NovelToon NovelToon
Janji Dibawah Langit

Janji Dibawah Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: vin97

Alexa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan Angkasa-pria yang nyaris asing baginya. Bukan karena permintaan keluarga, bukan pula karena cinta, tetapi karena sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan.

Alexa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah ia inginkan, tapi semakin ia mencoba memahami pria itu, semakin banyak hal yang tak masuk akal dalam pernikahan mereka.

Di balik sorot mata tajam Angkasa, ada sesuatu yang tersembunyi. Sebuah kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Saat Alexa mulai menerima takdirnya, ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar ikatan biasa-ada janji yang harus ditepati, ada masa lalu yang belum selesai.

Namun, ketika semuanya mulai masuk akal, datanglah pilihan: bertahan dalam pernikahan yang penuh teka-teki atau melepaskan segalanya dan menghadapi konsekuensinya.

Di bawah langit yang sama, akankah hati mereka menemukan jalan untuk saling memahami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vin97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 - Hilangnya Nabila

Merasa tak ada lagi yang perlu dibahas, Alam pun pamit pada Angkasa. 

"Aku lihat kalian cukup akrab?" tanya Angkasa, membuat langkah Alam terhenti. 

Alam berbalik, tatapannya tampak serius, tetapi ia masih berusaha santai. "Lumayan. Kami sudah beberapa kali bertemu," jawabnya. 

"Beberapa kali?" Angkasa mengernyit. "Ini bukan kali pertama?" 

Alam mengangguk. "Iya." 

"Kapan dan di mana?" 

"Beberapa waktu lalu, kami sudah bertemu empat kali." 

"Empat?" Angkasa semakin terkejut mendengar hal itu. 

Alam mengangguk lagi. "Iya. Pertama di klub, kedua di rumah sakit, ketiga di supermarket, dan keempat di sini." 

Angkasa menghela napas. Ia tampak tak percaya bahwa Alam sudah bertemu dengan Alexa beberapa kali—bahkan mungkin lebih sering daripada dirinya sendiri. 

"Untungnya dia mau bekerja di sini. Awalnya dia menolak tawaranku," ujar Alam. 

"Kau... menawarkannya pekerjaan di perusahaan ini?" tanya Angkasa. 

Alam mengangguk. "Iya. Jika dia setuju kemarin, mungkin saja dia sudah menjadi sekretarisku." 

Angkasa tidak menjawab. 

"Jika tidak ada lagi yang ingin dibahas, saya permisi," ucap Alam. 

"Soal... Hotel Grand Fall," sela Angkasa. 

Alam menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menatap Angkasa. 

"Aku sudah dengar dari Pak Bima bahwa proyek itu sudah diberikan kepadamu sepenuhnya." 

Alam mengangguk. "Iya, Pak Bima sudah membahasnya denganku." 

"Tolong selesaikan dengan baik. Proyek itu adalah proyek pertamaku. Meskipun aku tak bisa menyelesaikannya, tolong pastikan proyek itu tetap sesuai dengan kesepakatan awal," ujar Angkasa. 

Alam mengangguk. "Baik, Pak Angkasa. Saya selalu mengusahakan yang terbaik untuk pekerjaan ini." 

Angkasa membalas anggukan itu, lalu berbalik pergi. 

--- 

Sementara itu, Alexa berjalan menuju ruangannya. Aditya yang sedang duduk di sana langsung menatapnya. 

"Kamu bertemu Pak Angkasa?" tanyanya. 

"Iya, aku bertemu dengannya di lobi," jawab Alexa, lalu duduk di sebelahnya. 

"Kopinya sudah kamu berikan?" 

Alexa menggeleng. "Tidak. Aku belum sempat membelinya. Dia sudah tidak mau," ucapnya. 

Aditya tampak bingung. Untuk pertama kalinya, ia merasa Angkasa cukup berbeda. Bagi Aditya, Angkasa selalu tegas dan disiplin. Tapi kali ini, sikap itu seperti menghilang. 

Tak lama kemudian, Angkasa masuk dan melirik ke arah Alexa. 

"Ke ruanganku. Sekarang!" perintahnya tanpa memberi ruang bagi Alexa untuk menolak. 

Alexa mendesah kesal. "Apalagi kali ini?" gumamnya. 

Namun, ia tetap bergerak menuju ruangan Angkasa. 

"Ada apa?" tanyanya setelah masuk. 

"Apa yang kau lakukan di klub?" 

Alexa mengernyit, bingung dengan pertanyaan tiba-tiba itu. "Apa maksudmu?" 

"Kau bertemu Alam di klub, kan? Apa yang kau lakukan di sana?" 

Alexa terdiam, menatap Angkasa seolah ingin mengatakan bahwa Angkasa-lah penyebabnya. 

"Kau yang membuatku ada di sana," katanya datar. "Kau memecatku tiba-tiba tanpa alasan dan membuatku kehilangan pekerjaan." 

"Aku tidak bisa bekerja di mana pun dengan ijazah SMA-ku. Satu-satunya tempat yang bisa menerimaku adalah klub." 

Angkasa terdiam, tak bisa membantah. 

"Kenapa kau tak mengatakan bahwa kau bertemu dengan Alam?" tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan. 

"Kenapa aku harus memberitahumu soal ini?" Alexa tampak ingin melanjutkan, tetapi ia mengurungkan niatnya. "Lagian… aku tidak tahu kalau kalian saling mengenal," lanjutnya akhirnya. 

"Dia tahu hubungan kita?" 

Alexa menggeleng. "Tidak." 

Angkasa mengangguk. "Jika kau bertemu dengan orang lain di luar kantor, kau harus memberitahuku." 

"Kenapa?" 

"Apakah ini juga perlu alasan?" balas Angkasa. 

Tuk tuk. 

Suara ketukan di pintu menghentikan percakapan mereka. 

"Maaf, Tuan. Sudah ada kabar dari sekretaris Pak Robert," ujar Aditya yang baru masuk. 

Angkasa mengangguk. "Masuklah." 

Kemudian, ia menoleh ke arah Alexa. "Kau bisa keluar." 

Alexa pun keluar dari ruangan itu, meninggalkan Angkasa dan Aditya. 

"Info apa?" tanya Angkasa langsung. 

"Mereka sudah membaca proposal kita, Tuan. Menurut mereka, proposal ini cukup menarik. Mereka ingin membahas lebih detail kerja sama ini." 

"Saya sudah memeriksa jadwal Tuan. Besok siang jam sepuluh jadwal Tuan kosong. Saya juga sudah mengatur waktu pertemuannya besok," ucap Aditya. 

Angkasa mengangguk. "Oke, Dit. Lanjutkan dan siapkan semua hal untuk besok. Juga, siapkan satu undangan untuk Pak Robert." 

"Baik, Tuan." 

--- 

Malam hari, keluarga Dewantara menikmati makan malam bersama di rumah. 

"Bagaimana hari pertama di kantor, Alexa?" tanya Pak Bima. 

"Lancar, Pah," jawab Alexa. 

"Baguslah. Tidak ada yang menyulitkanmu di hari pertama, kan?" 

Alexa melirik sekilas ke arah Angkasa—orang yang justru paling menyulitkannya. Tapi ia tak mungkin mengatakannya di depan Pak Bima. "Tidak, Pah. Semua bersikap baik padaku." 

Pak Bima mengangguk puas. "Baguslah." 

"Memangnya apa yang susah dari pekerjaannya?" sindir Elisa. "Hanya melayani Kak Angkasa yang tak banyak meminta." 

Alexa melirik Elisa, seolah ingin membalas sindiran itu dengan tatapan tajam. 

"Meski begitu, itu hari pertamanya. Pasti ada yang tidak suka padamu, kan?" tanya Pak Bima. 

"Sampai saat ini saya belum menemukan orang seperti itu, Pah. Semoga saja tidak ada," jawab Alexa. 

Namun, di tengah makan malam, ponsel Alexa berdering. Melihat nama yang tertera di layar, ia segera meminta izin. 

"Maaf, saya harus angkat telepon dulu," katanya, lalu meninggalkan meja makan. 

Ia segera mengangkat panggilan itu. "Halo, Bu?" 

"Alexa… maaf mengganggumu," suara ibunya terdengar khawatir. "Ada hal yang harus Ibu sampaikan padamu." 

"Ada apa?" tanya Alexa, ikut merasa cemas. 

"Kakakmu tidak pulang. Ibu sudah menghubunginya, tapi dia sama sekali tidak mengangkat telepon." 

Mendengar itu, Alexa langsung panik. Ia mencoba menenangkan ibunya, meskipun dirinya sendiri ikut cemas. 

"Ibu jangan khawatir, ya. Alexa akan coba mencari tahu di mana Kakak," ucapnya meski ia sendiri tidak tahu harus mulai dari mana. 

Ia segera beranjak meninggalkan rumah. Namun, langkahnya terhenti saat Angkasa melihatnya. 

"Mau ke mana?" tanyanya. 

"Aku harus mencari Kakakku. Ibu cemas karena Kakak tidak bisa dihubungi," jawab Alexa. 

"Kau mau cari di mana? Apa kita hubungi polisi saja?" 

"Aku tidak tahu," Alexa tampak semakin panik. Ia mencoba menghubungi nomor kakaknya, tetapi kali ini nomornya sudah tidak aktif. 

"Aku akan menemanimu,pertama kita buat dulu laporan ke polisi" ucap Angkasa.

Alexa tak menolak,ia mengangguk dan berharap bisa menemukan saudaranya.

"Apa ada tempat yang mungkin kamu tau dimana kakakmu berada ?"

Kali ini mereka berada dimobil,Angkasa melanjukan mobilnya dengan kecepatan standar.

"Kak Nabila suka ke Club, Red Club"

"Dia sering kesana" jawabnya

"Oke. Kita kesana dulu" ucap Angkasa lalu membawa mobilnya ke tujuan.

Langit malam di kota berpendar cahaya neon, dan di jantung hiruk-pikuk itu berdiri RED, klub malam paling eksklusif di kota. Dari luar, bangunannya tampak misterius, hanya dihiasi lampu merah yang berpendar samar di balik kaca gelap. Begitu melewati pintu utama, suara dentuman bass menyambut, menggema di dalam dada seolah menyatu dengan detak jantung.

Di tengah ruangan, lantai dansa dipenuhi siluet tubuh yang bergerak mengikuti irama musik. Lampu strobo berkedip, menyoroti wajah-wajah yang larut dalam euforia malam. Di sudut ruangan, bar dengan rak-rak penuh botol berkilauan melayani tamu-tamu eksklusifnya—pengusaha, sosialita, dan mereka yang datang bukan sekadar untuk bersenang-senang, tapi juga untuk bisnis yang tersembunyi di balik gelas-gelas kristal.

Di balkon VIP, dengan pemandangan seluruh ruangan, aroma parfum mahal bercampur dengan asap rokok yang membentuk siluet di bawah lampu merah. Di sini, segala sesuatu bisa terjadi—pertemuan rahasia, perjanjian bisnis, atau mungkin, awal dari sebuah cerita yang lebih rumit dari sekadar malam panjang di RED.

Namun diantara banyaknya orang tak terlihat orang yang dicari Alexa, Nabila.

Alexa terus masuk di kerumunan orang-orang yang tampak gembira berjoget.

Brukk...

Alexa menabrak seseorang yang ada disana, karena dirinya terlalu fokus mencari Nabila.

"Maaf, aku tidak sengaja" ucap Alexa tak melupakan kesalahannya.

Namun pria itu tak membiarkan Alexa pergi begitu saja, ia menarik Alexa.

"Akan ku maafkan jika kau mau menari bersamaku" godanya.

"Tidak.. maaf pak, saya terburu-buru"

"Ayolah... Tidak ada orang yang tidak terburu-buru"

"Nikmati saja hidup" ucapnya.

Alexa mencoba melepaskan tangannya yang ditarik oleh pria itu, Angkasa ? Dimana dia..

To be continued..

1
vini vin
Terbaik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!