"Setelah anak itu lahir, mari kita berpisah. Tanda tangan semua surat-surat ini," ucap pria dingin tersebut pada wanita yang telah mengandung benihnya.
Sebuah kesalahan telah mereka lakukan di Italy, membuat keduanya harus menikah untuk menutupi aib keluarga. Bagaimana kisah Dito si suami dingin dengan Tiwi, istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakitnya BUMIL
Pria Dingin Itu Suamiku Bagian 22
Oleh Sept
Dengan mata tertutup Tiwi pembantu Dito. Ada rasa canggung di antara keduanya. Akan tetapi karena sudah kepepet Dito pun menganggap itu tidak pernah terjadi.
Terbukti saat ia selesai, ia sama sekali tidak berubah masih sama persis seperti sebelumnya dingin angkuh dan kaku. sementara itu Tiwi yang dibuat tersiksa sendiri.
Dalam benaknya Tiwi masih terbayang-bayang dengan apa yang iya rasakan tadi. Meskipun ia tidak melihat secara langsung. Namun, ia bisa mengira berapa ukurannya. Tiap membayangkan hal tersebut wajah Tiwi menjadi hangat, mendadak pikirannya menjadi sangat keruh.
***
Esok harinya, hari kedua Dito dirawat di rumah sakit, kali ini yang menjaga adalah nyonya Sonia sementara Tiwi, ia diminta istirahat di apartemen mungkin Tiwi butuh istirahat yang cukup. Apalagi Tiwi sedang berbadan dua, tidak ingin Tiwi kelelahan merawat putranya di rumah sakit, bukannya menolak Tiwi langsung setuju. Ia pun langsung balik ke apartemen ketika sudah berpamitan.
Saat Tiwi pulang nyonya Sonia kembali memberi nasehat kepada putranya.
"Kamu kok lama sekali masa ngidamnya ... ini parah sekali sampai opname. Coba baik-baik sama Tiwi biar ngidamnya nggak aneh-aneh," nasehat sang mama, karena ia pernah dengar kalau mesra-mesraan mungkin akan ngidamnya tidak parah.
Dito tersenyum getir. Mana mau dia mesra-mesraan dengan Tiwi? Menatap lama-lama saja dia tidak suka. Tiwi bukanlah sosok idaman bagi pria seperti Dito.
Mereka menikah karena keadaan. Akibat sebuah kesalahan yang tidak sengaja keduanya lakukan hingga Tiwi sekarang hamil anaknya. Bahkan pernikahan mereka pun pernikahan kontrak yang mana ketika Tiwi melahirkan, mereka sepakat untuk bercerai. Itu adalah perjanjian diantara mereka berdua, tidak ada yang tahu dan tidak boleh dibocorkan karena itu adalah kesepakatan tertutup antara Dito dan Tiwi.
Sekarang, begitu sang mama, nyonya Sonia mengatakan dia harus bersikap lembut, hangat, mesra-mesraan pada Tiwi, jelas Dito tambah semakin merasa mual. Dia tidak suka Tiwi, dan sepertinya pun sama. Tiwi juga tidak suka dengannya.
Sesaat kemudian dokter masuk bersama dengan seorang perawat yang waktu itu tidak sengaja mendengar pembicaraan Dito dan Tiwi di kamar mandi, saat melihat Dito perawat itu bergidik, mengingat apa yang ia dengar waktu itu.
Sedangkan Dito, ia biasa saja karena tidak tahu kalau pembicaraannya dengan Tiwi telah didengar oleh perawat tersebut.
Semua pemeriksaan telah dilakukan, hasilnya bagus tidak ada kendala sama sekali. Namun, Dito masih mengeluh perutnya yang selalu mual apalagi saat ada bau yang cukup menusuk hidung.
Hidungnya jadi jauh lebih peka, perutnya juga tidak bisa menerima sembarang makanan, ia benar-benar tersiksa dengan apa yang dia alami saat ini. Apalagi penjelasan medis baginya tidak masuk akal bagaimana ia yang merasa mual sedangkan yang hamil adalah istrinya. Logikanya tidak masuk, tidak menerima penjelasan dari dokter dan sang mama.
***
Menjelang malam ini ditelepon oleh sang mama meminta gantian, karena mama mertuanya ingin pulang.
Papa Dito baru pulang dari luar negeri, seperti biasa pria itu sibuk keliling sana-sini. jadi nyonya Sonia akan pulang dulu karena suaminya juga akan pulang.
Tiwi yang tadi menikmati rebahan di atas ranjang, di kamar paling nyamannya, akhirnya pun ganti pakaian kemudian berangkat ke rumah sakit naik mobil sendiri.
Semuanya normal baik-baik saja, akan tetapi saat dia akan masuk ke dalam kamar rawat inap, baru memegang kenop pintu, pikirannya kembali saat di kamar kecil waktu itu.
"Sadar Tiwi!" ucapnya. Kemudian menggeleng kepala dengan keras. Ia lalu mengambil nafas dalam. Setelah dirinya sudah terkontrol, ia pun membuka pintu tersebut dan masuk dengan tenang.
Saat Tiwi datang, bertepatan dengan perawat yang akan mengganti infus Dito.
"Saya sudah sehat, tolong tidak usah dicair lagi!" kata Dito yang sudah habis cairan infus banyak sekali dari kemarin.
"Tapi tubuh Bapak masih lemah. Bapak butuh cairan ini demi pemulihan agar lebih cepat."
"Kasih aja, Suster," Tiwi menyela.
Dito melirik dengan kesal, tubuh tubuhnya mengapa dia ikut mengatur.
"Sudahlah ... kau ingin cepat sembuh atau sengaja mau menyusahkan orang dengan pergantian menunggu di sini?" sindir diri dengan sarkas.
Muka Dito masam, ia menerima saat diberi cairan infus lagi, kalau bukan karena kata-kata pedas Tiwi rasanya ia tidak peduli.
***
3 Hari berlalu, akhirnya Dito bisa pulang mereka dijemput oleh Samuel. Sekretaris Dito tapi saat dia sakit di rumah sakit ia tidak mau dekat-dekat dengan pria tersebut katanya baunya cukup menyengat membuat dia malah mual.
"Bagaimana, Tuan? Hari ini saya sampai tidak pakai parfum bahkan sabun mandi saya pun saya memakai yang tanpa atoma, pakai yang original."
Mendengar sekretarisnya yang berceloteh, Dito pun hanya merespon dengan tersenyum tipis. Rasanya ia tidak sabar ingin tidur di kamarnya sendiri.
Untuk sementara Dito tidak ke kantor dulu, menunggu tubuhnya benar-benar pulih. Sedangkan istrinya, Tiwi masih beraktivitas seperti biasa. Perutnya pun masih belum kentar. Jadi, ia masih lincah berjalan ke sana kemari.
***
Beberapa hari telah dilewati dengan tanpa kendala apapun, Dito juga sudah mulai bekerja lagi begitupun dengan Tiwi.
Hari itu gantian Tiwi yang badannya kurang enak, ini gara-gara Tiwi kehujanan sebentar ketika menemui klien di sebuah cafe.
Baju Tiwi i sempat basah karena lebih melindungi tas brandednya daripada menutup kepalanya yang terkena air hujan. Sampai rumah dia bersin-bersin. Kemudian baginya badannya demam.
"Tumben pintunya masih terkunci?" batin Dito ketika melihat pintu kamar Tiwi yang masih tertutup rapat.
Karena dilahirkan menjadi manusia kurang peka, Dito pun cuek. Ia berangkat kerja tanpa memeriksa keadaan istrinya yang telah sakit.
Hingga sore hari dia pulang dan melihat Tiwi sudah ada di apartemen, wanita itu memakai jaket tebal. Hidungnya merah, matanya juga merah sepertinya Tiwi sedang sakit.
Sementara itu, Dito malah tidak merasakan mual apapun saat membuka kulkas ketika ada kue dengan selai durian hidungnya mulai membaik dan tidak sensitif sebelumnya.
Sepertinya kini gantian Tiwi i yang sakit menggantikan dirinya.
"Kau sakit?" tanya Dito pura-pura peduli.
Haching ...
Pertanyaan Dito hanya dibalas dengan bersin oleh Tiwi.
"Kalau flu minum obat sana jangan menularkan virus di tempat ini," ucap gitu dengan kasar.
Tiwi hanya melirik dengan geram. Dia sedang hamil mana boleh minum obat macam-macam. Sungguh nasib buruk bagi Tiwi, karena ketika dia sakit suaminya saja tidak peduli.
Malam harinya pintu kamar Tiwi tertutup sejak sore. Dito pun penasaran karena mereka berdua belum makan malam.
Sebenarnya tidak peduli tapi dia penasaran.
Dito lantas memeriksa kondisi istrinya itu, ketika ia memutar kenop pintu ternyata pintunya tidak dikunci dan dilihatnya Tiwi sedang berbaring di ranjang sambil memakai selimut tebal.
"Mau ke dokter?" katanya karena kasihan juga sebab kemarin ketika dia sakit pun, Tiwi merawatnya dan menunggu di rumah sakit.
Tiwi tidak menyahut, badannya menggigil dan demam tinggi. ketika Dito ingin memeriksa panas atau tidak, ia sangat terkejut karena badan Tiwi sangat panas.
"Kau menggigil?" kata Dito kemudian mengambil selimut lagi.
Ketika Dito akan mencari sesuatu, tiba-tiba tangan Tiwi meraih kemeja pria tersebut. Tiwi memegangnya kemudian tangannya terkulai lemah. Bersambung
Yuk, jangan lupa like, vote, komen, dan ramaikan yaaa... bakar merconn atau apa. hehehhehe
klik profile Sept, temukan 24 judul yang sudah ada. Semoga bermanfaat dan menghibur yaaa.
lamar yg bener dong
maaf kenapa bosannya aku sendiri tdk dpt menjelaskan dengan baik....tapi novel ini sebagai penggantinya cukup asyik dibaca ....lanjuuut
maaf kenapa bosannya aku sendiri tdk dpt menjelaskan dengan baik....tapi novel ini sebagai penggantinya cukup asyik dibaca ....lanjuuut
moodian
sungguh mantap sekali
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘