Jess Amartha, wanita berusia 24 tahun yang juga merupakan anak yatim-piatu. Terpaksa harus menerima tawaran pernikahan, dari donatur panti asuhan tempatnya bernaung selama ini.
Menolak? Jelas Jess tak mungkin bisa. Terutama jika sang ibu panti telah menyetujui lamaran dadakan tersebut, dengan senyum cerah di wajahnya yang mulai menua.
Pernikahan pun terjadi. Dua insan yang tak pernah mengenal, dipaksa keadaan untuk saling menerima satu sama lain.
Kent Rahardjo, pria berusia 30 tahun. Selain wajahnya yang rupawan, pria itu juga sangat mapan dalam segi finansial. Seorang CEO sebuah perusahaan IT terbesar kedua di Asia tenggara.
Pria arogan, dingin dan tak tersentuh. Membuat pernikahan mereka bagai berjalan diatas bongkahan es.
Sanggupkah Jess bertahan dalam pernikahan tak sehat, yang menjerat kebebasan jiwanya yang semakin rapuh? Akankah hati beku Kent mencair oleh ketulusan seorang Jess Amartha?
Kuy simak dan beri kritik yang membangun mental agar tak menjadi down🤗🙏😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeyra_S Antonio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Jangan bosan jangan galau 🤭
Yuk kita ulas kisah rumah tangga penuh drama ini, dengan senyum lebar😁😁
👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻
Suara canda tawa menggema di ruang keluarga rumah ibu Maria. Anak-anak tengah berkumpul di depan telivisi berukuran 21" tersebut, untuk menikmati tontonan bersama.
Jess duduk di sofa bersama Kent yang sejak tadi terus menempeli sang istri bagai perangko.
"Kalau kakimu sudah pulih, kita akan menonton ke bioskop mengajak adik-adikmu. Mereka pasti senang." Bisik Kent di telinga Jess.
"Tidak usah dekat-dekat, aku tidak budek!" Balas wanita itu ikut berbisik. Kent semakin gemas, Jess masih marah padanya perihal kejadian siang tadi.
"Jangan marah-marah terus, nanti kalau kangen kau akan repot sendiri." Canda Kent tak peduli pada ekspresi wajah judes istrinya.
"Biasa aja tuh!" Balas Jess acuh. Kent mengeratkan pelukannya tanpa peduli tatapan tajam Kevin kepadanya. Pria itu semakin gencar membuat kedua telinga Kevin mengeluarkan asap tebal.
Kent tersenyum miring atas kemenangannya membuat Kevin tak berkutik.
"Kent, lepas. Aku risih, malu sama ibu. Kita tak sedekat ini, jadi berhenti membuatku bingung." Desis Jess mulai kesal. Kent mengurai pelukannya, menatap netra yang mulai berkaca-kaca tersebut.
"Maaf, aku hanya ingin orang tau kau adalah milikku." Ucap Kent merasa bersalah.
"Dan sebentar lagi dunia akan tau, jika kau bukan hanya milikku. Tapi juga milik wanita lain dan seorang putri. Berhentilah melambungkan hati wanita Kent. Perasaan wanita itu lembut dan mudah tersentuh. Sikapmu bisa membuat kaum hawa menaruh harapan besar padamu. Jika kau tak bisa hanya berpegang pada satu hati, maka lepaskan hati yang lain yang tak bisa kau jaga sepenuhnya." Kent terpekur.
Kalimat Jess sangat mengena ke dalam sanubarinya. Pria itu bergeming tanpa suara. Kent kehabisan kata untuk membalas apa yang baru saja Jess ungkapkan.
Dia memang belum tau kemana akan dia bawa nasib rumah tangganya. Ada tanggung jawab yang tak bisa di lepaskan begitu saja. Terutama ada janji yang harus di pegang penuh meski bukanlah janji yang terikrar dari mulutnya.
Flashback
"Berjanjilah Kent, kau akan menjaga Melisa dan anakku kelak seumur hidupmu. Aku melakukan pengorbanan ini untukmu, jangan membuatku kecewa. Aku mohon, nikahi Melisa agar anak kami memiliki status yang jelas. Kau harapanku satu-satunya, sampaikan maafku pada mama dan papa, terimakasih sudah mengadopsi pria bejat ini. Tolong terima anakku dalam keluargamu...." Hening.
Rupanya itu adalah kalimat terakhir yang terucap dari mulut sang adik. Kent amat terpukul. Rendra yang kala itu menggantikannya melakukan pertemuan dengan seorang rekan bisnis di Singapura. Mengalami insiden yang hingga kini masih Kent cari tau penyebabnya.
Seseorang sengaja menyabotase mobil yang Rendra kendarai. Rendra menabrak pembatas jalan cukup keras. Di detik-detik terakhir, Kent baru mengetahui, jika sang adik telah memiliki hubungan seorang wanita muda yang pernah berusaha menjebaknya, menggunakan obat perang*sang namun gagal.
Tak sempat menolak, sang adik telah menutup mata untuk selamanya. Hingga berakhirlah Kent menikahi melisa secara siri, memberikan kehidupan yang layak bagi wanita itu juga sang keponakan.
Rendra menginggal karena menggantikan posisinya, seharusnya Kent lah yang mengalami kecelakaan maut tersebut. Itulah yang terus terngiang di dalam benaknya. Belum lagi Melisa yang terus mengungkit perihal kepergian Rendra karena dirinya.
Kent tak dapat menampik. Dia terjebak bersama seorang wanita di sebuah kamar hotel waktu itu. Dan Rendra yang tak ingin sang kakak mendapatkan masalah. Berusaha untuk menggantikan Kent dalam pertemuan penting tersebut.
Naas, kecelakaan maut tersebut tak dapat dihindarkan. Kent menyimpan rasa bersalah pada sang adik, dan kedua orang tuanya tak mengetahui akan kronologi kejadian yang sesungguhnya.
Masalah Kent dengan si wanita malam, usai di hari berikutnya. Melalui rekaman CCTV Kent terlihat di bopong masuk ke kamar si wanita, bukan atas kehendaknya secara sengaja. Kent terbebas atas kerja keras Aditya. Sedangkan si wanita masih bungkam soal siapa yang menyuruhnya.
Kent yang tak ingin memperpanjang masalah, memberikan kompensasi agar melupakan kejadian tersebut. Bertahun-tahun berlalu, hidupnya bersama Melisa tak menunjukkan kemajuan.
Sempat terbersit untuk menjalani hidup sebagai suami istri sesungguhnya, Kent akan berusaha menerima Melisa sepenuhnya. Namun perasaannya masih tak bisa. Setiap kali menunjukkan kemesraan dengan memperlakukan Melisa lembut. Sudut hatinya berontak. Kent hanya bisa berpura-pura di hadapan sang anak.
Selebihnya Kent akan kembali ke sikap aslinya. Hingga pertemuannya dengan Jess untuk pertama kalinya di panti asuhan. Seluruh atensi Kent tercurah hanya pada wanita itu.
Itu kenapa Kent selalu bersikap dingin dan terkesan menjaga jarak. Dia tak ingin terjebak antara dua wanita. Dia berpikir akan melepaskan Jess dan kembali memulai hubungan dengan Melisa demi Eli.
Namun sayang, semakin Kent menghindari, rasa di hatinya kian membuncah. Kent frustasi. Akhirnya memilih hengkang dari kediaman mereka dan menetap di apartemen.
Pria itu juga berusaha untuk tak mengunjungi Eli agar mengetahui kedalaman hatinya pada Jess. Ya, kerinduannya pada Jess lebih besar daripada kerinduannya pada Eli.
Flashback end
Kent terkejut saat merasakan pergerakan Jess di sampingnya. Rupanya Kevin lah yang berusaha mengangkat tubuh sang istri.
"Biar aku saja, kami akan langsung beristirahat." Cegah Kent lugas. Bu Maria segera menengahi.
"Biarkan Kent yang membawa kakakmu nak, Jess butuh banyak istirahat. Temani adik-adikmu di sini saja, ibu juga sudah mengantuk." Ujar wanita itu menyela. Dia tau Kent tak pernah merasa nyaman dengan sikap permusuhan, yang di tunjukkan oleh putranya Kevin.
Dengan terpaksa, pemuda itu akhirnya mengalah. Kent tersenyum penuh kemenangan.
Setiba di kamar, Kent mengambil air di sebuah baskom sedang yang sengaja di taruh oleh sang mertua di kamar mandi Jess.
"Basuh kakimu dulu" ucap Kent lalu meraih kedua kaki Jess. Merendamnya sebentar sebelum membasuh dan mengeringkan kembali.
Kent baru saja selesai membuang air yang dia gunakan untuk membersihkan kaki sang istri.
"Kau ikut tidur di sini?" Tanya Jess heran, saat melihat Kent ikut menaiki ranjangnya. Kent berhenti sejenak, lalu menatap sang istri dengan mengiba.
"Aku hanya ingin tidur bersama istriku, apa itu juga tidak boleh?" Kent balik bertanya dengan nada putus asa.
"Lalu setelahnya kau akan berubagi ranjang dengan istrimu yang lain? Aku tak bisa terus menerus dalam situasi seperti ini Kent. Aku tak sekuat itu untuk berbagi suami. Meski rasa itu belum ada, tapi aku berkomitmen. Apa yang sudah menjadi milikku, akan aku jaga dari jangkauan wanita lain. Jika kau masih belum bisa tegas memutuskan hubungan rumit ini. Lebih baik kita tak perlu bertemu untuk beberapa waktu." Ucap Jess menarik selimutnya hingga batas leher.
Kent berpindah duduk di sisi ranjang, pria itu terlihat semakin frustasi. Mungkin di mata Jess, dia pria yang tak tegas. Namun dia memiliki alasan sendiri, kenapa belum bisa memutuskan hubungannya dengan Melisa. Pernikahan sirinya bisa saja dengan mudah dia akhiri, namun ada janji yang membuatnya terpaksa untuk bertahan.
Dia hanya ingin hidup damai meski harus memiliki dua istri. Karena Kent sulit memutuskan ke-duanya. Jika Melisa dan Eli karena sebuah janji dan tanggung jawab. Berbeda dengan Jess yang telah menguasai hatinya. Kent menginginkan wanita itu tetap bertahan bersamanya.
Namun Kent tak menyadari, jika keputusannya untuk mempertahankan dua wanita sekaligus dengan alasan berbeda tersebut. Akan membawa kisruh dalam rumah tangganya kelak.
Kent akhirnya memilih tidur di karpet lantai. Meski tak terbiasa, Kent berusaha membuat tidurnya nyenyak.
Jess tak benar-benar tertidur, wanita itu masih bisa mendengar pergerakan Kent yang gelisah di bawah samping ranjangnya.
Jess akhirnya menyerah, wanita itu berbalik kemudian meminta Kent tidur satu ranjang dengannya.
Sudut bibir Kent berkedut menahan tawa. Pria itu pura-pura tak mendengar, padahal jelas dia belum tertidur.
"Baiklah, bukan aku yang rugi." Ujar Jess akhirnya. Kent nampak panik, kemudian bergegas bangun dan bergabung bersama Jess di atas ranjang.
"Jangan terbiasa mengancam suamimu, Jess. Kau bisa kualat nanti." Desis Kent merasa Jess berhasil mempermainkan emosinya.
Jess bergeming, memunggungi Kent bagai batu.
Pria itu mengulurkan tangannya untuk memeluk sang istri, namun dengan cepat Jess menepisnya.
"Aku memintamu untuk tidur di sini bukan untuk memelukku." Kesal Jess.
Kent terkekeh tak peduli. Tangannya semakin erat memeluk perut rata Jess.
"Diamlah sayang, ini sudah malam. Atau kau ingin kita melakukan ritual penuh de sah terlebih dahulu, baru kau akan tidur nyenyak?" Ujar Kent berhasil membuat Jess bungkam.
"Dasar mesum!" Sungut wanita itu kemudian memejamkan kedua matanya dengan paksa.
Di tempat lain, Melisa tengah bertukar ludah dengan seorang pria asing di sebuah club malam.
"Lanjut di kamar baby?" Ujar si pria dengan suara parau. Melisa mengangguk setuju. Keduanya berjalan menuju kamar melalui lorong remang. Sepanjang menuju kamar, tangan nakal si pria tak lepas dari balik baju ketat Melisa.
Bermain dengan dangan puncak da da wanita itu sembari menyesap leher jejang Melisa.
Melisa begitu menikmati permainan ganas pria asing tersebut. Sehingga wanita itu lupa jika dia tak membawa pil andalannya.
"Kenapa baby, aku tanggung...ayo lanjutkan..." Ujar si pria dengan nafas naik turun.
"Kau menyimpan stok pengaman?" Tanya Melisa gusar. Dia pun ingin mencapai puncak tertinggi yang sedang mereka daki, namun mengingat jika dia melupakan pil ajaibnya. Membuat Melisa sedikit ketar ketir.
"Ouhh babe, ku pikir apa...tak perlu pengaman. Kau wanita dewasa yang berpengalaman, bukan? Akan mudah untuk membuat segalanya terkendali. Aku tak bisa menahanya lagi..." Si pria mulai membalikkan posisi. Kini Melisa berada di bawah Kungkungannya.
Gerakan kuat yang bertubi-tubi menubruk tubuh Melisa, membuat wanita itu lupa diri. Tak lama semburan lava panas memenuhi bagian tubuh Melisa yang tergolek pasrah.
"Ini luar biasa baby! Kita harus mengulanginya nanti..." Ujar si pria setelah denyut terakhir dia rasakan. Tembakan dalam yang sangat sempurna, si pria tak memberikan Melisa kesempatan untuk mendorongnya, kala pendakian telah mencapai puncak.
Si pria membenamkan dirinya sedalam mungkin. Lalu membiarkannya terbenam cukup lama.
"Lepaskan milikmu, aku tak ingin mengandung benih pria asing." Ketus Melisa berusaha mendorong tubuh kekar di atasnya. Namun pria itu bergeming. Memeluk tubuh Melisa sembari menggigit puncak da da wanita itu.
"Jangan terburu-buru babe, ini sungguh tak bisa di urai dengan kata-kata. Apa kau merasakan semburannya? Aku rasa kau hanya mendapatkannya dariku saja. Cairan yang membuat para wanita kenyang hingga 9 bulan." Kekeh pria itu tanpa dosa.
Melisa melengos jengkel. Meski dia menikmatinya, Melisa tak ingin kecolongan. Hamil anak pria asing akan membuatnya berada dalam masalah baru. Elis saja yang terlahir dengan wajah lokal, membuat banyak pertanyaan dari para tetangganya dahulu. Karena tak ada kemiripan apapun dengan Kent, ayahnya.
Apa kabar jika dia mengandung benih pria bule tersebut. Meski gen Kent mengikuti sang ibu, namun tetap saja. Pria itu tak pernah menyentuhnya.
"Kau hebat. Hanya saja sedikit longgar, tapi tak apa. Aku cukup puas dengan goyangan pinggulmu." Ucap pria itu frontal tanpa filter.
Melisa terlihat pias menahan malu, baru pertama kalinya. Ada pria yang merendahkannya seperti ini secara terang-terangan.
"Kalau begitu lepaskan dirimu dariku. Milikmu saja yang tak memadai, jangan hanya melihat kekurangan lawan mainmu, brengsek!" Umpat Melisa marah. Wanita itu mendorong tubuh si pria dengan sisa tenaganya.
Si pria tak marah sama sekali, dengan santai berjalan menuju kamar mandi dengan tubuh polosnya. Bahkan sempat-sempatnya pria tengil itu menggoyangkan miliknya di depan wajah Melisa.
Membuat wajah wanita itu merah padam menahan amarah dan malu di saat bersamaan. Benda yang dia sebut tak memadai tersebut, nyatanya berukuran luar biasa. Artinya miliknya lah yang memang bermasalah.
Tbc
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
Semakin dongkol? yuk lempar komen yang banyak. Supaya jari-jari othor kian rajin menciptakan kehaluan 🤭😁
lope lope para kesayangan buna Qaya 🤍🤍🤍