Beberapa pria berkumpul di meja bundar besar di hadapan masing-masing duduk melingkar, berpakaian hitam-putih layaknya Mafia. Memang mafia, 8 pria itu adalah mafia terbesar di kota ini namun saat ini mereka sedang menjalankan sebuah misi jadi mereka tinggal di tempat yang tak di ketahui oleh siapapun. Layaknya seperti seorang pebisnis yang sedang meeting, membicarakan rencana ini itu agar mendapatkan hasil yang sukses.
Sama hal nya dengan mereka yang menyusun rencana untuk musuh mereka, sudah tidak heran mafia memang wajib punya musuh ntah itu lawannya sama-sama mafia atau orang biasa.
"Hey, di posisi seperti ini serasa bukan mafia melainkan perampokan" decih salah satu pria berambut pirang.
"Bukan perampokan, yang sudah jadi milik kita kenapa tidak? Aku bahkan bersemangat dalam misi ini, selain mendapatkan nya namun nyawa nya ada di genggaman ku" ujar salah satunya sambil menunjukan kepalan tangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rianti Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
✫✫✫
"Waw, penjualan barang har**m ku lebih untung dari sebelumnya" seru Lucas menatap ponselnya.
"Kau menjualnya lagi?" Tanya Carlos.
"Ya, dari pada di anggurin gitu aja? Kan jika di jual menghasilkan uang"
"Ku harap dalam ekspor-impor mu tak menambah beban" santai Edgar.
"Apa maksud mu? Aku melakukannya dengan benar!" Tak terima Lucas "Lagian hasil untuk kita juga" lanjut nya.
"Ya ya ya... Lucas Wilbert" biarkan saja mereka mengobrol seadanya sedangkan Arion ia lebih baik pergi dari pada harus mendengarkan duel an mereka.
***
Arion menuruni tangga karena kamarnya tak terlalu jauh dari lantai bawah, jika ingin ke lantai 3/4 baru menaiki lift. Tadinya ia ingin ke sofa namun matanya melihat seorang gadis tengah berdiri di latar tangga luar, ntah sedang apa gadis itu lakukan di pagi hari.
Liana tersenyum tipis menutup matanya menghirup dan menghembuskan nafas. Rumah besar ini sangatlah indah apalagi latar depan di hiasi taman, kolam bahkan pepohonan besar walaupun hanya 2 di sisi yang sama namun seperti di sebuah taman padang rumput.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Suara berat membuat Liana terkejut menolehkan kepalanya tiba-tiba ia menunduk saat mengetahui siapa pria itu, Arion.
Pria itu berjalan mendekat membuat Liana reflek memundurkan langkah nya, keduanya saling melangkah dan mundur mungkin tak akan habisnya jika Arion terus mendekati jika akhirnya gadis ini mundur.
"Eh?!" pekik Liana membulatkan mata karena kakinya salah melangkah ia lupa bahwa di belakang nya ada tangga yang menuruni latar rumah ini, namun dengan sigap Arion meraih tangan Liana dan menariknya.
Deg!
Tubuh Liana dan Arion menyatu dengan posisi memeluk. Pria itu memeluk punggung dan tangan satunya menggenggam tangan Liana karena tadi ia tarik, gadis itu masih membulatkan matanya tak percaya. Bisa ia rasakan detak jantung pria ini. Apa pria ini sedikit berubah atau bagaimana?
Arion melepaskan pelukannya.
"Apa kau tidak lihat?! Jika aku tak cepat menangkap mu, kau bisa jatuh menggelinding di tangga!" Sentak Arion, gadis itu menunduk menahan genangan air mata dan ketakutannya. Ternyata pikiran Liana tadi salah ia kira pria ini akan mengkhawatirkan nya seperti Revan, ternyata malah di bentak gini.
"Jika ingin menghindar lihat situasi! Dasar ceroboh!" Lanjut Arion, sepertinya pria ini tak melihat perasaan Liana hingga tak sadar bahwa dirinya membentak gadis di hadapannya ini.
Tak lama kemudian, Edgar datang melihat keduanya seperti berbicara serius.
"Ada apa ini?" Tanya Edgar menatap keduanya, Arion melepaskan kedua tangannya yang memegang bahu Liana dan mengalihkan pandangannya.
Edgar yang melihat itu mengkerut bingung.
"Arion, kau tidak melakukan kasar padanya kan?" Selidik Edgar saat melihat Liana menunduk ketakutan.
"Bukan urusan mu!" Arion pergi meninggalkan keduanya.
"Kau tidak apa?" Tanya Edgar mengusap lembut pipi Liana, gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Katakan pada ku jika dia menyakiti mu" lagi-lagi Liana menggelengkan kepalanya masih menunduk.
"Tidak apa, ayok kau ingin ikut dengan ku?" Ajak Edgar, Liana mengangkat kepalanya. Edgar tau maksud dari tatapan Liana.
"Kita berkeliling, atau kau ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya Edgar, Liana terdiam tanda tidak tau lebih baik nurut aja deh. Edgar tersenyum mengacak-acak rambut Liana, ia pun merangkul pinggang ramping gadis nya. Liana menatap Edgar.
"Biarin gini aja, ayok"
Edgar mengajak Liana berkeliling halaman depan sambil mengobrol, pria itu senang bahwa gadis ini selalu merespon ucapannya ternyata Liana bisa cerewet juga. Keduanya berdiri menatap kolam namun seperti selokan khusus ikan hias, kolam selokan itu mengelilingi setengah rumah namun gak sampai belakang rumah kok hanya depan saja.
"Wah, banyak banget macam-macam ikan hias ini" kagum Liana berjongkok dengan memasukan jarinya ke dalam air.
"Sebenarnya itu ikan yang sama, cuma beda warna dan bentuk aja" ucap Edgar menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ah sama saja" ucap Liana menghiraukan Edgar, ia tak peduli mau benar atau tidak yang penting baginya sama saja. Edgar tersenyum lalu mengambil sebungkus makanan ikan.
"Sayang, kau ingin memberikan ikan makan?" Edgar ikut berjongkok samping Liana sambil menyerahkan bungkus makanan ikan, Liana tersenyum lalu mengambil nya dari Edgar.
Liana memberi makan ikan hingga ikan-ikan itu berebut makanan, Liana tertawa dan terus memberi ikan makan. Edgar yang melihat itu tersenyum, betapa cantik dan manisnya gadis ini saat tertawa.
“𝑆𝑒𝑛𝑦𝑢𝑚𝑎𝑛 𝑚𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑘𝑖𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙, 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑖 𝑦𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑢 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑘𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑘𝑢?”
Edgar menatap Liana tanpa rasa bosan, wajah gadis ini sungguh nyaman untuk di pandang seandainya dari dulu ia bertemu mungkin sangat beruntung, bukan mungkin tapi pasti.
Saat Liana sedang asik-asiknya, tiba-tiba Edgar menarik pinggang nya hingga keduanya saling menempel, Liana membulatkan mata menatap Edgar.
Kenapa tiba-tiba aja jantung Liana kali ini berdetak kencang tak seperti biasanya, saat bersama Revan biasa saja hanya ada kenyamanan. Di tambah lagi pria ini terlihat sangat tampan jika dari dekat, oh ya ampun Liana bisa gila secara tiba-tiba.
Liana rasanya ingin bicara namun malah seperti tertahan tak bisa berbicara karena gugup.
"Aku ingin begini dulu sebentar..." Gumam Edgar, mata gadis itu mengejapkan mata berkali-kali tak mengerti.
Kepala Edgar memiringkan kepala mendekati wajah Liana , Liana sudah tidak tau harus apa rasanya seperti ada yang menahan diri untuk jangan bergerak. Hingga Edgar melahap b1bir Liana sambil menutup matanya, gadis itu sejenak membulat kan mata saat Edgar ********** kemudian mata Liana ikut terpejam dalam beberapa saat.
Sensasi lu**an yang lembut menghanyutkan Liana dalam permainan pria ini, semenjak beberapa pria itu mencicipi b1birnya membuat Liana merasa sudah tidak kaget namun ya itu terkadang mereka melakukan nya secara mendadak sudah pasti tersentak kaget.
B1bir Liana mulai bergerak mengikuti gerakan b1bir Edgar yang mulai lihai, mereka tidak sadar saat ini ke-dua nya berada di depan rumah bahkan 3 pria sedang berdiri di depan pintu melihat pemandangan yang mengganjal di mata mereka.
"Astaga...." Gumam Elvino mendatarkan tatapan.
"Ck, bisa-bisanya mereka melakukan di depan rumah" celutuk Lucas.
Sedangkan Felix hanya diam menatap 2 insan sedang bercumbu.
semangt bikin ny thorr sehat selalu