Andara gadis cantik berusia dua puluh tahun, harus pergi dari desa nya karna kecantikan nya di anggap sebagai ancaman, khusus nya kaum hawa,
acap kali mendapat perlakuan buruk, dari gadis gadis maupun ibuk ibuk yang sudah bersuami, hingga kepala desa punya niat untuk menjadikan Andara sebagai istri kedua,
dengan terpaksa Andara keluar dari desa nya berniat merantau ke kota, dengan tujuan teman ibu nya,
tujuan utama menghindar dari kepala desa yang ingin menjadikan Andara istri kedua, justru Andara terjebak di lingkaran rumah tangga dengan majikan nya,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rubyna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nyaman
Seminggu sudah berlalu, pekerjaan yang di bayangkan berat merawat orang lumpuh, akan membebani fisik Dara rupanya tak menakutkan itu,
Dara hanya mendorong kursi roda, menemani ngobrol menyiapkan makanan itu saja,
selanjut nya Nasita bisa sendiri, mulai mandi berganti pakaian, berpindah dari kursi roda ke ranjang atau sebalik nya, duduk di sofa, Nasita bisa mengangkat tubuh nya sendiri, Dara tidak pernah melihat itu,
Tidak mau ambil pusing bagaimana cara nya, meski banyak tanya dalam benak dara, bagaimana Nasita melakukan hal itu
''Aku sudah selesai Dara, kamu keluar lah dan siap kan saja sarapan ku,'' titah Nasita meminta Dara untuk segera keluar dari kamar nya
Seminggu belajar Dara sudah tau kebiasaan nya, apa yang harus di lakukan nya,
Setengah jam berlalu Dara kembali ke kamar Nasita di mana wanita itu sudah bersiap dan duduk manis di kursi roda nya
''Masuk lah,''
suara sahutan dari dalam setelah Dara mengetuk pintu, perlahan jemari lentik nya memegang hendel pintu dan membuka nya
"Nyonya mau turun sekarang," Nasita mengangguk sebagai jawaban perlahan Dara mendorong kursi roda Nasita keluar dari kamar,
"Sebentar," ucap nya melihat pintu kamar Emran masih tertutup, "apa kamu melihat suami ku sudah keluar Dara," tanya Nasita ingin tau
"saya tidak melihat nyonya, Tuan Emran seperti nya masih di kamar nya," jawab Dara tidak tau persis kebiasaan suami majikan nya, orang nya penuh misteri terkadang pagi sekali sudah rapi terkadang masih santai sambil minum kopi
Seminggu tingal di rumah itu belum sekali pun Dara bertegur sapa dengan suami Nasita
"Ya sudah biarkan Saja. kita ke bawah sekarang,'' patuh dara kembali mendorong kursi roda Nasita menuju lif
''Biar aku saja,'' tiba tiba sebuah tangan besar mengambil alih kursi roda saat Dara hendak menekan tombol lif
''baik tuan,'' dara membiarkan kan Emran mengambil alih tugas nya gadis itu beralih menuju tangga untuk turun,
''bagaimana menurut mu Emran,''
''Apa,''
''Dara, dia cantik bukan,''
''hem, kamu jauh lebih cantik dari siapa pun,'' ucapan itu terdengar begitu masih di telinga Nasita
Tak pernah berubah sejak delapan tahun lalu, meski dua tahun ini Nasita tak lagi sempurna sebagai seorang wanita, tak lagi bisa memberikan cinta yang sama untuk sang suami
kecelakaan itu merenggut kaki nya, tak lagi bisa berjalan meski sudah berobat kemana mana, akan kah cinta Emran akan tetapi sama kelak dan seterus nya,
''Apa kamu masih mencintai ku Emran,''
''kenapa bertanya seperti itu, jawaban nya akan tetap sama, tak perlu lagi bertanya, jika jawaban ku tetap sama, tidak ada yang berubah Nasita,'' tegas Emran bagi nya Nasita lah rumah nya tempat dia pulang ketika semua datang hanya untuk menghancur kan, Nasita tetap tinggal menemani nya
''tapi aku tak lagi seperti dulu, aku bukan istri yang sempurna dan aku juga tak bisa melayani mu di atas ranjang,'' ucap nya pelan di akhir kalimat,
Penyesalan itu yang selalu datang, ketika seorang istri tak lagi bisa melayani suami dengan sebaik baik nya, sebagai seorang istri,
''fokus dulu dengan kesehatan mu Nasita jangan pikir kan hal lain,'' tutur Emran dengan tegas yang kini berjongkok di depan kursi roda istri nya,
Sekilas Nasita tak seperti orang yang tak bisa berjalan, keadaan tubuh nya sangat normal, Emran memandang nya masih seperti dulu, wanita yang hadir memberikan kebahagian merangkul kala Emran tersungkur, memapah kala Emran tertatih, menghadapi kejam nya dunia yang ingin kehancuran nya,
Dara sudah berada di ruang makan, menanti sang majikan yang tak kunjung datang, jika di pikir lebih cepat menaiki lif ketimbang turun menggunakan tangga, gadis itu diam tak lagi pusing memikir kan
''Aku ingin sarapan di taman,''
''kenapa tidak di sini bersama ku,''
''Emran aku butuh suasana baru, sudah lama aku tidak pergi ke taman aku ingin menikmati sinar matahari,'' ucap nya menolak untuk sarapan bersama sang suami,
Ini bukan kali pertama hampir tidak pernah sebenar nya,
''pergilah,'' setelah mendapat ijin Nasita memanggil Dara dengan isyarat untuk segera membawa nya ke taman beberapa pelayan membawa sarapan nya,
''letak kan saja di meja, aku tidak ingin sarapan sekarang,'' ucap nya, memandang embun pagi yang membasahi bunga bunga
''Dara bawa aku berkeliling,'' titah Nasita, wanita itu memang ingin sekali menikmati pagi di taman rumah, rasa nya sudah lama tidak merasakan suasana seperti ini, Nasita hanya terkurung di kamar dan kamar
''kenapa anda tidak sarapan dengan tuan nyonya, anda kan bisa berkeliling taman usai sarapan,'' ucap Dara, entah keberanian dari mana ucapan itu mengalir begitu saja dari bibir kecil nya,
''Tidak Dara, aku memang sengaja,'' ucap nya pelan ''aku ingin Emran terbiasa tanpa ku,'' lanjut Nasita bicara dalam hati
''Tapi kenapa,'' tanya Dara lagi gadis itu teratur sangat penasaran
''Aku bukan istri sempurna, hanya sekedar melayani suami ku di meja makan aku juga tidak bisa,'' tutur Nasita ''Karna itu aku memilih menghindar,'' lanjut Nasita berkata
''Jika hanya sekedar melayani di meja makan, tidak mungkin Tidak bisa sedang nyonya Nasita bisa mandi dan berganti pakaian sendiri bahkan berpindah dari ranjang ke kursi roda,'' batin Dara bermonolog
''Terkadang aku ingin suami ku menikah lagi Dara,'' ucapan itu terdengar enteng keluar dari bibir Nasita seakan tidak ada beban, ''selain Tidak bisa Melayani di meja makan aku juga tak bisa melayani kebutuhan biologis suami di atas ranjang,'' lanjut Nasita berkata
mengutarakan alasan sebenar nya kenapa wanita itu ingin suami nya menikah lagi, Dara hanya diam sebagai pendengar tidak ada keinginan untuk memberi komentar,
''Apa menurut mu aku harus melakukan itu Dara, aku kasihan sama Emran, aku sering melihat nya di kamar mandi cukup lama hanya ingin mengeluarkan hasrat nya ketika di habis mencium ku,'' ucap Nasita tanpa ragu
entah kenapa kenapa Nasita sangat nyaman ngobrol dengan Dara meski topik pembahasan tentang rumah tangga nya, yang tak seharus nya Nasita ceritakan pada orang lain tentang Emran dan diri nya
''sayang kamu disini,'' suara Emran menghentikan pembicaraan itu berhenti sampai sini, Nasita tersenyum lembut ke arah suami nya
Dara segera menyingkir tak kala Emran semakin Mendekat gadis itu cukup tau diri untuk memberi ruang privasi kedua majikan nya, entah mereka mau melakukan adegan cium ritual sebelum Emran berangkat seperti tempo hari yang tak sengaja Dara lihat, miris hati Dara mengingat ucapan Nasita barusan, pria sesempurna Emran tak pernah mendapat kehangatan istri nya di atas ranjang dan lebih memilih menuntas kan nya sendiri di kamar mandi