NovelToon NovelToon
Mimpi Aqila

Mimpi Aqila

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda
Popularitas:303
Nilai: 5
Nama Author: Ai_va

" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?

Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Om Ryan

Dokter yang menangani Aqila keluar menemui Abizam dan Amanda.

" Lukanya sudah di obati dengan baik. Semoga saja tidak melepuh. Pasien sudah boleh pulang. Silahkan tebus obatnya dulu."

" Terima kasih dok."

Abizam menuju ke bagian administrasi untuk melakukan pembayaran lalu menebus obat untuk Aqila. Sementara itu Amanda masuk ke bilik perawatan Aqila. Dilihatnya Aqila yang sudah sadar.

" Manda, aku dimana?"

" Di rumah sakit. Kamu kenapa nggak cerita ke aku kalau mau nikah?"

" Darimana kamu tahu?"

" Dari om itu... siapa namanya? Abi?"

" Kak Abi sudah disini?"

" Iya. Bukannya tadi kamu bilang sama aku untuk menghubungi dia?"

" Kamu nggak bilang apa yang terjadi kan?"

" Aku ceritakan semua. Biar si Rea kapok. Kali ini dia harus dapat hukumannya yang setimpal."

" Kalau aku gagal dapat beasiswa gimana?"

" Kenapa kamu malah bingung mikirin itu kalau Om Abi bisa bayarin kamu kuliah sampai lulus. Mau jadi profesor pun juga sanggup dia bayarin kamu."

" Bukan itu ....."

" Udah deh Qila. Jadi orang baik itu nggak apa-apa. Tapi kamu nggak harus selalu ngalah. Orang seperti Rea harus diberi pelajaran sedikit."

" Kalau aku dikeluarkan dari sekolah gimana?"

" Siapa yang mau ngeluarin kamu dari sekolah itu? Apa mau aku perpanjang urusan dengan sekolah itu?"

" Kak Abi...."

" Om Abi..."

" Aku nggak akan bersikap lunak. Pembullyan di sekolah harus di hilangkan. Nggak bisa dia bertindak seperti itu mentang-mentang dia anak ketua yayasan."

" Sekolah Qila tinggal beberapa bulan Kak. Qila nggak mau pindah sekolah hanya karena perkara seperti ini."

" Siapa bilang kamu pindah sekolah?"

" Itu.... Nggak mungkin kan kita melawan Rea. Papa Rea ketua yayasan di sekolah. Pasti Qila yang disalahkan seperti yang sudah-sudah."

Amanda memijat keningnya. Merasa lelah dengan sahabatnya yang ternyata sangat polos. Abizam pun terkekeh.

" Qila.... Kamu...."

" Sudah Manda. Biarkan dulu."

Abizam mendekati Aqila dan berdiri di hadapan Aqila.

" Dengarkan kakak. Kakak janji nggak akan ada yang mengeluarkan kamu dari sekolah itu. Kalaupun ada yang harus meninggalkan sekolah itu, itu adalah Rea. Paham?"

Aqila pun mengangguk kan kepalanya. Kemudian dengan di bantu oleh Amanda dan Abizam, mereka pun meninggalkan rumah sakit. Amanda ikut bersama dengan mereka ke rumah Aqila. Abizam mengendarai mobil sambil berbicara di telepon.

" Jemputkan Leon di sekolah. Lalu ajak ke rumah Aqila. Aku akan mengirimkan lokasi rumah Aqila."

Abizam mengakhiri panggilannya dengan seseorang di seberang sana dan dilihatnya Aqila yang kembali tertidur di pelukan Amanda. Efek obat pereda nyeri sangat besar. Membuat Aqila selalu mengantuk. Tiba di rumah Aqila, Abizam mengambil kunci di tas Aqila. Dan kemudian menyuruh Amanda membukakan pintu rumahnya sementara Abizam menggendong Aqila. Abizam membawa masuk Aqila ke dalam kamar dan merebahkan di atas tempat tidur.

Sebuah mobil berhenti di depan rumah Aqila. Seorang anak kecil masuk ke dalam rumah Aqila dan berteriak memanggil Abizam.

" Papiiiiii."

" Ssssssttttt..."

Abizam meletakkan jari telunjuknya di bibir. Leon anak kecil itu pun juga meletakkan jari telunjuknya di bibir.

" Sssttt... Kenapa papi?"

" Kak Qila sedang istirahat. Jadi Leon jangan berisik. Karena kak Qila sedang tidak enak badan."

Leon menganggukkan kepalanya.

" Dia ini siapanya om?"

" Anak ku."

" Hah??"

" Kenapa kamu kaget?"

" Ah nggak om."

" Kakak ini siapa?"

" Temannya kak Qila. Kenalan dulu Leon sama kakaknya."

" Hallo kak. Kenalkan nama aku Leon. Tahun depan aku sudah masuk sekolah dasar. Aku anaknya papi Abi."

" Ooo..ooh iya.. Nama kakak Amanda."

" Ini rumah Aqila?"

Seorang lelaki yang tidak kalah tampan dengan Abizam masuk ke dalam rumah Aqila. Amanda di buat menganga tak percaya bagaimana bisa ada orang-orang sesempurna itu.

" Mana Qila nya?"

" Lagi tidur. Efek obat."

" Sakit apa?"

" Tangan dan pahanya kesiram sup panas."

" Kok bisa?"

" Korban pembullyan."

" Gila. Zaman kita sekolah dulu nggak ada model-model kaya gini."

" Lulus mu sekolah udah tahun berapa? Ck."

" Ya sama kayak kamu."

Lelaki itu menatap kearah Amanda.

" Ini siapa?"

" Temannya Qila. Namanya Amanda."

Amanda menganggukkan kepalanya ke arah Ryan sahabat Abizam.

" Papi... Kak Qila sakit apa?"

" Sakit demam. Jadi nanti jangan di ajak jajan sembarangan ya."

Leon menganggukkan kepalanya. Kemudian mendekati Amanda dan duduk di sebelahnya kemudian melepaskan sepatunya.

" Hari ini ada pekerjaan rumah?"

" Ada. Mewarnai gambar gedung sekolah ku papi."

" Minta om Ryan yang ajari sana."

" Nggak mau papi. Om Ryan nggak pinter main kombinasi warnanya."

Amanda terkekeh mendengar ucapan Leon. Membuat Ryan berdecak sebal.

" Sini kakak ajari. Kakak bahkan pinter gambar."

" Oh ya? Coba gambar disini gambar apa aja."

Amanda mengambil kertas gambar dan pensil dari tangan Leon, kemudian mulai menggores kan diatas kertas gambar sketsa wajah Leon.

" Jangan banyak gerak."

" Waaahh kakak gambar Leon?"

" Iya. Jangan gerak dulu."

Leon terdiam tidak bergerak. Ryan dan Abizam memperhatikan interaksi mereka berdua.

" Selesaiii."

" Kok cepet kak?"

Leon menghampiri Amanda dan melihat gambar Amanda.

" Waahhh.. Mirip sama Leon. Padahal ini masih belum selesai."

Amanda menyunggingkan senyumnya melihat Leon.

" Kak..."

Abizam mendengar suara Aqila. Dia bergegas masuk ke dalam kamar Aqila. Dilihatnya Aqila yang sudah bangun. Amanda pun juga ikut masuk ke dalam.

" Ada apa? Kamu butuh sesuatu?"

Aqila menggelengkan kepalanya. Terukir senyuman di wajahnya saat melihat Leon dan Ryan.

" Leon."

" Iya kak. Kakak sedang sakit ya?"

Aqila menggelengkan kepalanya. Leon mendekati Aqila dan berdiri di samping Aqila.

*kruukk..kruuukkk..kruukk.*

Wajah Aqila memerah karena perutnya tiba-tiba berbunyi. Abizam tersenyum melihatnya.

" Kamu lapar ya?"

Aqila menganggukkan kepalanya.

" Biar aku masakkan."

Ryan menyela pembicaraan mereka.

" Mau ngebunuh kita semua kamu ya?"

Amanda terkekeh saat melihat Ryan yang mengerucut kan bibirnya.

" Kamu belikan makanan di luar sana. Ajak Amanda."

" Kenapa ajak dia?"

" Emangnya kamu kenal daerah sini?"

" Ya nggak."

" Yaudah ajak Amanda sana."

" Boleh Leon ikut papi?"

" Iya ikut aja. Nanti kalau Leon mau jajan minta sama Om Ryan."

" Oke papi."

Leon bergegas mengenakan sepatunya lagi dan menggandeng tangan Amanda.

" Ayo kak."

" Mau makan apa Qila?"

" Apa aja om."

" Belikan bubur aja. Atau makanan yang berkuah."

" Oke."

" Ayo Om Ryan. Lama banget sih."

" Iya.. Iya.. Sabar kenapa."

Ryan menyusul Leon yang sudah berada di depan bersama Amanda.

" Di dapur masih ada nasi goreng sisa Qila masak tadi kak. Qila makan itu aja."

" Kamu laper banget ya? Ada roti nggak sih?"

" Ada di lemari es. Kalau mau dipanggang kasih mentega dulu."

" Oke. Aku buatkan roti panggang dulu ya."

" Iya."

Abizam masuk ke dalam dapur. Membuka lemari es kemudian mengambil roti tawar. Setelah itu diolesi dengan mentega dan memanggangnya di atas teflon panas.

" Nggak ada meises cokelat ya Qila?"

" Habis seperti kak. Sama susu kental manis coklat aja kak. Ada di lemari es."

Abizam membuka lemari es dan mengambil susu kental manis coklat di dalam pouch. Kemudian menuangkan diatas roti panggang yang sudah diletakkan diatas piring.

" Ini makan dulu sementara Ryan beli makanan."

" Iya kak."

Sementara itu Ryan, Amanda dan Leon sedang berkeliling mencari makan. Leon duduk di pangkuan Amanda di depan.

" Kemana nih?"

" Ujung depan nanti belok kiri om. Ada yang jual bubur ayam disana."

Ryan mengarahkan mobilnya sesuai dengan petunjuk Amanda.

" Yaaaahh tutup Om."

" Yang jual bubur cuma ini aja?"

" Setahu Manda sih ini aja yang daerah sini."

" Naaaah itu om."

Ryan dan Manda menuju ke arah yang di tunjukan oleh Leon.

" Itu ada yang jual gula-gula kapas om. Beli itu yuk om."

" Ckk. Kamu ini. Belum juga dapat bubur untuk Aqila, udah dapat gula-gula kapas."

Tak ayal Ryan pun mengarahkan mobilnya ke penjual gula-gula kapas.

" Kamu juga nggak?"

" Dibelikan nih om?"

" Iya."

" Mau deh. Lucu bentuknya."

Amanda memilih gula-gula kapas berbentuk bebek. Sedangkan Leon memilih gula-gula kapas berbentuk seperti anak kucing.

" Berapa semuanya?"

" Enam puluh ribu om."

Ryan menyerahkan uang seratus ribuan kepada penjual itu.

" Tambah satu. Terserah yang mana aja. Kembalinya di ambil saja."

Penjual gula-gula kapas itu menyerahkan gula-gula kapas berbentuk bunga kepada Ryan. Ryan melihat Leon dan Amanda yang sedang berfoto ria sambil membawa gula-gula kapas milik mereka.

" Foto kakak yang waktu candid ya Leon. Nanti kakak foto kamu juga yang candid."

" Oke kak."

Ryan mengusap kasar wajahnya karena dia terlihat seperti orang tua yang sedang mengasuh anaknya. Setelah menunggu agak lama mereka akhirnya selesai juga sesi fotonya.

" Itu buat siapa om?"

" Buat Aqila juga boleh."

" Bagusnya bentuk bunga. Ayo kita foto lagi Leon."

" Ayo..ayo kak."

Ryan mengusap kasar wajahnya. Dan lagi-lagi dia harus menunggu Leon dan Amanda sedang berfoto.

Menjelang sore mereka akhirnya kembali ke rumah Aqila dengan membawa bubur ayam serta berbagai macam makanan dan minuman. Abizam dan Aqila yang sedang berada di kamar dibuat takjub karena banyaknya yang mereka beli. Bahkan Leon sampai tertidur di dalam gendongan Ryan.

Ryan membawa Leon masuk ke dalam kamar Aqila dan merebahkan nya disana. Ryan memukul-mukul pundaknya.

" Kalian darimana aja sih? Dari siang sampai sore kaya gini baru balik. Beli apa aja kalian?"

Abizam mengomeli Ryan yang sedang memukul-mukul pundaknya.

" Kita keliling cari penjual bubur. Dan kamu tahu, nggak Leon nggak gadis ini tiap ada penjual jajanan selalu di kunjungi."

" Tapi kenapa sampai lama sekali?"

" Gimana nggak lama kalau tiap mereka beli makanan mereka berdua foto dulu. Beli gula-gula kapas cekrek. Beli sempol cekrek. Beli telur gulung cekrek. Capek banget aku motoin mereka."

Ryan mendengus sebal. Sementara Aqila hanya terkekeh mendengar gerutuan Ryan. Bisa di bayangkan bagaimana situasinya. Melihat Aqila terkekeh, Abizam pun menyunggingkan senyumnya. Ryan mendengus sebal dan dilihatnya Amanda yang langsung terlelap saat bersandar di sofa ruang tengah.

1
luisuriel azuara
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Tri Wahyuni: makasih kak 🙏
total 1 replies
María Paula
Characternya bikin terikat! 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!