NovelToon NovelToon
Pemain 999

Pemain 999

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / TKP / Romansa / Trauma masa lalu / Permainan Kematian
Popularitas:487
Nilai: 5
Nama Author: Halo Haiyo

Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.

Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.

Apakah Marina bisa? Atau...

ayo baca guys

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab tiga. Tak ada kesempatan ikut masuk

Bab Tiga

"Absen satu!"

"Hadir!"

"Absen dua!"

"Hadir!

"Absen tiga!"

"Hadir!"

Marina berdiri, "Absen dua puluh lima!"

Dia mengangkat tangan. Semua murid memandangnya. Bu Siska langsung menyuruhnya duduk.

"Baiklah, anak-anak, kita mulai kelas kita."

"Hari ini kita belajar sastra. Siapa yang mau membaca duluan?"

Marina terus memandang jendela, sejak saat itu dia tak berhenti memandang kosong. Tak ada lagi pupil mata hitamnya yang dulu, hanya ada keratapan dan kesunyian.

"Marina..."

"Marina..."

"Ei..."

"Bu Siska suruh kamu baca."

Marina berdiri, membawa buku ditangannya. Dia melihat anak-anak sekitar yang terus melihatnya.

"Ayo semangat, Marina..."

Ketika matahari mulai tenggelam di balik bukit,

langit mencoretkan jingga terakhirnya di lembar cakrawala.

Burung-burung kecil terbang rendah,

seperti mengantar hari kembali pulang ke rahim malam.

Daun-daun gemerisik lirih,

menceritakan kisah angin yang tak pernah lelah berkelana.

Sungai di kejauhan bergumam tenang,

menyanyikan lagu yang hanya dimengerti oleh bebatuan dan lumut tua.

Di balik semak, seekor kijang menatap hening,

lalu menghilang perlahan,

seperti mimpi yang tak sempat digenggam.

Sementara ranting-ranting tua merunduk,

menjadi saksi bisu waktu yang terus berputar.

Langit mulai berkerlip,

satu per satu bintang membuka mata.

Dan bumi—dengan segala bisunya—berdoa dalam diam,

agar esok, matahari sudi terbit lagi,

agar alam tetap bisa bernapas, meski manusia kadang lupa mendengarnya.

Prok! Prok! Semua orang tepuk tangan. Suara yang halus, dan raut wajah yang elok di mata mereka membuat semuanya terkagum-kagum.

"Wah! Marina, kau hebat! Kau hebat!"

Marina duduk terdiam, dia tak merespons tepuk tangan teman kelasnya.

Bu Siska juga menambahkan nilai A+ di buku nilainya. Dia sedikit teringat dengan ucapan muridnya kemarin. Lalu dia geleng-geleng kepala.

"Wah, bagus Marina... Bagus..."

"Ibu bangga sama kamu..."

"Silakan kalian melihat dan mencontoh irama Marina, ya? Dia seperti benar-benar masuk ke dalam puisi itu..."

"Baik bu..."

Anak perempuan di belakang Marina menepuk bahunya."Hei,"

"Ajarin aku dong, kamu hebat. Sungguh menakjubkan, aku tak tahu ada sisi seperti itu dalam dirimu. Dulu kau pemalu,"

Lalu yang lain juga ikut mendekat."Iya lho Marina! Sebelum kamu pulang kampung, dan gak bisa kita hubungi kamu sebelumnya bicara aja masih gagap, dan sekarang? Lancar sekali! Seperti robot!"

"Aku setuju itu!"

"Ehem." Bu Siska mengetukkan kayu di papan tulis."Jangan hanya bicara saja, ayo cepat kerjakan yang ibu tugaskan tadi."

"Baik bu!"

"Ibu mau ke UKS sebentar, ketua kelas... Tolong jaga temanmu.."

"Baik bu!" Hormat ketua kelas.

Mata Marina mengikuti punggung bu Siska yang keluar dari pintu.

Teman-teman kelasnya langsung menggerombol ke meja Marina, menanyakan ini, itu.

"Marina, kamu pulang kampung bawa oleh-oleh gak ke kita?"

"Marina, kamu bla... Bla... Bla..."

"Marina tugasmu udah belum, yang kemarin?"

"Marina..."

"Marina?"

"Ah, iya?" Tanya gadis itu, dia mendapat jentikan kecil dan langsung tersadar.

"Ada apa?"

"Kenapa diam saja?"

"Ada yang kamu pikirkan?"

"Eung..."

Marina meneguk ludah, dia segera berdiri. Berlari keluar kelas begitu saja.

"loh, mau kemana dia?"

"HOSH! HOSH! TUNGGU! JANGAN-JANGAN!"

"Aku juga sering keluar sekolah tanpa orang-orang sadari,"

"Atahu ini pertanda?"

Brak! Marina membuka pintu kasar. Orang yang menjaga di dalam langsung terkejut."Ah, siapa kamu! Masuk sesuka hati!"

"Maaf, apa bu Siska habis kemari?" Tanya gadis itu, tapi penjaga UKS yang menjaga kebingungan."Bu Siska? Memang iya? Daritadi saya jaga di sini belum ada kedatangannya,"

"Oh ini dia tak jadi ke sini rupanya. Katanya dia memberitahu ibu di chat, ada urusan penting sama tunangannya,"

"Apa..."

'Itu tidak mungkin, secepat ini? Bu Siska menerima misi sangat cepat, '

"Terima kasih atas informasinya, saya permisi dulu bu."

"Oh ya hati-hati."

Marina pergi dari UKS berlarian di sepanjang lorong. Sampai di jendela lantai dua, dia melihat bu Siska berjalan sendirian. Mata Marina mengecil, dia sengaja melihat kemana tujuan arah bu Siska.

"Ini kesempatan, aku juga harus mengikuti bu Siska."

Marina berjalan menuruni tangga, dia berhenti di ujung pintu."BU SISKA! TUNGGU!"

Bu Siska tak menoleh sama sekali, dia terus berjalan. Marina terus meneriaki namanya."BU SISKA! TUNGGU BU! JANGAN PERGI DULU BU!"

Lorong hitam tiba-tiba muncul, Marina berhenti. Dia serasa diterpa angin kencang, rambut panjang Marina ikut berkibar.

"Tunggu bu! Jangan masuk dulu!"

Bu Siska memasuki lorong hitam dengan mata putih. Marina tak sempat menyusul, dia terhantam tembok padat, terpental ke belakang.

Marina meringis, dahinya berdarah.

"Aish.... AISHH! SIAL! SIAL! SIAL!" Marina terus menghentakkan kaki tak henti-henti. Dia marah, merasa tak mampu. Marina duduk meluruskan kaki.

"Sialan!"

.

.

.

"Apa?! Bu Siska pulang duluan?!" Seru Hana, dia terkejut sambil makan cemilan.

Marina diam sebentar lalu mengangguk."Hm, dia diseret god yang aslinya iblis itu."

"Apa maksudmu?"

"Daritadi kamu bicara aneh-aneh terus Marina, aku jadi takut..."

"Huh~" Marina menghela napas, dia menidurkan diri di meja.

Hana di depannya menurunkan kepala. Memegang dahi Marina,"gak panas, juga gak dingin, tapi wajahmu pucat seperti drakula,"

"Pertanda apakah ini?"

"Aku gak sakit, lepas." Marina menepis tangan Hana. Gadis itu mengerucutkan bibir.

Lalu dia punya ide, agar Marina kembali bahagia."Marina tahu gak? Selama kamu gak sekolah, aku nemu menu baru di kantin lho! Mau makan ndak?"

"Ayo cepat kita makan."

"Ayo, aku lapar..."

Marina memejamkan mata."Haru... Aku malas..."

Hana terdiam, tangan Marina yang dia pegang tak ditarik lagi."Aku bukan Haru, aku Hana.... Marina! Jangan nyeleneh gitu deh. Bikin takut aja, masa baru pulang kampung dua minggu sudah gak kenal teman kelas sendiri?"

Marina langsung bangun."Maaf, bukan begitu... Kamu... -"

Marina melihat wajah Hana yang persis sekali dengan Haru, lelaki seperjuangannya dulu di game mematikan.

"Maaf, kamu mirip dengannya... Aku tak bisa membedakan,"

"Oh begitu? Aku mirip dengan temanmu? Apa dia tampan? Keturunan orang jepang?"

"Sepertinya... -"

"Eh-" Marina langsung ditarik berdiri. Hana tersenyum, sambil memeluk tangan Marina."Kapan-kapan kenalkan aku dengannya, kalau dia ganteng ya... Hehe.."

"Iya,"

'Kalau dia masih hidup... '

.

.

.

"Ini dia menu yang aku katakan, enak dan juga mantap. Gurih manis terus pedes. Kamu suka kan?"

"Ini..."

"Aku sudah makan ini berkali-kali." Jawab Marina tak tertarik.

Hana menggaruk kepala,"memang kapan kamu pernah makan? Ini baru launching lho, baru viral kemarin juga..."

"Masa kamu dari masa depan... Sih~" Goda Hana.

Marina diam saja, dia berpikir sejenak."Maksudmu makanan ini adalah menu baru,"

"Iya, aku kan sudah katakan memang benar-benar baru dan pemerintah baru menyetujui menu ini..."

"Tapi katanya kamu udah pernah coba, ya sudah aku ga jadi beli deh."

"Eh tunggu,"

Kruyuk~

Marina memegang perutnya, sekali-kali dia makan setelah dua hari tak makan sama sekali. Ia menahan makan yang cukup ekstrim.

"Belikan."

"O-oke." Kata Hana, dia langsung memesan dua makanan ke meja mereka.

Keduanya sama-sama duduk, Marina menyendokkan daging ke mulutnya. Rasanya benar-benar persis, 'makanan ini... Kenapa ada di sini? Seharusnya tak ada, '

'Kenapa bisa begitu? '

Marina teringat ucapan orang itu, orang yang dulu jadi teman satu perjuangannya.

"Waw, masakanmu memang beda dari yang lain chef."

"Hehe jelas, kakek ku memasakkan ini dan aku menirunya, lama-kelamaan resep jadul ini jadi kebiasaan makan di rumah kelahiranku, di zamanku itu..."

"Waw..."

Marina menjatuhkan sendok, Hana terkejut."Apa yang terjadi!"

Bersambung...

1
Fanchom
silakan komen atau report kalau ada salah kata penulisan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!