Pernikahan Tak Terduga
Niat hati memberikan pertolongan, Sean Andreatama justru terjebak dalam fitnah yang membuatnya terpaksa menikahi seorang wanita yang sama sekali tidak dia sentuh.
Zalina Dhiyaulhaq, seorang putri pemilik pesantren di kota Bandung terpaksa menelan pahit kala takdir justru mempertemukannya dengan Sean, pria yang membuat Zalina dianggap hina.
Mampukah mereka menjalaninya? Mantan pendosa dengan masa lalu berlumur darah dan minim Agama harus menjadi imam untuk seorang wanita lemah lembut yang menganggap dunia sebagai fatamorgana.
"Jangan berharap lebih ... aku bahkan tidak hapal niat wudhu, bagaimana bisa menjadi imam untukmu." - Sean Andreatama
...****************...
"Saya terima nikah dan kawinnya Zalina Dhiyaulhaq binti Husain Sanusi dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai."
"Bagaimana saksi, sah?"
"Sah."
Bak mimpi di siang bolong, sama sekali tidak Sean duga malam ini dia akan menjabat tangan seorang wali dari wanita yang mungkin sedang menangis meratapi nasibnya. Dalam waktu sekejap, Sean telah merubah citra seorang Zalina yang terjaga sebagai wanita penuh dosa.
Sama sekali tidak ada niat untuk menikung, tapi faktanya Sean justru menikahi seorang wanita yang akan menikah dua hari lagi. Bahkan, jemarinya saja sudah dihias sedemikian indah agar tampil cantik di hari pernikahan.
Tujuan awal ke Bandung hanya untuk reuni, bukan cari istri. Memang, Sean menginginkan pernikahan lantaran keluarganya mulai resah karena tak kunjung menikah. Tapi bukan berarti dia bercita-cita menikah dengan cara memalukan begini.
Niat baiknya untuk menyelamatkan seorang wanita kemarin malam berujung sial dan membuatnya terjebak dalam masalah. Tidak hanya dirinya, tapi juga seorang wanita yang dia ketahui bernama Zalina itu.
Hari sial memang tidak ada di kalender. Sebuah kalimat yang benar-benar menggambarkan bagaimana Sean malam itu. Gerimis mulai mendera ibu kota sementara tujuannya baru setengah jalan, beruntung jaket tebal yang dia kenakan sedikit melindungi kulitnya.
Siapa yang menduga jika perjalanannya akan sesulit ini. Setelah beberapa saat lalu hampir menabrak pembatas jalan, kini motor yang dia kendarai terjatuh demi menghindari seseorang yang tampak tidak sadarkan diri di depan sana.
Sean meringis, kakinya sedikit sakit. Namun, bukannya mendahulukan sepeda motornya, Sean justru menghampiri seseorang yang terkulai lemas dengan tas dan juga ponsel yang jatuh tidak jauh darinya.
"Tabrak lari?"
Sean bergumam, memang tidak ada luka yang Sean lihat dengan mata telanjangnya. Namun, yang jelas wanita pucat itu tampak cantik dengan balutan hijab sedikit terbuka di bagian lehernya.
Beberapa kali Sean berusaha menepuk pelan wajahnya. Hingga tiga kali tidak juga mendapatkan respon, Sean membopong wanita yang sama sekali tidak dia kenal itu ke sebuah bangunan tak berpenghuni.
Tidak ada niat di hati Sean untuk melakukan hal buruk pada wanita ini. Walau, secara logika seorang Sean memang selalu terpesona dengan wanita cantik, tapi kali ini dia berbeda.
"Bangun, buka matamu."
Nalurinya memaksa wanita ini harus membuka mata. Dalam keadaan darurat mungkin akan lebih baik hijabnya dibuka, hanya itu yang Sean pikirkan sebelum kemudian memberikan napas buatan sebagai pertolongan terakhirnya.
Cukup lama Sean berusaha, hingga wanita itu perlahan membuka mata dan menatap Sean yang kini tampak bernapas lega karena dia membuka mata.
"Syukurlah ... bangun juga akhirnya, apa ada yang sakit?" tanya Sean kemudian dan Zalina hanya menggeleng pelan.
"Apa yang terjadi padaku?" tanya Zalina sama sekali tidak menaruh kecurigaan pada pria asing ini
"Kau pingsan, aku pikir ditabrak lari ... yakin tidak ada yang sakit? Aku bisa antar ke rumah sakit jika kau mau."
Sean benar-benar buta, dia lupa bahwa tidak semua hal baik akan dianggap baik di dunia. Entah kenapa dia sebodoh itu mengkhawatirkan wanita yang tidak dia kenali sama sekali dan berakhir dengan teriakan segerombolan laki-laki di belakangnya.
"Woey!! Kalian sedang apa?!"
Satu kalimat yang sontak membuat Sean menoleh seketika. Sean hendak menghadapi dengan tenang sebenarnya, akan tetapi bodohnya Sean justru memperlihatkan gerak-gerik yang semakin membuat mereka curiga.
"Tunggu, gadis itu? Astaghfirullah, Zalina!!"
Itulah awal bencana yang membuat hidup Zalina berubah 180 derajat. Dia juga tidak mengerti apa yang terjadi, tapi yang pasti pasca kejadian itu Zalina bersama pria asing itu dibawa paksa layaknya pasangan yang telah melakukan perbuatan dosa.
Meski keduanya sudah bersumpah atas nama Tuhan, semua orang seakan menutup mata dan telinga. Terutama keluarga calon suaminya. Tidak hanya tamparan yang Zalina terima dari calon ibu mertua, tapi juga hinaan dan cacian.
Kekecewaan membelenggu banyak pihak, meski Zalina sudah berlutut di bawah kaki Irham - calon suaminya, tetap saja mereka menganggap Zalina telah ternoda.
Semua Sean saksikan di depan matanya. Bagaimana wanita itu memohon bahkan meraung di hadapan orang tuanya, sayangnya takdir baik tidak memihak Zalina. Pun tidak berbeda dengan Sean, dia mencoba membela diri, tapi keluarga Zalina justru bermaksud melaporkan Sean ke pihak berwajib.
Beruntung saja Zean bersama Mikhail datang tepat waktu tadi siang. Didampingi kiyai Hasan yang masih merupakan keluarga dekat Husain Sanusi, masalah keduanya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
.
.
"Sean, ayo."
"Hah?"
Sean menatap bingung orang-orang di sekelilingnya. Lamunannya tentang hari kemarin terlalu jauh, jika saja pundaknya tidak ditepuk oleh Zean, mungkin dirinya akan terus terdiam sampai subuh besok pagi.
"Ayo apa?"
"Cium istrimu, dengar tidak peghulu bilang apa?" bisik Zean pelan, tapi dapat terdengar jelas oleh Zalina yang sejak tadi hanya bisa menunduk dan bergetar berada di sisinya.
"Harus?"
Sean mendapati tatapan tak terbaca kiyai Hasan dan juga mertuanya. Berkat pengaruh Zean, tindakannya berhasil diselesaikan dengan cara kekeluargaan, tepatnya menjadi keluarga sungguhan.
"Lakukan sebisamu, cium keningnya dan bacakan doa seperti Yudha ajarkan tadi siang."
Cium? Sangat bisa, lebih dari itu Sean bisa. Tapi untuk doa? Mana bisa. Lagi pula dia tidak pernah pernah melakukan hal semacam itu dengan menyebut nama Tuhan. Hati Sean sulit menghapal, otaknya memang agak standar untuk hal semacam itu. Waktu yang diberikan kiyai Hasan hanya beberapa jam, dan dia lupa.
"Lupa, kiyai."
Sebuah jawaban spontan yang membuat semua orang di sana saling menatap. Bak langit dan bumi, Sean begitu berbeda dari calon suami Zalina sebelumnya.
"Al-Fatihah saja."
"Al-Fatihah ... yang awalnya bagaimana?"
Duar
Entah dibuat-buat atau memang tidak tahu, yang jelas Mikhail saat ini ingin berlari dan tenggelam di balik batu. Putranya tidak memalukan, tapi dia yang merasa gagal menjadi seorang ayah.
"Astaghfirullah, Sean ... ini akibatnya kalau di otakmu isinya cuma ganti oli dan tambal ban."
.
.
- To Be Continue -
Hai-hai, masih anak-anak Mikhail ya di sini. Semoga masih suka dan bisa dinikmati, jan lupa tambahkan ke favorit❣️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
❣@Sha_Putrie❣
Suka Yg berbau islami, insyaallah banyak pelajaran yg kita dapat di dalamnya
2024-11-19
0
🌟~Emp🌾
miris nya kamu sean
2024-11-19
1
pipi gemoy
hadir Thor 😎
2024-10-19
0