya dilepaskan,Bintang Melambaikan tangannya lalu pergi.
Pria itu tersenyum hangat melihat tingkah Bintang. Ia melihat permen susu di tangannya, Entah mengapa hatinya menjadi sejuk dan tenang seketika.
Pria itu membuang rokok di tangannya, Iya beranjak dari sana. Iya tersenyum sambil memasukkan permen itu ke dalam saku jasnya.
Sama-sama ia mendengar suara seseorang memanggil.
''BINTANG,KAU DARI MANA SAJA!BIBI KHAWATIR KAU HILANG,ASTAGA ANAK INI!''
''Bibi tidak perlu cemas, Aku kan sudah besar,''
'' Dasar sok dewasa kamu!''
Pria itu berbalik saat mendengar suara anak tadi. Iya tersenyum saat melihat anak itu merayu seorang wanita yang pria ini yakini dia adalah Bibi dari anak itu.
******
Lucas bergidik saat melihat Rey terus tersenyum dan tidak marah saat rapat tadi. Masalah karyawan pun dimaafkan begitu saja, Lucas heran dengan tuannya itu.
Di dalam mobil, Lucas melihat dari ekor matanya, Rey sedang memegang permen, wajahnya terlihat senang.
'' lihat, tadi aku bertemu malaikat kecil. Dengan mudah dia menghentikanku merokok, dan memberikanku permen ini,'' ucap Rey sambil menunjukkan permen itu pada Lucas, wajahnya terlihat sumringah.
'' Aku penasaran dengan anak itu Tuan,'' ucap Lucas, yang terdengar antusias juga.
Dalam diam Lucas berterima kasih pada anak itu karena membuat situasi hati Rey membaik.
'' jika bertemu lagi, aku akan mengabarimu juga,'' ucap Rey, Iya kembali memandangi permen itu.
Drrtttt drrtttt
Tanpa mengurangi senyum di wajahnya, Rey merogoh ponselnya di satu jasnya, dia melihat siapa yang menelponnya. Seketika senyumnya pudar ketika membaca nama Devina di layar, ditambah foto wanita itu, seolah membumbui kekesalan Rey.
Rey mengangkat panggilan itu,'' ada apa? Bicara cepat?''
"Rey aku m-"
Tut.
Rey langsung mematikan sambungan telepon begitu saja. Membuat Lucas menggeleng kecil Tak habis pikir. Tapi entah mengapa hati kecilnya mendukung tindakan Rey.
'' tuan, Pak Leo meminta bertemu sekarang juga,'' ucap Lucas, Rey hanya mengangguk menyetujui.
*****
Bi tersenyum mengarah ke arah layar ponsel. Saat ini dia sedang melakukan panggilan video call dengan Ayana.
'' mommy, Bibi memberikanku makanan yang banyak, dia mengajarkan aku boros,'' ucap Bintang membuat Devi,mencubit pipi nya.
"Sayang, Ingatkan bibi Devi untuk makan yah,Dia suka mengabaikan perut nya,"
Bintang mengangguk.
"Kakak,Apa disana seru?"
Bi tersenyum sumbringah saat melihat Bulan di layar.
"Iya Bulan! Ada bakso besar juga. Bibi Devi membelikan ku, Tapi dia juga janji membelikan mu saat pulang!"
Du sana Bulan terlihat sangat senang.
"Kakak cepatlah pulang, Aku mau cepat makan bakso besar!"
Bi mengangguk mengangguk. Devi mengacak rambutnya gemas.
'' mommy,'' Panggil bintang, Ayana menatapnya.
''Iya?''
'' tadi aku bertemu paman!''
Ayana terus mencari Devi akan pertanyaan mengenai paman yang bintang maksud.
Dengan tenang dan santai, Devi pun menceritakan semuanya, yang sempat lihat lihat dan Bintang beritahu.
Ayana mendesah, Iya terus memberitahu Devi jika tidak boleh membebaskan bintang seorang diri.
Devi pun berhasil menenangkan Ayana.
Dan sekarang Bintang sudah tertidur dan itu tak luput dari kamera, Ayana menata putranya sayang.
'' Aku tutup yah, aku harus istirahat Ay,'' ucap Devi. Ayana mengangguk.
Devi sudah tertidur. Sedangkan Ayana tidak, hatinya masih gelisah. Banyak ketakutan dalam dirinya.
Tiba-tiba Ayana takut jika pria itu melihat Bintang dan mengambilnya. Tidak, Ayana tidak bisa membayangkan jika itu benar terjadi. Dia akan sangat hancur.
'' mommy, ayo tidur,'' ucap Bulan, membuat Ayana tersadar dari lamunannya. Ia pun tersenyum lalu mengatur bantal dan segera tidur.
Bulan langsung masuk ke dalam pelukan mommynya, dan Ayana pun langsung memeluk putrinya dengan lembut dan penuh kehangatan. Tiba-tiba air mata Ayana jatuh begitu saja. Ketakutannya kembali datang, dan hatinya mulai gelisah.
'' mommy, Kenapa menangis?'' Bulan menatap ibunya, tangannya membersihkan air mata mommynya itu.
'' tidak apa-apa sayang, Mommy hanya mengingat sesuatu,'' Ayana tersenyum untuk meyakinkan putrinya.
'' jangan mengingat hal yang membuat hati kita sakit mommy, itu kan pesan mommy,'' ucap Bulan membuat Ayana langsung mencium pipinya gemas.
'' anak Mommy sangat pintar,''
Bulan tertitik geli saat Ayana terus mencium dan mencubit lembut pipinya yang berdaging.
'' sudah, ayo tidur. Besok kita harus bangun pagi,'' ucap Ayana lalu memperbaiki selimutnya.
Bulan pun kembali memeluk mommynya, dan Tak lama kemudian lampu Pun padam.
Di dalam tidurnya, Ayana masih merasa cemas dan takut.
Sedangkan yang Ayana cemaskan sekarang, sedang tidur di kamarnya sambil menatap permen susu.
Rey, Entah mengapa dia terus merasa bahagia setiap kali mengingat anak itu. rasanya ia ingin bertemu kembali dengan anak itu. ia merindukannya.
kamar Rey terbuka, nampak Devina yang masuk ke dalam kamarnya dengan gaun tidur yang sangat tipis, Rey dapat melihat gunung sengketa yang seolah meminta di daki itu.
'' Rey, kata kakek, kuta harus mulai memikirkan soal anak. Aku sudah bersedia," Ia duduk di dekat Rey dan menatap pria itu dengan minat.
Jika ini terjadi lima tahun lalu, Maka Rey akan sangat bahagia,Melebihi apa pun. Namun sekarang ,semua nya terasa tabu.
"Tidak berminat,"ucap Rey acuh.
Next....
Jangan lupa like dan komennya ya terima kasih