NovelToon NovelToon
Misi Jantung Berdebar

Misi Jantung Berdebar

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Bad Boy / Sistem / Cintapertama
Popularitas:105
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

​Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.

​Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.

​“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lilin Romantis dan Tikus Listrik

​Pagi itu, Jin Ray terbangun karena haus, tetapi keran air di wastafelnya hanya mengeluarkan suara desis udara kosong.

​“Sialan kau, Min-Ho,” gerutu Ray sambil menatap sikat giginya yang kering.

​Listrik mati total. Ponselnya tinggal 15%. Kulkas mati. Tanpa air untuk mandi, dan tanpa listrik untuk memasak air panas, Ray resmi menjadi manusia gua di tengah kota metropolitan Seoul.

​Ray mengintip ke lorong apartemen. Lampu koridor menyala terang. Jelas sekali, pemadaman ini hanya menargetkan Unit 705. Sabotase yang sangat spesifik dan kekanak-kanakan.

​Cklek.

​Pintu unit 704 terbuka. Hana keluar, rapi dan wangi dengan setelan kerjanya. Dia melihat Ray yang berdiri di ambang pintu dengan rambut acak-acakan dan wajah suram.

​“Ray-ssi?” Hana berhenti. “Kenapa gelap sekali di dalam? Apa bohlammu putus?”

​“Tidak. Korsleting internal. Teknisi bilang butuh waktu lama,” bohong Ray. Dia tidak bisa bilang 'Pesaing cintaku yang kaya raya mematikan saklarku lewat satelit'.

​Wajah Hana berubah khawatir. “Lalu airnya? Aku dengar suara pipa yang aneh dari unitmu semalam.”

​“Kering kerontang.”

​“Ya ampun! Kau tidak bisa hidup begitu,” Hana melangkah mendekat, matanya penuh empati. “Ray-ssi, kau... kau boleh menumpang mandi di tempatku kalau mau. Aku berangkat kerja sekarang, jadi kau bisa pakai kamar mandinya dengan tenang.”

​TING!

​Sistem berbunyi nyaring seperti alarm kebakaran.

​[PERINGATAN BAHAYA!]

[Skenario: "Mandi di Rumah Gebetan".]

[Potensi Kenaikan Affection: +50 (Level Intim).]

[Risiko: Menggunakan sabun dan sampo yang sama akan menciptakan 'Aroma Pasangan'. Segel Naga akan retak parah!]

​Ray mundur selangkah seolah ditawari racun. “TIDAK!” teriaknya terlalu keras.

​Hana terlonjak kaget.

​“Maksudku...” Ray berdeham, otak kriminalnya berputar mencari alasan paling menjijikkan. “Tidak perlu. Aku... uh... aku sedang mencoba gaya hidup baru. Dry Bathing. Mandi kering. Katanya bagus untuk menjaga feromon alami pria jantan. Air itu sopravred (berlebihan).”

​Hana mengerjap, bingung dan sedikit... ilfeel. “Feromon alami? Maksudmu... bau badan?”

​“Itu sebutannya. Kau tidak akan mengerti, ini tren di kalangan petarung MMA,” kata Ray dengan wajah serius. “Jadi, pergilah kerja. Jangan hiraukan aku dan feromonku.”

​Hana mundur perlahan, hidungnya sedikit berkerut. “O-oke. Kalau begitu... sampai jumpa nanti malam, Ray-ssi.”

​Hana berjalan cepat menuju lift.

​TING!

​[Affection: 73 -> 71/100 (Sedikit Jijik).]

[Misi Berhasil: Menghindari skenario mandi bersama.]

[Status Host: Bau dan Lengket.]

​Ray menutup pintu dan menyandar lemas. “Aku menyelamatkan dunia, tapi harga diriku hancur lebur.”

​Siang harinya, Ray tidak bisa tinggal diam. Dia butuh solusi. Dia membuka [Toko Item] di Sistem.

​[Item Utilitas Tersedia:]

Generator Mana Abadi (500 Karma): Menghasilkan listrik dan air bersih dari energi sihir.

Hamster Roda Listrik (50 Karma): Menghasilkan daya cukup untuk satu lampu bohlam.

​“Aku butuh 500 Karma,” hitung Ray. Saldonya sekarang nol besar setelah membeli semprotan pembersih kemarin.

​Dia menggulir menu ke bawah dan menemukan fitur baru yang terbuka setelah dia menjadi pengangguran: [Papan Misi Pemburu].

​[Misi Tersedia di Area Sekitar:]

Target: Tikus Kabel (Wire Rat).

Lokasi: Gardu Listrik Bawah Tanah Gangnam.

Hadiah: 100 Karma & Inti Monster (Bisa dijual: 50.000 Won).

​Mata Ray berbinar. Karma untuk beli item, uang tunai untuk beli makan. Sempurna.

​Gardu Listrik Bawah Tanah – Pukul 14.00

​Ray menyusup ke area perawatan teknis melalui pintu belakang yang gemboknya ia bobol dengan kawat (keahlian lama). Lorong itu gelap, penuh kabel-kabel besar yang mendengung.

​Dia memakai Kacamata Deteksi Glitch. Benar saja, di antara kabel-kabel hitam, ada makhluk-makhluk seukuran kucing yang terbuat dari percikan listrik biru. Mereka sedang menggerogoti kabel tembaga.

​Wire Rats. Monster level 3.

​“Jadi ini sebabnya tagihan listrik di Seoul mahal,” gumam Ray.

​Seekor tikus menyadari kehadiran Ray. Ia mendesis, menembakkan percikan listrik ke arahnya.

​Ray menghindar dengan gerakan salto ke samping. Dia tidak punya senjata, hanya Aura Tinju Preman.

​“Ayo kita berdansa, Pikachu jelek,” seringai Ray.

​Dia melesat maju. Tinju kanannya bersinar oranye. Tikus itu melompat untuk menggigit lehernya, tapi Ray menunduk dan menghantam perut tikus itu di udara.

​BZZT!

​Tikus itu meledak menjadi koin data dan sebuah batu kristal kecil berwarna biru.

​Pertarungan berlanjut. Ray melawan lima tikus sekaligus. Dia terkena sengatan listrik beberapa kali sampai rambutnya berdiri tegak, tapi adrenalin membuatnya terus bergerak. Pukulan demi pukulan. Tendangan putar. Bantingan.

​Satu jam kemudian, Ray keluar dari gardu listrik dengan wajah gosong, rambut jigrak, tapi kantongnya penuh dengan 5 butir kristal biru.

​[Misi Selesai!]

[Total Karma Didapat: 500 Poin.]

[Penukaran Mata Uang: 250.000 Won ditransfer ke dompet digital (Rekening Tak Terlacak).]

​Ray tersenyum puas. “Min-Ho boleh punya uang miliaran, tapi aku punya gaji harian dari monster.”

​Dia segera membuka Toko Item dan menekan tombol beli pada Generator Mana Abadi.

​Sebuah kotak logam kecil seukuran kotak sepatu muncul di tangannya. Deskripsinya mengatakan benda ini bisa ditaruh di mana saja dan akan memancarkan gelombang yang memanipulasi meteran air/listrik agar berfungsi tanpa sumber pusat.

​“Waktunya pulang dan mandi.”

​Apartemen Unit 705 – Malam Hari

​Ray baru saja selesai memasang generator itu di bawah wastafel. Seketika, lampu apartemennya menyala terang. Keran air mengalir deras dan jernih.

​“Nikmatnya peradaban,” desah Ray. Dia mandi air hangat sepuasnya, menggosok daki pertarungan dan bau "feromon" palsu tadi pagi.

​Saat dia keluar dari kamar mandi, segar dan wangi, tiba-tiba...

​PET!

​Lampu mati lagi.

​“Apa?! Generatornya rusak?” Ray panik.

​Dia mengecek jendela. Bukan cuma unitnya. Seluruh gedung apartemen mati lampu. Gelap gulita.

​[Analisis Sistem: Pemadaman Listrik Bergilir di Wilayah Gangnam.]

[Penyebab: Kerusakan Gardu Listrik akibat pertarungan Host melawan Tikus Kabel tadi siang.]

​Ray menepuk jidatnya. “Ah... aku lupa kalau aku merusak beberapa panel saat melempar tikus tadi.”

​Ini murni kesalahannya.

​Tok tok tok.

​Pintu diketuk pelan.

​Ray membuka pintu dalam gelap. Cahaya lilin remang-remang menyinari wajah cantik di depannya.

​Hana berdiri membawa piring kecil dengan lilin aromaterapi yang menyala. Cahaya oranye memantul di matanya yang bulat, menciptakan suasana yang... sangat romantis.

​“Ray-ssi,” bisik Hana. “Mati lampu total. Aku... aku takut gelap. Bolehkah aku masuk sebentar? Aku bawa lilin.”

​Ray menelan ludah. Ini jebakan. Situasi ini 100 kali lebih berbahaya daripada tikus listrik. Pria dan wanita, di ruangan gelap, hanya diterangi lilin.

​[PERINGATAN LEVEL MERAH!]

[Suasana: 'Candlelight Intimacy'.]

[Segel Naga: Bergetar hebat.]

[Saran: Usir dia! Atau nyalakan lampu sorot stadion!]

​“Hana, ini tidak baik,” kata Ray, menahan pintu. “Kita berdua. Gelap. Tetangga bisa gosip.”

​“Tetangga lain sedang di lobi bawah, marah-marah,” kata Hana polos. “Hanya kita di lantai ini. Kumohon? Sampai lilinnya habis saja?”

​Hana menatapnya dengan Puppy Eyes (Mata Anjing) Level 99.

​Ray kalah. “Masuklah. Tapi pintu tetap dibuka lebar.”

​Mereka duduk di lantai ruang tengah, mengelilingi satu lilin kecil beraroma lavender. Bayangan mereka menari-nari di dinding.

​“Baumu wangi,” kata Hana tiba-tiba, mengendus udara. “Katanya tadi feromon alami?”

​Ray berkeringat dingin. “Itu... keringatku sudah kering. Ini bau sabun lantai.”

​Hana terkikik. Dia memeluk lututnya, menatap api lilin. “Kau tahu, Ray-ssi. Aneh rasanya. Walaupun gelap dan seram, aku merasa tenang di sini. Dulu, saat mati lampu, aku akan menangis di bawah selimut. Tapi sekarang... rasanya hangat.”

​Hana mengangkat wajahnya, menatap Ray. Jarak mereka dekat. Terlalu dekat.

​“Terima kasih sudah pindah ke sebelahku.”

​Tangan Hana bergerak, seolah ingin meraih tangan Ray di atas lantai.

​KREK! KREK!

​Langit-langit apartemen mulai retak halus. Getaran gempa mikro mulai terasa. Segel Naga bereaksi terhadap detak jantung Hana.

​Ray harus melakukan sesuatu. Sesuatu yang Unromantic.

​Ray tiba-tiba mencondongkan tubuh ke depan, mendekatkan wajahnya ke wajah Hana.

​Hana menahan napas, matanya tertutup perlahan, mengira Ray akan menciumnya.

​FHHUUUUUUUU!

​Ray meniup lilin itu sekuat tenaga sampai mati.

​Gelap gulita. Asap lilin mengepul, bau asap menyengat menggantikan aroma lavender.

​“Aduh!” seru Ray dalam gelap (pura-pura). “Maaf! Aku mau bersin, tapi malah meniup lilinnya! Haccuh!”

​Ray mengelap wajahnya (yang kering) ke lengan baju Hana dalam kegelapan. “Maaf, ingusku muncrat.”

​Hana terdiam dalam gelap. Suasana romantis itu hancur berkeping-keping, digantikan rasa jijik dan kaget.

​“Ray-ssi... kau jorok sekali!” seru Hana, terdengar meraba-raba mencari pintu keluar. “Aku kembali ke unitku saja! Nyalakan senter ponselmu!”

​Hana lari keluar.

​TING!

​[Affection: 71/100 (Stabil).]

[Gempa Berhenti.]

[Prestasi Dibuka: 'The Mood Killer' (Pembunuh Suasana).]

​Ray menyalakan Generator Mana-nya kembali diam-diam. Lampu unitnya menyala terang. Dia sendirian lagi.

​Dia menatap pintu yang tertutup, lalu melihat sisa lilin yang mati.

​“Selamat tidur, Hana,” bisik Ray sambil tersenyum sedih. “Maaf aku harus jadi pria jorok demi menyelamatkan nyawamu.”

​Di kejauhan, di layar monitor markasnya, Kang Min-Ho melihat data pemadaman listrik. Dia mengerutkan kening.

​“Kenapa Unit 705 menyala lagi? Dan kenapa ada lonjakan energi aneh dari sana?” Min-Ho mengetuk meja dengan jari telunjuknya. “Sepertinya tikus kecil ini punya rahasia lebih besar dari sekadar otot.”

​Min-Ho mengambil ponselnya.

​“Panggil ‘The Cleaner’. Kita tidak main sabotase lagi. Kita main fisik.”

1
FANS No 1
💪🔥🔥
Ray void
selamat membaca😁😁🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!