Setelah Di Khianati Sahabat Dan Kekasih

Saat Jemima hendak menyalakan motornya, bertepatan dengan itu sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan sekolah.

Mobil itu mendadak berhenti, memarkirkan mobil secara asal, lalu sang pengemudi keluar dengan gaya nya yang tampak arogan.

Jemima ingin cepat cepat pergi, ia sungguh muak kalau harus berurusan dengan mantan kekasihnya itu.

Namun, Rakha malah menghadang jalannya dengan menahan motor.

Di pegang nya stang motor agar Jemima tetap di tempat.

"Lepas! Biarkan aku pergi!" bentak Jemima menatap Rakha malas.

"Kau apakan calon istri ku? dia menghubungi aku sambil nangis nangis menahan sakit, katanya kau telah mendorong nya ke lantai,"

"Iya, aku memang telah mendorong nya, itu karena kata katanya telah menyakiti hatiku. Dia bilang aku bodoh, aku miskin dan juga dengan bangga nya dia bilang sesuatu yang menjijikan tentang kalian,"

"Sesuatu yang menjijikan? Apa itu?" Rakha menatap Jemima lekat dengan mata menyipit.

"Dia bilang saat di Jakarta kalian sudah berhubungan selayaknya suami istri. Dasar kau bajingan, bisa bisanya kau merusak Rara sebelum dia halal untuk mu. Apa kau tidak takut dosa hah? Beruntung aku bisa lepas dari mu pria bajingan, akhirnya sekarang aku sadar siapa kamu sebenernya," ucap Jemima dengan suara sedikit dipelankan namun penuh penekanan.

"Hahaha dasar sok suci! Terserah, yang penting tidak lama lagi aku dan dia akan menikah. Kau tau bagaimana rasanya? Rasanya nikmat sekali Jemima. Apalagi kalau kita berdua yang melakukan itu, aku dan kamu, ah ... Aku tidak bisa membayangkan betapa nikmatnya tubuh molek mu ini," ucap Rakha sembari menatap Jemima dari ujung kepala hingga kaki. Dia mencolek dagu Jemima, dengan cepat Jemima menepis.

"Sayangnya kau begitu belagu, sok jual mahal tiap kali mau aku sentuh. Coba saja kalau kau bersedia aku sentuh, mungkin saat ini kita sudah menikah," lanjut Rakha.

"Cih! Aku benar benar ilfil dengan mu! dasar otak mes*m!" umpat Jemima kesal.

Rakha malah tersenyum genit, masih menatap Jemima lekat.

Rakha akui tubuh serta paras Jemima lebih menggoda dibandingkan Rara, namun karena kesenjangan ekonomi serta karena dia sudah terlanjur meniduri Rara, membuat nya harus bertanggung jawab menikahi Rarasita dan rela melepaskan Jemima.

"Ngapain kau memandang ku begitu? Apa yang ada di otak mu hah? Kau sungguh sungguh menjijikan. Sekarang aku merasa sangat bersyukur karena bisa lepas dari pria genit seperti mu! Aku seperti tidak mengenali sosok mu lagi, Rakha. Minggir, biarkan aku pergi!" teriak Jemima merinding sebadan badan karena Rakha menatap nya begitu dalam seperti seseorang yang tengah dilanda birahi.

Bertepatan dengan itu Rara nampak berjalan kearah mereka.

"Sayang ... Sudah, biarkan dia pergi!" seru Rara.

Akhirnya Rakha membiarkan Jemima menyalakan motor, lalu motor metik itu perlahan melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

"Kalian bicara apa? Apa dia menggoda mu?" tanya Rara, dia merasa cemburu melihat kedekatan Rakha dan Jemima.

"Aku lihat kalian berbicara dengan jarak cukup dekat dan saling pandang pandangan pula," lanjut Rara dengan wajah cemberut.

"Sayang ... Tadi aku bilang supaya dia jangan coba coba menyakiti kamu lagi. Aku bilang agar dia fokus saja sama hidupnya, jangan ganggu ganggu kita lagi, kita kan sudah bahagia dan sebentar lagi kita akan menjadi suami istri. Tapi tadi ... Dia sempat meminta aku kembali padanya, dan aku gak mau, aku menolak permintaannya mentah mentah," jelas Rakha ngibul di akhir kalimat.

Rarasita terpancing emosi mendengar itu, "Berani sekali dia, apa aku harus kasih dia pelajaran agar dia gak berharap lagi sama kamu? Supaya dia tau diri!"

"Gak usah repot-repot Sayang, tadi aku udah tegaskan sama dia kalau aku tidak akan pernah mau kembali sama dia, karena aku sudah cinta berat sama kamu,"

"Sungguh?"

"Iya Sayangku," jawab Rakha.

Rarasita tersenyum bahagia mendengar itu, ia hendak memeluk Rakha namun Rakha mencegah nya.

"Ini sekolahan lho, tahan dulu dong," goda Rakha.

"Eh iya. Kalau begitu ayo kita ke ruangan Ayah ku. Kata Ayah dia ingin ketemu sama calon mantunya,"

"Gimana pinggul mu, apa masih sakit?"

"Masih sih. Sedikit. Tapi udah gak apa apa, gak ada yang perlu dikhawatirkan,"

"Syukurlah. Kalo sampai kamu kenapa kenapa aku tidak akan membiarkan Jemima hidup dengan tenang," ucap Rakha.

"Udah udah. Aku gak apa apa kok," ujar Jemima mengelus lengan Rakha.

"Orang tadi aku hanya pura pura sakit, padahal aslinya aku gak kenapa-kenapa," ucap Rara di dalam hati seraya tersenyum licik.

Mereka lalu berjalan menuju ruang kepala sekolah, Rara menggandeng tangan Rakha dengan mesra.

***

Setiba di rumah, Jemima langsung di cecar pertanyaan oleh sang ayah. Pak Hasan bertanya dengan suara keras.

"Kenapa kamu sudah pulang Jemima? Apa yang terjadi dan kenapa pipi mu yang sebelahnya merah? Katakan pada Ayah, siapa yang telah menyakiti mu?" Pak Hasan yang awalnya berbaring di kamar, langsung bangun ketika mendengar suara motor Jemima. Pak Hasan sedang sakit, dari kemarin dia merasa sesak dan batuk batuk.

"Nak, apa yang terjadi?" tanya Bu Sekar sembari mengelus pipi Jemima. Pipi Jemima yang putih mulus terlihat jelas tercetak tanda merah gambar tangan.

"Ibu, Ayah, aku sudah tidak mengajar lagi, aku udah gak jadi guru honorer lagi. Pipi aku merah karena di tampar oleh Pak Tobari," jawab Jemima jujur sembari menunduk.

"Kesalahan apa yang kamu lakukan sampai sampai Pak Tobari menampar mu?" tanya Bu Sekar seraya menangis.

Jemima lalu menceritakan semuanya.

"Aa-aku gak bermaksud mendorong Rara, aku refleks karena dia mengganggu ku," jelas Jemima lalu tangisnya pecah.

"Maafkan aku," lanjut Jemima terisak-isak.

"Sudah sudah. Gak apa apa, Ibu sama Ayah ngerti kok," Bu Sekar memeluk sang putri tercinta.

Sementara Pak Hasan terus beristighfar di dalam hati, ia berusaha untuk terus bersabar menghadapi berbagai macam cobaan yang akhir akhir ini datang menghampiri tanpa henti.

"Semoga setelah banyak kejadian menyakitkan yang kamu lalui, kedepannya akan ada kabar baik yang datang, Ayah sangat berharap sebelum ajal datang, Ayah bisa melihat mu bahagia bersama pasangan hidup mu. Semoga ada pria baik hati, tulus, bertanggung jawab serta pria yang bisa mengetuk hati mu, semoga pria seperti itu segera datang pada Ayah meminta mu secara baik baik untuk menjadi teman hidup mu," tutur Pak Hasan sembari memegang dada.

"Ayah jangan bicara seperti itu. Ayah tidak boleh pergi, Ayah harus hidup lebih lama lagi. Besok aku akan bawa Ayah berobat, aku punya uang tabungan, semua nya akan aku gunakan untuk mengobati Ayah," ucap Jemima.

Lagi lagi keluarga kecil itu saling berpelukan lalu menangis bersama-sama.

Bersambung.