KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 20
KETOS ALAY DAN BAD BOY - Cinta Bukan Senjata
Perbedaan cinta dan senjata itu adalah, senjata akan digunakan saat peperangan sedangkan cinta bukan untuk digunakan melainkan dirasakan setiap saat, jangan pernah menganggapnya hanya sebagai senjata.
Cinta Bukan Senjata
Apakah aku orang terbodoh di dunia? Yang di mana cintaku dijadikan sebagai senjata? Kenapa kamu sudah sejahat itu tapi aku selalu sayang bahkan cinta sama kamu? Aku benci dengan diriku sendiri.
"Hari ini gue yang mengantar lo pulang sampai rumah," ucap Farel pada Nifa. Farel sedari tadi menunggu Hanifa di gerbang sekolah.
"Untuk apa? Gue bisa sendiri kok," ujar Hanifa menolak, namun Farel tetap memaksanya.
"Lo kalau dibilangin jangan ngeyel kenapa sih!" kesal Farel pada Nifa.
"Iya, iya," ucap Nifa, Hanifa selalu saja susah menolak ajakan Farel.
"Tapi sebelum mengantar lo pulang kita mengantar Desti dulu, soalnya dia nebeng," ucap Farel pada Nifa. Nifa selalu dinomorduakan, ya.
"Hm, gue kalau dekat cowok lain pasti lo marah tapi kalau lo dekat cewek lain gue enggak pernah marah sedikit pun," omel Nifa pada Farel. Namun Farel malah ikutan mengomel ke Hanifa.
"Gue marah karena gue sayang sama lo, gue enggak mau lo itu diambil sama yang lain, gue kan pacar lo," ucap Farel sambil menggenggam tangan Nifa. Rasanya Hanifa ingin banget teriak dan kasih tahu ke orang-orang ucapan Farel barusan. Sungguh hati Nifa sangat senang mendengarnya, Tuhan telah mengabulkan doanya, astaga Nifa, baru dipegang dan digombalin saja lo langsung begitu.
"Ya sudah kita berangkat yuk, Nif," ucap Farel pada Nifa. Dan mereka pun pergi.
"Rel, lo baik sama setiap cewek, ya, bahkan apa yang dibilang lo maui saja, walaupun itu bakalan buat nama lo sedikit jatuh dan terinjak," ucap Desti entah apa maksudnya. Sepertinya Desti sedang membuat hati Hanifa panas.
"Itu kan kewajiban cowok gentleman," ucapnya pada Desti. Cih, sok gentleman.
"Rel, kita boleh mampir sini bentar enggak mau mengambil laundry gue," pinta Desti pada Farel.
"Oke," ucap Farel dan memarkirkan mobilnya.
"Nif, lo bisa turun mengambilnya enggak?" ujar Desti menyuruh Hanifa, dasar wanita genit dan tidak tahu diri. Hanifa malas berdebat, jadi dia menuruti keinginan Desti.
"Boleh, sini bonnya," ucap Nifa sambil tersenyum. Senyuman paksa. Nifa pun turun dan melaksanakan tugasnya. Setelah itu dia kembali ke mobil dan memberi laundry yang telah diambilnya ke Desti.
"Thanks," ucap Desti pada Nifa. Nifa pun mengambil HP-nya yang sengaja dia tinggalkan di tasnya saat mengambil laundry. Yah, Hanifa sengaja merekam pembicaraan mereka saat Hanifa sedang antre mengambil laundry milik Desti. Hanifa mengambil headset-nya lalu mendengarkan sebuah rekamannya itu. Hanifa malah semakin bad mood mendengarkan obrolan dari rekaman itu. Air mata menetes dengan gusar, Nifa menghapusnya. Setelah Desti turun, Farel menyuruhnya duduk ke depan, hati Nifa sangat ingin memberontak, namun dia tidak melakukannya. Entah apa obrolan yang ada di dalam rekaman itu.
"Rel, lagu lo enggak sesuai dengan hati gue," ucap Nifa berkomentar.
"Memangnya lo enggak senang jalan sama gue?" ujar Farel yang sangat narsis.
"Entahlah, gue enggak tahu rasanya," ucap Nifa sedikit kesal.
"Lo enggak mau jumpa sama adik gue?" tanya Hanifa pada Farel menawarkan ide yang baru.
"Lo ngomong apaan sih? Pacar gue kan lo, Nif," ucap Farel pada Nifa.
"Hidup lo penuh dusta, Rel," ucap Nifa dalam hatinya.
"Rel, waktu gue tinggal 13 hari lagi, gue rasa yang gue pergunakan cuma 5 hari lagi, setelah itu gue fokus sama cita-cita dan diri gue, Rel," ucap Nifa pada Farel. Apa maksudnya cita-cita dan diri?
"Terserah lo," ucap Farel yang pura-pura tidak peduli dengan kata-katanya barusan.
"Rel, kalau kita bohongi hati itu salah enggak?" ucap Nifa yang sedang frustrasi.
"Jelas dong, Nif, please lo diam satu menit dulu ya gue mau fokus nyetir," ucap Farel pada Nifa. Cukup. Nifa telah menilai semuanya.
"Stop!" ucap Nifa pada Farel.
"Lo mau ngapain berhenti di sini?"
"Gue mau diantar sampai sini saja, gue tahu gue sudah menghabiskan waktu lo. Maaf," ujar Hanifa ke Farel. Nifa pun turun dari mobil Farel. Dia kesal dengan hidupnya, yang dilakukannya sekarang bukannya langsung pulang melainkan dia harus menghilangkan bebannya, seperti biasanya dia harus teriak sekencang-kencangnya di lautan dan melakukan biasanya yang ia lakukan. Entah kenapa Hanifa masih menggunakan cara ini untuk menghilangkan masalahnya. Namun ini bagus. Pelepasan Emosi (Katarsis): Salah satu manfaat utama berteriak adalah sebagai bentuk katarsis atau pelepasan emosi yang terpendam. Ketika seseorang merasa stres, cemas, marah, atau tertekan, berteriak dapat menjadi saluran aman untuk meluapkan emosi tersebut. Psikolog klinis Yunike Balsa Rhapsodia menyamakan emosi dengan energi yang perlu disalurkan; jika direpresi, emosi bisa tertahan di tubuh dan berpotensi menimbulkan masalah mental di kemudian hari. Berteriak dapat memberikan sensasi lega dan membantu meredakan ketegangan otot yang menumpuk akibat stres.
Selain itu tindakan berteriak, terutama di lingkungan yang tidak menghakimi seperti pantai yang luas, dapat membantu mengurangi kadar hormon stres seperti kortisol. Suara ombak dan suasana alam di pantai sendiri sudah memiliki efek menenangkan yang dapat menurunkan tingkat stres, dan berteriak sebagai bentuk ekspresi bisa melengkapi efek relaksasi ini.
Ada juga beberapa aspek mengatakan beberapa ahli menyebutkan bahwa berteriak dapat menjadi respons alami otak untuk mengurangi rasa sakit. Ketika seseorang merasakan sakit yang intens, berteriak bisa menjadi mekanisme pelampiasan yang membantu otak mengelola sensasi tersebut.