NovelToon NovelToon
5 Tahun Menikah Tanpa Cinta

5 Tahun Menikah Tanpa Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kak Farida

Bilah seorang anak orang kaya, dia jatuh cinta kepada laki-laki bernama Ranu yang bekerja di perusahaan ayahnya. 5 tahun menikah mereka belum dikaruniai momongan.
Bilah sangat mencintai Ranu, akan tetapi suaminya malah bermain dibelakangnya, berselingkuh dengan model. Hati Bilah terasa hancur menghadapi kenyataan, ketika Ranu ketahuan selingkuh, dia berkata kepada Bilah bahwa dia tidak pernah mencintainya, ia mengakui bahwa dirinya menikahi Bilah karena suatu alasan yaitu dendam.

Bilah sangat bucin kepada Ranu. Dengan kenyataan itu, apakah ia akan bercerai atau malah mempertahankan pernikahannya?

Baca yuk kisah lengkapnya, hanya di noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akibat Menolak Lamaran

Haya bolak-balik di ruang tamu, dia menunggu sang Abi yang menyampaikan niat baik kepada keluarga Kiai Irfan untuk meminta Gus Bagas dijadikan sebagai suami Haya.

Haya sudah menyukai Gus Bagas sejak dirinya melihat Gus Bagas untuk pertama kali. Penyebab dia mau mengajar di pesantren kepunyaan Kiai Irfan adalah agar ia bisa melihat Gus Bagas lebih dekat. Haya sangat berharap Gus Bagas mau menerima perjodohan ini.

"Gus Bagas, pasti menerima lamaran Abi," ucap Haya dengan rasa resah.

"Haya, duduklah Nak," ucap Ummi Laila.

"Abi lama banget Ummi, Gus Bagas akan menerima 'kan Ummi. Dia akan menerima aku?" tanya Haya.

"Jika Gus Bagas jodohmu, dia pasti akan menerima."

"Gus Bagas harus menerima aku Ummi."

"Assalamu'alaikum."

Kiai Harun baru memberi salam, Haya sudah memberondong pertanyaan mengenai lamaran Kiai Harun untuknya.

"Abi, Gus Bagas, terima 'kan," tanya Haya.

"Bukannya jawab salam Abi, kamu langsung tanya Abi seperti itu," ucap Kiyai Harun.

"Maaf Abi, aku sudah menunggu Abi dengan jantung berdetak kencang. Hatiku semakin tidak tenang." Menundukkan kepala penuh rasa sesal.

"Kamu siap mendengarkan Abi? kamu percaya takdir Allah 'kan, bahwa rezeki, jodoh, kematian itu sudah Allah tulis sebelum kamu lahir dari kandungan Ummi," ucap Kiai Harun.

"Sini, duduk dulu." Sambungnya, sambil menepuk tangan posisi di sebelah Kiai Harun.

Haya duduk di sebelah Kiai Harun, diikuti Ummi Laila.

"Abi, katakan." Haya menggoyangkan lengan Kiai Harun.

"Ning Haya...." Kiai Harun menatap lekat mata bulat putrinya. "Maafkan, Abi, Gus Bagas menolak lamaran."

Deg

Jantung Haya, seperti mau terlepas dari raganya. Betapa syok Haya mendengarkan perkataan dari Kiai Harun. Dia tak menyangka bahwa Gus Bagas akan menolak lamaran, dia sangat berharap bahwa Gus Bagas akan menjadi suaminya.

"Gak Abi...itu tidak benar 'kan Abi? Abi bercanda kan. Gus Bagas terima aku ya 'kan." Haya menangis, dia tidak terima akan jawaban yang disampaikan oleh Kiai Harun.

"Nak, itu benar. Karena Gus Bagas sudah mempunyai wanita pilihannya."

"Siapa dia Abi? apa hanya alasan dia untuk menolakku."

"Itu benar, tadi Abi mendengar. Bahwa wanita itu datang semalam di pesantren Kiai Irfan."

Hati Haya tidak terima ada wanita lain di dalam hidup Gus Bagas, Gus Bagas hanya miliknya. Dia melangkah keluar dengan emosi dan rasa kekecewaan.

"Mau kemana kamu Haya." Tanya Ummi Laila dengan berlari kecil mengejar Haya.

"Aku ingin bertemu Gus Bagas, dia tidak boleh dengan wanita lain selain aku Ummi."

"Jangan ke sana Haya."

Ummi Laila dan Kiai Harun mengejar Haya yang sudah menaiki mobilnya hendak ke pesantren Kiai Irfan.

***

Gelisah hati Bagas, baru kali ini dia merasakan rasa jatuh cinta kepada seorang wanita. Ia ingin sekali langsung mengkhitbahnya akan tetapi Bagas tahu aturannya, haram hukumnya mengkhitbah seorang wanita dalam masa iddahnya. Bilah baru dua hari ia resmi bercerai dengan Ranu.

Ia memendam rasa cintanya kepada Bilah, tapi dalam hati Bagas akan mengawasi ia terus sampai masa indahnya selesai.

Keluarga Kiai Arfan memberikan tempat untuk tinggal di kawasan pesantren. Kini Nabilah sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit.

"Ya Allah, apa dosa masa laluku sehingga Engkau menghukumku seperti ini?" gumam Nabilah di dalam kamar.

Nabilah mengingat sahabatnya, Dina. Jika sahabatnya itu ada di sini, ingin sekali dia memeluk Dina dengan sangat erat dan menceritakan semua isi artinya.

Tok Tok

"Nabilah, boleh mamah masuk?" tanya Sarah.

"Iya Mah, masuk aja," ucap Nabilah di dalam kamar.

Sarah masuk dan duduk di pinggir ranjang. Nabilah juga mengganti posisi menjadi duduk.

"Mamah mau bicara?" tanya Nabilah.

Nabilah menatap mata Sarah dengan dalam. Sarah memegang pipi Nabilah dengan lembut.

"Sayang, hatimu pasti terluka. Mamah jadi khawatir denganmu, kamu bisa bilang dengan Ning Aisyah agar kita bisa tinggal di sini lebih lama? Sampai masa Iddah kamu selesai, jika keluar dari pesantren Mamah takut Ranu akan mencelakaimu. Orang yang mempunyai rasa dendam akan berbuat apa aja," ucap Sarah.

"Tapi Mah, aku nggak enak jika tinggal di sini selama masa iddahku. Apa kata para santri nanti jika aku seorang janda tinggal di sini?" tanya Nabilah.

"Jangan sampai mereka tahu kamu adalah seorang janda. Mamah pikir Ning Aisyah bisa membantu kamu," ucap mamah.

Nabilah menggigit bibirnya, merenungkan saran ibunya. Meskipun masih ragu, dia merasa ada kebijaksanaan dalam kata-kata ibunya. Dia tahu bahwa membawa beban masa iddahnya sendirian di luar pesantren bisa membawa risiko.

"Dari dulu, ibu selalu memberiku nasihat yang bijaksana," akhirnya Nabilah berkata dengan suara lembut. "Aku akan berbicara dengan Ning Aisyah dan meminta izin untuk tinggal lebih lama di pesantren."

Wajah Sarah bersinar senang mendengar keputusan Nabilah. Ia merasa lega bahwa putrinya akan tetap dalam perlindungan pesantren selama masa iddahnya.

Malam itu juga, Nabilah mendatangi rumah Ning Aisyah. Dengan rasa gugup dan hormat, Nabilah menjelaskan situasinya. Ia menceritakan perasaannya keinginannya dan juga kekhawatirannya akan potensi bahaya yang mungkin diakibatkan oleh Ranu jika ia keluar dari pesantren.

Ning Aisyah mendengarkan dengan penuh seksama. Setelah Nabilah selesai berbicara, ia tersenyum lembut. "Nabilah, aku sangat setuju apa yang dikatakan oleh mamangmu. Aku juga nggak mau mantan kamu, menyentuk kamu seperti suamiku. Kamu sudah aku anggap bagian dari keluarga pesantren ini, dan kami akan selalu melindungi anggota keluarga kami."

Ning Aisyah setuju untuk membantu Nabilah dalam situasinya. Ia mengatur agar Nabilah dapat tinggal lebih lama di pesantren sampai masa iddahnya berakhir, dengan menjaga informasi tentang status pernikahannya agar tetap rahasia di antara para santri.

Nabilah merasa lega dan bersyukur atas dukungan yang diterimanya. Ia kembali ke kamarnya dengan hati yang lebih ringan. Walaupun masih ada tantangan dan ketidakpastian di masa depan, dia merasa bahwa langkah ini adalah yang terbaik untuk keselamatan dalam waktu ini

Sementara itu, Bagas tetap memperhatikan Nabilah dari kejauhan, dengan harapan bahwa suatu hari nanti, saat masa iddahnya telah berakhir, dia akan memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dengan jelas.

"Bagas, apa yang kamu lakukan di sini, mengintip-intip?" goda Aisyah dengan senyum di bibirnya.

"Suka ya dengan Nabilah? Mengaku saja, dia memang cantik. Tapi ingatlah, kamu tidak boleh mengkhitbahnya saat masih dalam masa iddah."

Bagas berbalik dengan kaget, menemukan Aisyah berdiri di belakangnya. "Kak, kamu membuatku terkejut. Bagaimana kamu bisa datang begitu saja?" ucap Bagas sambil menahan tawa. "Dan percayalah, saat ini, mengkhitbah Nabilah bukanlah rencanaku. Aku akan menunggu hingga masa iddahnya berakhir, baru aku akan maju."

Aisyah tertawa, "Kamu ini, dari dulu suka menolak lamaran orang, eh sekarang malah tergoda dengan janda cantik. Tapi bagaimana pun juga, aku senang melihat kamu seperti ini. Tapi, jujur ya, apakah daya tarik utamamu hanya karena wajahnya?"

Bagas tersenyum, merenung sejenak seolah mengingat momen-momen tertentu. "Pada awalnya, mungkin iya, aku tertarik dengannya karena penampilannya. Tapi semakin banyak aku mengenalnya, semakin aku merasa ada yang berbeda. Seperti ada getaran di dalam hatiku, sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata."

Aisyah mendengarkan dengan serius, "Itu terdengar istimewa, Bagas. Mungkin memang ada sesuatu yang lebih dalam di balik perasaanmu. Tetapi kamu harus ingat aturan-aturan agama. Sabarlah menunggu hingga masa iddahnya selesai."

Bagas mengangguk, "Aku tahu, Kak. Aku akan menghormati aturan itu dan menunggu dengan kesabaran. Ini adalah perasaan yang baru bagiku, dan aku ingin melakukan yang terbaik."

Aisyah tersenyum penuh pengertian, "Baguslah kalau begitu. Percayalah, jika memang ini adalah takdir, semuanya akan berjalan dengan baik pada waktunya."

Dengan senyum hangat, Bagas mengangguk setuju. Keduanya berjalan bersama menuju pesantren, membicarakan perasaan dan harapan Bagas dengan penuh pengertian dan dukungan.

Sementara itu, Nabilah tetap fokus pada perjalanan hidupnya di pesantren, tanpa menyadari bahwa ada seseorang sedang tumbuh perasaannya dan penuh kesabaran untuk menunggu.

Bagas baru saja tiba dan bergegas masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Di dalam pesantren, terdapat tiga rumah utama: rumah kedua orang tua Bagas, rumah Aisyah, dan rumah Bagas yang saat ini ditempati oleh Nabilah. Baru saja Bagas melangkah masuk, terdengar suara memberi salam dari luar rumah. Kiai Irfan dan Bagas pun keluar untuk melihat siapa yang datang.

"Wa'alaikumsalam."

"Gus Bagas, mengapa kamu menolak aku? Siapa wanita lain yang membuatmu menolak tawaranku? Kamu tidak bisa menolak aku dengan cara seperti ini, aku tidak akan menerimanya," ucap Ning Haya dengan nada tajam, tatapannya penuh penegasan.

Bagas hanya diam, merasa kurang bersemangat untuk merespon Aya. Ia merasa enggan untuk meladeni pertanyaan dan tuntutannya. Namun, tindakan ini seolah tidak membuat Aya merasa malu meskipun ia sebenarnya sudah menolaknya sebelumnya.

"Gus, di mana wanitanya? Seberapa cantikkah dia? Hingga kamu benar-benar tidak melihatku, padahal perasaanku untukmu sudah lama tumbuh," lanjut Haya dengan nada teguh.

Bagas tetap diam, mencoba untuk menjaga ketenangan dalam situasi yang sedang sulit. Ia merasa tidak ingin terlibat dalam percakapan yang bisa memperburuk situasi.

Sambil memandangi wajah Bagas, Haya melanjutkan lagi, kali ini dengan suara lebih lembut, "Apa yang membuatmu begitu tertarik padanya? Apakah dia lebih istimewa daripada aku?"

Bersambung

***

Baca komentar saya untuk pertanyaan GA episode 22

1
Lian
lhoo... aku baca² kok gak dapat masa² Billa hamil. Mala tiba² udah keguguran
Liiesa Sariie
syuukkaaaaaaaa sama cerita nya
Liiesa Sariie
ihh gemes..
Liiesa Sariie
cantik ka rajutan nya,,semangat ka author
Hayati Ismail
Luar biasa
Hayati Ismail
Lumayan
Junnaidah Basiran
🫰🏻
Liiesa Sariie
seperti nya ada ditutup sama bili tentang jati diri nya
Liiesa Sariie
knpa gk di ikuti sih,,kan nanggung uda sampe hotel juga
Yati Syahira
aduuh drama lgi jln untuk cerai dan khianati laki,bilah kapan bahagianya
Yati Syahira
harus kuat bil swlidiki uanh perusahaan ranu licik ,buang sampah
Yati Syahira
cinta jgn bucin ambil langkah perusahaan aset amaon ranu licik ,bila harus verdik
Bundana Nizamshena
Ade kecilnya tegang Gus bagas
Bundana Nizamshena
hajar tuh si ranu
Tono Arit
cinta sih cinta, klo harus makan hati, ogah aku. by dewidama. nama akunku di sini menyeramkan ya🤭
Tono Arit
kek nya, bener selingkuh deh🤔
🪴Thalia💚
Baru baca...
Renita 85
bagas kebanyakan minta maaf lebay
Gina Safitri
Luar biasa
Idha Dharma LA
keren
AwanMendung26: Halo, kak. Salam kenal. Jika berkenan mampir di cerita aku juga, yuk! judulnya kekasih halal untuk Aiyla. 🌻

Terima kasih. 🌻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!