Bukan Istri Ke_dua!
Hollaaa epribadeeehhh 🤗🤗
Ini Novel ke7 author, mohon dukungannya ya teman-teman 😘😘
Apalah daya novel ini tanpa dukungan dari kalian semua. Semua alur cerita dikemas sedemikian rupa agar dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Dan diharapkan novel ini dapat memberikan sedikit pembelajaran bagi para wanita hebat yang disebut, ISTRI.
Semoga kisah ini bisa memenuhi ekspektasi para readers sekalian 🥰 Jangan lupa Rate, like, komen 'n Vote kalian🙏🙏
Semua dukungan sekecil apapun, sangat bermanfaat bagi para penulis.
Salam kasih untuk pembaca semua, sehat dan selalu bahagia 😇🥰
...👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸👸...
Pagi yang cerah di sebuah perumahan kelas menengah atas perum Rose Garden, yang sangat terkenal di kota itu. Terasa begitu menyejukkan hati para penghuni di setiap rumah megah yang ada di sana. Namun sayang, suasana pagi seindah itu tak begitu menarik perhatian bagi sepasang suami istri, yang tinggal di sebuah rumah mewah dua lantai yang sangat luas di perumahan tersebut.
Terlihat seorang wanita tengah berkutat di dapur kotor, guna menyiapkan sarapan pagi seperti biasanya. Kegiatan rutin setelah dirinya menyandang gelar mulia, yaitu gelar ISTRI. Setelan baju tidur dari bahan katun bermotif batik, menjadi seragam favoritnya setiap hari.
Seorang pria tampan nan gagah juga terlihat tengah menuruni anak tangga. Dia menapaki kaki pertamanya dengan langkah tegap menuju ruang makan.
Tak ada sapaan selamat pagi, tak ada selorohan ala pasangan pengantin yang nampak berbahagia. Semua tampak datar dan biasa-biasa saja. Dan sepertinya, situasi seperti itu sudah menjadi hal lumrah bagi keduanya.
Itu terlihat dari bagaimana keduanya saling acuh satu sama lain.
Di atas meja tersaji dua piring nasi goreng, dengan porsi yang sama. Terlihat telur ceplok yang menggugah selera di atasnya, dengan irisan ayam serta potongan mentimun sebagai pelengkapnya.
Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Sementara kedua insan tersebut makan dengan lahap dalam diam, tanpa sepatah katapun.
"Hari ini aku mungkin tidak akan pulang lagi." Suara berat memecahkan keheningan diantara mereka.
Hanya anggukan kepala seperti biasanya, dengan sedikit senyuman yang sudah mulai memudar. Tak selebar dahulu, itulah yang Kent lihat saat ini. Semakin hari senyum itu tak lagi secerah saat-saat awal pernikahan.
Namun Kent tak ingin ambil pusing. Mungkin ini lebih baik bagi keduanya. Terutama dirinya yang merasa sangat tersiksa dengan pernikahan toxic ini.
"Aku sudah menaruh uang nafkah untukmu di tempat biasa. Aku harap cukup. Aku juga memiliki kebutuhanku sendiri, kau tau itu. Jika mama kembali datang dan menerormu perkara momongan. Abaikan saja. Semua orang tua memang selalu seperti itu tanpa mau tau, apa yang anak-anak mereka hadapi." Ujar Kent panjang lebar.
Lagi, Jess hanya mengangguk paham. Kali ini dengan senyuman yang sedikit lebih lebar. Sudut bibir yang selalu menampilkan lubang kecil seperti lesung pipi, terlihat begitu indah di sana. Kent memalingkan wajahnya ke arah lain.
Setelah kepergian Kent, Jess bersiap untuk pergi juga. Tentu saja setelah mengganti atributnya. Tak ada aturan dalam pernikahan mereka. Kemanapun dan di manapun keduanya bepergian, tak pernah ada salah satu dari mereka yang akan sibuk saling mencari.
Motor yang di kendarai Jess tiba di halaman rumah dua lantai yang cukup luas. Meski tak sebesar rumah yang dia tempati saat ini bersama suaminya.
Terlihat anak-anak tengah bermain di sana sembari tertawa dan yang lainnya saling mengejar temannya yang lain.
Sungguh pemandangan yang menyejukkan hati. Jess tersenyum lebar melihat senyum ceria anak-anak tak berdosa tersebut.
Wanita itu turun lalu mengangkat beberapa kantong plastik, juga sebuah dus ukuran sedang. Salah seorang remaja berlari ke arahnya sambil tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.
Kehadiran Jess selalu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan. Bukan soal apa yang selalu wanita itu bawa. Namun lebih pada perhatian dan kasih sayang nya yang tuluslah, yang membuat seisi panti tersebut selalu bersuka cita menyambutnya.
"Kemarikan kak, biar aku yang membawanya." Ujar remaja laki-laki tersebut mengarahkan kedua tangannya hendak meraih dus di pelukan Jess.
"Aku masih bisa membawanya sendiri, Kevin. Tapi baiklah, jika kau memaksa." Kevin terkekeh mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Jess. Wanita cantik yang sangat dia kagumi itu.
"Momo sudah tidak mogok-mogok lagi, kak?" Tanya Kevin melirik sekilas ke arah motor Jess.
Motor yang di beri nama Momo tersebut adalah motor kesayangan Jess. Motor yang dia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri tiga tahun yang lalu.
Jess ikut melirik ke arah Momo yang sedang terparkir gagah di samping mereka.
"Dia memahami kesulitanku, jadi dia berusaha bersikap baik belakangan ini. Aku harap dia tak pernah sakit lagi. Aku sudah tak sanggup membayar biaya perawatannya yang tidak bisa ku cover dengan asuransi pemerintah." Tutur Jess sedikit tertawa kecil.
Mereka berjalan beriringan menuju pintu samping langsung ke arah dapur. Ibu panti terlihat tersenyum sumringah ketika melihat kedatangan Jess. Wanita itu lekas mengelap kedua tangannya kemudian bergegas menyongsong kehadiran Jess di muka pintu.
"Kenapa kau baru kemari, Jess. Kau tau, adik-adikmu selalu menanyakanmu setiap hari. Mereka merindukanmu, sayang. Apa hari ini kau datang sendirian lagi?" Jess tersenyum mendapatkan cecaran dari ibu angkatnya tersebut.
Maria, wanita itu masih terus menatap ke arah belakang tubuh mungil Jess. Berharap kali ini dia melihat pengunjung lain, selain putri angkatnya tersebut. Namun sayang, harapan nya hanyalah sebuah harapan kosong.
Suami dari putrinya tak nampak di sana. Gurat kekecewaan terlihat jelas di wajah yang tak lagi muda itu. Hati Jess jelas sakit. Namun sebisa mungkin wanita itu menampilkan senyum terbaiknya dihadapan sang ibu angkat.
"Kent menitipkan salam dan hadiah kecil ini. Tadinya dia berencana untuk mengantarku kemari, namun saat akan berangkat, ada panggilan mendadak dari kantor yang tidak bisa dia tinggalkan. Suamiku itu pria yang sangat hebat. Ibu harus bangga telah memilihkan suami terbaik untuk putrimu ini." Ujar Jess tersenyum hangat.
Ibu Maria menatap netra wanita muda di hadapannya dengan perasaan sulit. Dia tau putrinya itu tengah berkata tentang sebuah dusta. Namun ibu Maria membalas senyum hangat Jess, dengan pelukan hangat penuh kerinduan.
Padahal baru satu minggu yang lalu, Jess berkunjung ke sana. Namun kerinduannya serasa menumpuk begitu dalam.
Setelah berbincang di dapur, kedua wanita itu masuk ke ruang keluarga. Di sana terlihat beberapa anak tengah menonton televisi sambil berbaring di karpet lantai.
Kehadiran Jess membuat atensi mereka teralihkan. Sorak Sorai terdengar kala mata mereka melihat siapa yang datang. Pelukan bertubi-tubi Jess dapatkan dari anak-anak tersebut. Sungguh hatinya sangat bahagia. Melupakan sejenak rasa sakit yang dia alami.
"Apa kalian sudah makan? Kau? Ku rasa sekarang berat badanmu sedikit lebih berat." Seloroh Jess menggendong seorang bocah perempuan yang berusia sekitar 3 tahunan.
Dengan tersenyum malu-malu khas anak-anak, gadis kecil tersebut mengangguk kemudian menyembunyikan wajahnya di bahu Jess. Membuat wanita itu tertawa renyah. Tawa yang membuat semua hati terasa damai kala melihatnya.
"Kenapa kakak baru datang lagi? Bukankah minggu lalu kakak berjanji akan datang satu atau dua hari setelah kakak pulang?" Sela seorang bocah laki-laki.
Jess menurunkan gadis kecil dari gendongannya kemudian duduk di karpet bersama anak-anak lainnya.
"Kakak sedikit sibuk, lagipula Momo sedang kurang enak badan kemarin. Jadi terpaksa kakak harus merawatnya di bengkel terlebih dahulu. Maaf..." lirih Jess dengan wajah penuh penyesalan. Rasa bersalah karena merasa telah berbohong pada anak-anak malang itu.
Bukan kehendaknya, namun sang mertua mengundang mereka untuk menginap selama dua hari di rumah besar. Membuat ruang gerak Jess sangat terbatas. Wanita itu bahkan kesulitan meski hanya sekedar bermain ponsel.
"Sudah, sudah. Sekarang kakak kalian telah datang. Jangan menanyakan sesuatu yang tidak perlu." Sela ibu Maria menengahi. Dia tau posisi sang anak tidaklah mudah setelah menikah. Putrinya punya tanggung jawab lain, selain terus meluangkan waktu untuk mengunjungi mereka.
"Bersiaplah untuk makan siang, kakak kalian membawakan kita lauk pauk yang sangat banyak. Kevin, Yulia, panggilkan adik-adik kalian yang lain. Jangan lupa bantu membasuh kedua tangan mereka hingga bersih." Perintah ibu Maria kepada kedua remaja di ruangan itu.
Dia tak ingin Jess terus di cecar oleh pertanyaan dari adik-adiknya.
Kevin sejak tadi hanya diam. Menyimak percakapan tanpa menyela. Dia tau ada sesuatu yang tak beres pada pernikahan sang kakak. Namun memilih untuk diam.
Keduanya hanya mengangguk kemudian keluar untuk memanggil adik-adik mereka, yang tengah bermain di halaman depan. Dibawah pohon rindang. Tempat favorit Jess, ketika masih tinggal di sana.
......................
Lope lope para kesayangan buna Qaya 🥰🤍🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ria dardiri
mampir
2023-06-03
2
Buna Seta
aku mampir
2023-02-20
1
Kiηg__ᴰ
dan sukses selalu buat kakak
2023-02-13
1