Gadis Cantik Jadi Rebutan Para Mafia
Beberapa pria berkumpul di meja bundar besar di hadapan masing-masing duduk melingkar, berpakaian hitam-putih layaknya Mafia. Memang mafia, 8 pria itu adalah mafia terbesar di kota ini namun saat ini mereka sedang menjalankan sebuah misi jadi mereka tinggal di tempat yang tak di ketahui oleh siapapun. Layaknya seperti seorang pebisnis yang sedang meeting, membicarakan rencana ini itu agar mendapatkan hasil yang sukses.
Sama hal nya dengan mereka yang menyusun rencana untuk musuh mereka, sudah tidak heran mafia memang wajib punya musuh ntah itu lawannya sama-sama mafia atau orang biasa.
"Hey, di posisi seperti ini serasa bukan mafia melainkan perampokan" decih salah satu pria berambut pirang.
"Bukan perampokan, yang sudah jadi milik kita kenapa tidak? Aku bahkan bersemangat dalam misi ini, selain mendapatkan nya namun nyawa nya ada di genggaman ku" ujar salah satunya sambil menunjukan kepalan tangan.
"Hey Vino, kau memang benar. Sebenarnya aku tak menginginkan lembaran kertas-kertas itu yang aku inginkan adalah nyawanya, aku tak akan tertarik jika hanya berurusan dengan uang" Timbal pria berambut merah.
"Ya tapi kan lumayan, bisa dapet kedua nya" santai pria bertubuh kekar.
"Ya jika dia sudah menyiapkan uang, kalo tidak?"
"Dia tak bisa membayar? Tcih, seluruh nyawa keluarganya sudah tercatat di pisau ku"
"Aku sudah lama tak menggunakan pisau, hingga berkarat karena darah"
"Kau memang jorok, tak pernah membersihkan pisau mu setelah berlumur darah"
"Aku tak peduli, aku bisa membelinya lagi"
"Pisau mu sudah menumpuk di rumah..."
"Biarkan"
"Ayolah, jangan membuang waktu! Aku tak suka mengulur waktu hanya dengan masalah ini " ia berdiri dari duduknya
"Kau mau menagihnya sekarang?"
"Tentu saja, ini sudah lewat deadline" lalu ia pergi meninggalkan teman-teman mafia nya.
"Arion! Kau meninggalkan pistol mu" meninggikan suaranya.
"Bawakan saja" kemudian mereka pun mengikuti pria yang pergi mendahului.
Dari percakapan mereka di atas sudah pasti ada seseorang yang memiliki hutang pada mereka hingga saat ini belum di bayar sepersen pun, kali ini mereka akan menagihnya jika sampai tak di bayar tinggal bunuh saja.
Jika di tagih 3 kali sih oke-oke aja tapi mereka baru saja menagih satu kali ini tanpa memberitahu pada si penghutang, bagaimana jadinya dan tau bahwa dirinya akan di tagih tanpa di kabari? Mafia itu memang suka membuat orang mempunyai penyakit jantung secara mendadak, mereka tak suka basa-basi dan mendengar alasan ini-itu yang jelas urusan cepat selesai.
****
Seorang pria paruh baya duduk sambil menatap layar ponsel ntah apa yang dia lakukan yang jelas pikirannya tak sejalan dengan arah mata, pria itu sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya terus-terusan tidak tenang.
Hutang, bagaimana cara melunasi hutang dengan jumlah 3 kali lipat? Ia terlalu banyak meminjam uang tanpa memikirkan kedepannya, tapi ia tak memakai untuk dirinya sendiri melainkan ia lakukan ini demi putrinya yang masih kuliah, ia tak bisa membiayai sekolah karena terlalu mahal. Ia ingin bahwa putrinya bisa kuliah di universitas agar cita-citanya tercapai, bekerja sebagai karyawan saja tak akan cukup untuk menyekolahkan apalagi membayar hutang.
Ia tak memberitahu kepada putrinya bahwa ia berhutang pada seseorang yang bukan main-main, ia tau resiko yang ia hadapi saat ini tapi demi sang putri kesayangannya mau bagaimana lagi?
Pria itu hanya tinggal bersama anaknya saja, sedangkan sang istri meninggal dunia karena mempunyai penyakit tumor saat putrinya masih umur 4 bulan. Sampai saat ini sang ayah membesarkan putrinya seorang diri, sungguh kasihan sekali.
Jam menunjukkan pukul 4, sebentar lagi putrinya pulang dari kuliahnya, saat ia tak sibuk, ia selalu menjemput putrinya.
"Sedang bersantai, Tuan Kevin?" Ucapan seseorang membuat pria paruh baya itu menoleh dan terkejut melihat beberapa pria masuk kedalam rumahnya.
"Tu–tuan Arion?" Terbata-bata, pria itu berjalan ke arah nya dan duduk di sofa tunggal menumpu kakinya.
"Seperti anda sedang banyak uang? " Senyum tipisnya
"Tu–tuan... Sa-saya..."
"Sekarang bayar hutang anda"
"Tuan, saat ini saya belum ada uang untuk membayar hutang"
"Jika tidak ada uang, kenapa anda malah bersantai?"
Pria paruh baya itu terdiam ia bukan untuk bersantai justru kebalikannya, dengan hutang sebanyak itu bagaimana bisa melunasi dalam hitungan minggu?
"Bukan kah saya sudah bilang sama anda? Anda harus selalu siap jika saya datang walau tak memberitahu anda?"
"Tu–tuan... Saya minta maaf–"
"Saya tak butuh ucapan maaf anda " memotong ucapan pria itu. "Yang saya butuhkan adalah pengembalian uang yang anda pinjam pada kami " sambung nya.
" Ta–tapi, saya benar-benar belum ada uang sama sekali, gaji saya juga masih 1 bulan lagi. Tolong Tuan, beri saya waktu untuk melunasi nya" mohon pria itu.
"Dan saya juga pernah bilang pada anda, bahwa saya tidak suka menambah waktu yang sudah di tetapkan. Ingat, jika tak bisa membayar hutang... Nyawa yang menjadi taruhan" setelah mendengar itu pria paruh baya itu gemetar, ia tak lupa dengan perjanjian yang sudah di tetapkan bersama para pria di hadapannya.
Saat ini pria paruh baya malang itu hanya bisa menunduk sudah tak ada cara lagi untuk mengembalikan semuanya pria-pria di hadapannya tak bisa di ajak secara baik-baik, yang ia tahu bahwa mereka adalah orang terkaya di kota ini jadi sudah di pastikan banyak orang yang meminjam uang pada mereka saat sedang di butuhkan bahkan hanya sekedar foya-foya.
Apa ini akhir hidupnya? Jika hutang tak di bayar maka nyawa akan melayang? Karena tak bisa melunasi dengan sekejap mata.
"Ayah... Aku pulang! Ayah, kenapa tak jemput Liana sih? Ayah tau tidak, tadi ada preman yang- " ucapan seorang gadis terpotong kala melihat beberapa pria di rumahnya, ya awal masuk tadi gadis itu mengomel kesal, setelah ia berjalan ke ruang tamu ia terdiam melihat pria itu.
Gadis itu berjalan perlahan sambil menatap para pria itu ada yang berdiri ada juga yang duduk di sofa layaknya seperti di rumah sendiri, gadis itu menatap sang ayah yang menatapnya sendu.
"Ayah, siapa mereka?" Tanya nya tanpa ragu menunjuk pria yang tak di kenali nya.
"Emm... Maaf ya sayang, ayah tak menjemput mu karena kedatangan tamu" senyum kaku sang ayah, gadis itu kembali melirik.
"Oh, ini alasan yang anda berikan waktu itu demi menyekolahkan putri kesayangan?" Tanya salah satu pria yang berdiri melipat keduanya, ayah si gadis itu mengangguk kecil sambil menunduk sedangkan putrinya tak mengerti maksud dari perkataan mereka.
"Kenapa kau tak bilang bahwa kau memiliki seorang gadis cantik" timbal yang lain.
Ntah apa yang akan di katakan oleh sang ayah pikirannya sudah kacau, apa mereka akan mengambil nyawa putri kesayangannya? Pikir sang ayah.
"Emm... Liana, kamu masuk lah ke kamar yah? Ayah ingin bicara sama mereka" ucap sang ayah, gadis itu mengangguk kaku, melirik sejenak lalu pergi meninggalkan mereka.
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Maaf Tuan, saya tidak mau putri saya tau soal ini"
"Woah, berarti selama ini anda menyembunyikan rahasia besar ini pada putri anda?"
Sang ayah mengangguk, dan mendapat respect tak percaya dari pria itu namun terlihat miris.
"Sekarang kembali ke topik! Bagaimana cara anda membayar?" Tegas pria yang duduk menopang kaki di kursi tunggal itu.
"Saya tidak tau cara membayarnya jika secara mendadak..."
"Jadi? Maksudnya, anda menyalahkan saya?"
"Tidak Tuan, saat ini saya benar2 tak memiliki uang sepersen pun. Gaji 1 bulan yang lalu sudah saya berikan pada putri saya untuk keperluan kuliah nya" mohon nya.
Para pria itu menatap datar, memang ya menagih hutang itu sangat menyebalkan apalagi orang nya susah untuk bayar bisa-bisa akan terjadi perang adu mulut, jika yang menagih adalah ibu-ibu satu kampung akan tau permasalahan ini.
****
Seorang gadis baru saja mengganti pakaian biasa, rasa ingin tahu nya terhadap sang ayah dengan beberapa pria yang berpenampilan aneh itu membuatnya tak tenang, jadi ia memutuskan untuk kembali turun kebawah minimal menguping pembicaraan lah.
"Baiklah jika anda tak ingin membayar, it's oke. Tangkap dia!" Perintahnya, lalu 2 pria menahan patuh baya itu.
"Tu–tuan saya mohon..." Namun tak diubris oleh pria datar itu, sang gadis yang baru saja datang terkejut melihat sang ayah di tahan oleh pria-pria itu.
"AYAH!" Teriak gadis itu berlari kearah sang ayah.
"Lepasin ayah ku!" Gadis itu berusaha melepaskan cengkraman tangan kekar pria itu dari ayah nya, walaupun mustahil bisa lepas.
"Kenapa kalian menangkap ayah ku! Apa kesalahannya?!" Ucap gadis itu meninggikan suaranya pada pria yang tengah duduk santai.
"Apa kesalahannya? Ayahal kamu itu berhutang pada ku dengan total 200 Juta " Gadis itu terkejut membulatkan mata dan menatap sang ayah yang diam menunduk.
"A–apa?"
"Kau ini gadis lugu, ayah kamu baru saja mempertaruhkan nyawanya demi menguliahkan mu, berhutang sekian pada ku. Maksudnya bukan pada ku, melainkan kita semua. Jadi hal wajar jika kita menagih, bukan begitu Tuan Kevin?" Senyum pria itu.
Gadis itu menatap ayahnya dengan sendu ia tidak tahu awal mulanya bagaimana ia bisa kuliah dengan biaya yang besar. Ia tak tahu dari mana sang ayah mendapatkan uang untuk kuliahnya, waktu itu ia terlalu bersemangat tanpa tahu asal usul biaya tersebut.
Setahu gadis itu biaya kuliahnya adalah hasil dari ayah nya kerja dan itu sang ayah juga bicara begitu. Astaga jika gadis itu tau ia tak akan kuliah.
"Kenapa ayah tak bilang pada ku sebelumnya?!"
"Maafin ayah, Liana. Ayah hanya ingin kau bisa sukses agar tidak seperti ayah" mata sang ayah berkaca-kaca.
"Tapi tak seperti ini, ayah! Uang yang ayah pinjam lebih dari yang kita bayangkan!"
"Maafin ayah" sang ayah mengeluarkan cairan bening di matanya membasahi pipi yang sudah berkerut, gadis itu tak bisa membayangkan nya dengan nilai uang yang di pinjam ayahnya.
"Sekarang bagaimana kita cara bayar hutang ke mereka?!" Tanya Liana, sang ayah menggeleng kepalanya tanda menyerah.
Liana mengusap rambutnya kebelakang yang setengah menutupi matanya, sungguh ia sangat bingung, panik dan takut apalagi melihat sang ayah di pegangi kedua tangannya seperti ingin menangkapnya.
Tiba-tiba ia ke ingat sesuatu.
"Saya mohon, kalian tetap di sini jangan sakiti ayah! Saya akan kembali mengambil sesuatu!" Tunjuk Liana pada pria itu.
Dengan mengangkat alis sambil memanyunkan bibir menyetujui nya. Segeralah gadis itu berlari menuju kamarnya.
"Dia akan kabur?"
"Ah ntahlah, tunggu saja"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments