Gagal menikah karena calon suaminya selingkuh dengan sesama jenis, ternyata membuat Bulan tidak lagi menyukai laki-laki bertubuh atletis seperti yang telah menjadi kesukaannya. Dia bahkan menganggap laki-laki bertubuh kekar semua sama seperti Andra, mantan tunangannya.
Lalu ia dikirim ke rumah kakak dari sang ibu, dan bertemu dengan Samudra Biru, sepupu yang sama sekali tak dilirik Bulan karena traumanya terhadap laki-laki. Berbeda dengan Samudra Biru yang ternyata juga dosen Bulan di kampus, Biru menyukai Bulan dengan segala keanehannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Atas Ranjang
"Bulbul!!"
Panggilan Patriot membuat Bulan menoleh. Dengan senyum lebar, lelaki itu menghampiri dan ikut jalan di sisi Bulan.
"Mau kemana?"
"Kantin. Laper." Jawab Bulan tanpa menghentikan langkah.
"Patriot.." dua gadis yang melintas menyapa, Patriot membalas dengan senyum.
"Kyaaa dia senyum!" Teriak pelan gadis itu.
"Bulbul, liat, tuh. Mereka kena serangan senyum gue aja klepek-klepek kayak ikan kurang air."
"Ya, trus?" Bulan berdiri memilih menu makan siang. Menunjuk satu makanan yang dia mau.
"Yaaa, lo harusnya seneng karena gue bisa deket sama lo." Patriot mengikuti Bulan duduk di satu meja.
"Oh, ya?" Bulan mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah. Rasanya gerah, Bulan mengikat rambut dan ia cepol dengan asal. Titik keringat sudah muncul di lehernya.
"I-i-iya." Melihat itu, Patriot tergagap dengan mata yang tak lepas dari Bulan. Dia mengalihkan wajah seketika.
"Ini minumannya..."
Patriot langsung menyambar minuman dingin Bulan yang diantar ibu kantin. Sekali teguk langsung habis.
"Patt!!!" Pekik gadis itu. Pasalnya dia juga haus setengah mati. Patriot malah langsung menghajar es tehnya.
"Hahhhh. Panas."
"Iiihh, nyebelin banget. Buuuk satu lagi, yaaa." Teriak Bulan pada bu kantin yang tak jauh darinya.
Bulan mengaduk-aduk kuah bakso yang ia pesan. Wajahnya cemberut karena perlakuan Patriot tadi.
"Eh, Bul. Kencan, yuk."
"Nggak!"
"Yaelah, Bul. Pikirin dulu, kek. Main langsung jawab aja."
Bulan enggan berkomentar lagi. Dia sibuk mencicipi kuah bakso yang baru ia tambah kecap dan saus.
"Coba dulu aja, gue yakin lo bakalan suka."
"Sana, cari cewe!" Bulan mengusir Patriot yang mengusiknya. Dia cuma ingin makan dengan tenang. Tapi sejak tadi Patriot merusuhinya.
"Ya ini lagi dibujuk biar mau jadi cewe gue."
"Embuuul!!"
Tiga perempuan cantik berlari mendekat. Bulan melambaikan tangan karena mulutnya penuh dengan bakso.
"Siapa?" Bisik Patriot.
"Henggg kenalin!" Mulut Bulan penuh dengan bakso, menunjuk Patriot yang duduk di hadapannya.
"Haii, Yeshika!"
"Nadin."
"Halo, Wina."
Lelaki itu menyambuti uluran tangan mereka.
Ketiganya duduk berdempetan dengan Bulan, mengambil sendok gadis itu dan menyuapkan bakso ke mulut masing-masing.
"Woii. Beli sana!!" Teriak Bulan murka. Teman-temannya malah cekikikan.
"Laper juga, Mbul. Aku pesen, deh." Kata Wina, bergerak menuju tempat pemesanan.
"Aku juga, Win."
"Aku, aku!"
Melihat keempat gadis itu berinteraksi aneh membuat Patriot belum berani mengeluarkan suara. Apalagi mendadak Bulan berubah sikap jadi lebih garang dan tidak jaim sama sekali. Ketawa cekikikan, tak lupa menoyorin kepala teman-temannya. Padahal semenit yang lalu tidak begitu. Bulan itu kan, cewek kalem di mata Patriot.
"Eh, sorry ya, lupa kalau masih ada Patriot." Ucap Bulan.
"Patriot Proklamasi, sedia berkorban untukmuuuu.." Yeshika dan Nadin malah nyanyi.
"Jangan dinyanyiin. Ntar ngamuk anaknya." Kata Bulan memperingatkan.
"Eh, enggak kok, santai aja." Ucapnya, padahal berulang kali Viona memanggilnya Patriot Proklamasi, lelaki itu selalu saja menyebut nama aslinya.
"Aku ke toilet dulu, deh." Bulan bangkit dan bergegas menuju toilet. Wina yang baru datang duduk di tempat Bulan tadi duduk.
"Deketin Bulan, ya?"
"Iya."
"Uhuk!" Nadin yang tengah menikmati kuah bakso Bulan pun tersedak mendengar pengakuan terang-terangan Patriot.
Yeshika manggut-manggut. "Berhasil, nggak? Kayaknya gagal, ya."
Gadis blak-blakan itu membuat Patriot kaget. Bisa-bisanya dia diremehkan dan dipermalukan pula di depan teman-teman Bulan.
"On proses, sih. Walau kadang ga dihiraukan. Tapi yah, namanya juga usaha." Ucap Patriot akhirnya.
"Betul itu. Asal lo gak pelangi aja." Celetuk Wina.
"Pelangi?"
"Yoi, calon suami sahabat kita itu pernah selingkuh sama Boti."
Mata Patriot membulat. "Serius?"
"Enggaaa kita lagi bercanda hahahaha!" Setelah tertawa, Yeshika memasang wajah datar. Membuat Wina dan Nadin menutup mulut menahan tawa. "Gue peringatin, ya. Kalo lo emang naksir sama sahabat kita, deketin dengan cara yang bener. Jangan buat dia sedih, baek-baek lo, tunjukin keseriusan lo."
"Gue tau, kok. Bulan pernah cerita. Lagian nih, ya, supaya lo tau, gue ini naksir berat sama Bulan. Gue ga akan buat dia sedih. Percaya sama gue, karena gue tipe cowo yang bisa dipegang omongannya." Kata Patriot dengan yakin.
"Halah, kayak bakalan diterima aja lo!" Sahut Wina, menyambar saos sambal dan memasukkannya ke dalam mangkuk.
"Diterima, lah! Liat aja. Gue mah, nyalinya gede!" Patriot menepuk dada.
"Nyali doang nih, yang gede? Ga ada yang lain?" Ledek Yeshika sambil menyeruput kuah bakso.
"Adalah. Nape? Mau liat??" Tantang Patriot. Kini dia mulai mengerti karakter ketiga cewek yang baru datang ini.
"Ayo, Yesh, minta tunjukin cepetan!" Desak Wina.
"Ngga perlu. Punya cowo gue lebih gede. Yakin gue."
"Apa sih, yang gede." Bulan datang, duduk di sebelah Patriot.
"Itunya Patriot." Sahut Wina sambil cekikikan.
Dahi Bulan berkerut menoleh pada Patriot di sampingnya. "Apaan?"
"Ototlah." Patriot menunjukkan bahunya yang lumayan bidang.
Bulan mencebik melihatnya. 'Masih okean kak Biru, lah!'
Patriot kembali bercanda dengan Nadin, Yeshika, dan Wina. Dia suka dengan mereka karena cocok dengan karakternya.
Ponsel Bulan bergetar. Dia mendapat pesan baru dari Biru.
[Geser. Jangan dekat-dekat gitu duduknya.]
Bulan malah mencari Biru. Menoleh kesana kemari, lalu mendapati Biru tengah bersandar di satu tiang sambil memegang ponsel. Wajahnya datar, menatap Bulan, lalu menunduk lagi mengetik sesuatu.
[Geser atau pindah!]
Bulan mendengkus. Bisa-bisanya soal duduk pun diatur. Padahal status juga ga jelas.
[Ogah!]
Balas Bulan, lalu menyimpan ponselnya dan ikut bercanda dengan yang lain. Ia abaikan Biru yang akhirnya meninggalkan tempat itu karena terbakar cemburu saat siku Patriot menyentuh lengan Bulan.
...⚘️...
Baru pulang kerja, Bulan masuk ke kamar dan langsung merebahkan tubuh. Sebenarnya dia berniat mandi, tapi Bulan ingin sebentar meluruskan pinggang. Malam ini banyak sekali tamu di resto, sampai ia tak bisa beristirahat walau sebentar.
Mata Bulan mulai terpejam, dia hampir saja terlelap kalau saja bukan karena Biru. Lelaki itu menarik kaki Bulan yang kaget dan menjerit saat tahu-tahu tubuhnya terseret sampai ke tepi tempat tidur. Bulan terduduk di tepi dan mendapati perut Biru di hadapannya.
Lelaki itu melipat tangan di dada, menunduk melihat Bulan dengan raut kesal.
Bulan yang masih kaget, akhirnya menghela napas banyak-banyak. Dia pikir tubuhnya diseret hantu. Tapi ini sih, lebih dari hantu. Bisa-bisanya dia masuk begitu saja ke kamar Bulan.
"Kenapa, kak?" Tanya Bulan dengan suara sedikit serak.
"Ngga tau kamu, salah kamu apa?"
Bulan mendorong perut Biru yang ada di depannya. Namun tak mampu membuat Biru bergeser. Gadis itu berdecak. "Itu Patriot, kak. Katanya, kakak sama kakanya Patriot berteman dan kakak kenal sama dia juga. Iya, kan? Dia sama aku tuh, kerja di tempat yang sama, sekelas juga." Jelas Bulan dengan mata sayu.
Biru diam bukan karena mengerti penjelasan Bulan. Dia hanya fokus pada Patriot yang mengatakan soal dirinya dan kakaknya. Sepertinya Patriot belum bilang kalau kakaknya adalah pemilik resto itu.
"Minggir, aku mau mandi."
"Ga perlu mandi. Bau kamu enak!"
"Ih, apaan, sih. Minggir!" Bulan berdiri, namun ruang untuk kakinya bertapak tidak cukup. Dia malah terjatuh dan tergolek lagi di atas tempat tidur.
Dengan cepat Biru mengungkungnya, bertopang dengan kedua tangan di sisi kiri dan kanan Bulan, membuat gadis itu tegang seketika.
"Tetap aja. Siapapun itu, saya ga mau liat kamu berdekatan dengan laki-laki lain."
"I-iya, o-oke." Bulan beringsut menaikkan tubuhnya ke atas, berusaha lepas dari kungkungan Biru yang membuat dadanya bergemuruh.
Biru menyeringai, ia menarik lagi pinggang Bulan hingga wajah gadis itu kembali ada di depan wajahnya.
"Saya belum siap bicara." Biru malah semakin merapatkan wajahnya.
"I-iya, tapi harus banget kaya gini?"
"Kamu ga suka?"
Suara bariton Biru membuat Bulan merinding. Gadis itu kini menatap bibir penuh Biru yang kemarin membuatnya kepanasan. Tiba-tiba saja ia ingin menyicipnya lagi.
Biru memiringkan wajahnya, hampir menyentuhkan bibirnya dengan Bulan. "Saya cuma mau bilang, kalau kamu cantik walau gak mandi sekalipun."
Bulan diam saja karena merasakan napas hangat Biru tercium di hidungnya. Lelaki ini penuh dengan pesona. Bahkan aroma napasnya terasa segar. Habis makan apa, sih? Bulan jadi ingin tahu.
Biru menarik diri, memberi jarak untuk wajah mereka. Namun Bulan malah menarik kerah kaos Biru dan menempelkan bibirnya tepat di bibir Biru. Dia menciumnya, melakukan hal yang sama dengan apa yang Biru lakukan waktu itu.
'Rasa mint.' Batin Bulan saat mencicipi bibir Biru.
Tidak ingi berhenti, Biru langsung membalasnya. Ciuman panas pun terjadi di atas ranjang. Bulan tanpa segan memasukkan tangannya ke dalam baju Biru, meraba perut keras lelaki itu.
Tangan Bulan naik hingga ke punggung Biru, mengelusnya dan merasakan betapa lebar dan nikmatnya tubuh Biru walau hanya disentuh dengan tangan.
Tangan Bulan meraba ke bagian depan. Kini dia bisa merasakan dada bidang yang selama ini hanya bisa ia lihat dan membayangkan seperti apa rasanya bila disentuh. Ternyata senikmat ini.
Bulan melenguh, ciuman Biru turun ke lehernya, memberikan tanda disana, lalu ciuman itu turun ke tulang selangka, dan saat hampir ke dada, Biru menarik dirinya.
Napas mereka terengah. Biru berulang kali menghembuskan napas. Hampir saja kelewatan.
"Sana, mandi."
Biru keluar dari kamar Bulan melalui pintu penghubung. Sementara Bulan terduduk.
"Katanya aku cantik walau gak mandi. Dasar sialan!"
To Be Continued...
Semangat terus berkarya yaa💪💪
Semoga cerita Elian si Manusia Serigala juga dilanjut yaaa 🙏🙏
ada lagi keegoisan hanya untuk mencapai suatu tujuan
sehingga tidak ada perasaan yang tersakiti😉
🌼🌻🌸🌷🌹 untuk kak author 😉
makasih kak untuk up nya
blm baca otw kasih hadiah kopi buat kamuuu,,, ahh senangnyaaa jgn hilang lg ya peenn🥹