NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:478.7k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pindah lagi

Aku memasukkan semua pakaian aku dan Arif kedalam koper. Sedangkan pakaian Mas Abdillah di bantu Mbak Marwah memasukkannya ke dalam koper. Rencananya hari ini juga, setelah selesai sidang pertama tadi, kami memutuskan untuk pindah dari rumah yang baru beberapa minggu ini kami tempati, kembali mencari tempat berteduh yang baru dan nyaman tentunya. Aku begitupun Mas Abdillah merasa tidak nyaman lagi tinggal bertetanggaan dengan Mas Setya dan keluarganya. Mulai hari ini perlahan aku akan melupakan pria itu, hingga sidang kedua di laksanakan. Biarkan ia menjadi kenangan masa lalu yang memberikan aku banyak pelajaran. Tentang kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani hidup.

Rencananya kami akan pindah ke kawasan yang lebih elit dari kawasan yang sekarang. Kami akan pindah ke kawasan tempat Tuan Malik dan Mamanya tinggal. Ini semua atas usul Tuan Malik sendiri, dan tanpa ragu Mas Abdillah menyetujuinya, akupun juga.

''Kalian pindah saja dari tempat itu, tidak bagus bertetanggaan dengan mantan.'' ujar Tuan Malik datar, saat kami tengah minum-minum di kafe, usai pulang dari pengadilan tadi kami mampir ke kafe terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah masing-masing.

''Mantan? Belum mantan! Mau jadi mantan kali.'' timpal Mbak Ameera membalas ucapan Tuan Malik, yang berhasil membuat sedikit senyum kecil antara aku dan Mas Abdillah terbit. Setahu aku hubungan Tuan Malik dan Ameena memang cukup dekat. Wajar saja Ameena tidak merasa sungkan lagi saat berbicara apa saja sama pria dingin yang merupakan atasan Mas Abdillah.

''Sama saja!'' seru Tuan Malik lagi dengan tetap mempertahankan gayanya yang cool.

''Iya aja deh! Bos besar Mah bebas.'' timpal Mbak Ameera sedikit merenggut setelah itu ia menyeruput minuman yang ada di depannya.

''Aku serius Abdillah. Di samping rumah yang aku dan Mama aku tempati sekarang ada rumah kosong, penghuni nya baru saja pindah kemarin ke luar negeri. Rumah itu sudah aku beli. Kalian bisa menempati rumah itu sampai kapan pun kalian mau.'' tawar Tuan Malik terlihat serius.

''Uhuk ... Uhukk ... Uhukk ...!'' tiba-tiba saja setelah Tuan Malik berkata seperti itu, Mbak Ameera terbatuk-batuk kecil seraya menutup mulut nya menggunakan tangan. Tatapan kami teralih kepadanya sesaat. Saat batuknya sudah sedikit reda, ia kembali berucap.

''Secara gratis? Aku nggak di tawarin gitu?! Pilih kasih banget jadi teman.'' timpal Mbak Ameera lagi dengan mata sedikit melotot. Sepertinya ia sedang becanda sama Tuan Malik. Tapi, entah kenapa aku merasa kurang suka saja mendengar candaannya yang terkesan sedikit merendahkan aku dan Mas Abdillah.

''Iya nggak gratis lah! Abdillah 'kan bekerja dengan ku. Emang kamu siapa minta di tawarin segala. Mending kamu pulang saja kerumah yang telah lama kamu tinggal. Kasian orang tua mu!'' sahut Tuan Malik lagi dengan senyum sumbang. Aku dan Mas Abdillah hanya mendengar saja. Karena kami memang belum tahu apa-apa tentang kehidupan pengacara muda ku itu. Bertanya pun kami tak mau, karena kurang sopan saja rasanya menanyakan masalah pribadi seseorang, apalagi orang itu baru kita kenal.

''Bagaimana Hanifa?'' Mas Abdillah melihat kearah aku, ia meminta persetujuan aku.

''Aku sih mau saja, Mas.'' jawabku seraya mengangguk kepala kecil memberi jawaban.

''Baiklah, sepertinya kami memang harus segera pindah rumah. Aku juga merasa tidak tenang saat meninggalkan Hanifa di rumah bila aku sedang bekerja. Aku selalu di landa rasa cemas, aku takut si Setya maupun istrinya itu mencari cara untuk mencelakai Hanifa.'' jawab Mas Abdillah setuju, matanya sedikit berbinar.

''Oke. Kalau begitu, nanti sepulang dari sini aku akan meminta pelayan untuk membersihkan rumah yang akan kalian tempati. Kalian bisa pindah hari ini juga. Lebih cepat lebih baik.'' Tuan Malik berbicara antusias dengan di sertai senyum simpul ke arahku. Senyumannya nampak sangat manis. Baik sekali dia. Aku pun melempar senyum simpul kearahnya.

''Pulang yuk ...!'' tiba-tiba Mbak Ameera bersuara terdengar memaksa, ia berdiri dari duduknya. Setelah itu kami pulang kerumah kami masing-masing.

***

''Kita mau pindah lagi, Bunda?'' tanya Arif lembut seraya membantu aku memasukkan bajunya ke dalam koper.

''Iya. Kita mau pindah lagi. Kita akan pindah ke rumah baru. Kamu tau tidak kita mau pindah ke mana?'' sahut ku dengan senyum mengembang.

''Nggak tau.'' Putraku menggeleng lemah.

''Mau tahu?'' tanya ku lagi, sedikit bergurau.

''Iyalah. Bunda membuat aku penasaran aja.'' Arif terlihat penasaran. Mata jernihnya menatap ku lekat.

''Kita akan pindah kerumah yang dekat sama rumah Oma.''

''Oma? Oma yang baik hati itu? Oma yang di panggil Mama oleh Om Tampan?''

''Iya, betul sekali.''

''Hore ....'' Arif meloncat kegirangan, pakaiannya sedikit berhamburan karena ulahnya.

Saat Arif tengah meloncat kegirangan, tiba-tiba Mbak Marwah datang menghampiri aku dan Arif.

''Non, di luar ada tamu, katanya ia ingin bertemu sama Non Hanifa dan Den Arif.'' ucap Mbak Marwah sopan.

''Oh baiklah, Mbak. Katakan, aku akan segera menemui nya.'' jawabku mengulas senyum.

Setelah itu aku memasukkan baju Arif yang tinggal sedikit dengan cepat kedalam koper.

''Arif, nanti kalau ketemu sama Kakek yang sopan ya,'' ucapku, saat aku dan Arif menuruni anak tangga. Arif mengangguk cepat memberi jawaban. Aku tahu itu mertua laki-laki ku, karena tadi ia berulangkali meminta alamat aku yang baru, katanya ia ingin bertemu dengan Arif. Pertemuan yang pertama tentunya. Aku pun dengan senang hati memberikan nya. Aku tidak akan melarang keluarga Mas Setya untuk bertemu dengan Arif. Karena darah mereka juga mengalir di tubuh Arif. Selama mereka memperlakukan Arif dengan baik. Tentu tidak ada salahnya.

Saat aku sudah sampai di ruang tamu, aku melihat tidak hanya Ayah yang duduk di sofa. Ibunya Mas Setya juga ikut duduk di sana.

Di atas meja sudah terdapat teh dan cemilan kue kering dan buahan, Mbak Marwah sepertinya telah menjamu tamu dengan baik.

''Assalamu'allaikum Ayah, Ibu.'' sapa ku sopan. Memasang wajah seceria mungkin. Hubungan aku dan Mas Setya boleh berakhir, tapi tidak dengan orang tuanya. Meskipun aku tau Ibunya Mas Setya dari dulu tidak menyukai aku, tapi aku akan tetap berlaku sopan, karena di sebelah nya ada Ayah. Aku harus menghargai Ibu, sebagai bentuk aku menghargai Ayah.

''Arif, Cucu Kakek tampan sekali.'' Ayah turun dari sofa, ia jongkok, mensejajarkan dirinya dengan tubuh mungil Arif. Tangan membelai pipi Arif lembut.

''Terimakasih Kakek. Kakek juga tampan.'' balas Arif dengan wajah ceria, ia menyalami tangan Ayah. Aku duduk di sofa berhadapan dengan Ibu. Mata Ibu dari tadi tidak mau diam, matanya seperti asik menjelajahi setia inci ruang tamuku.

Ayah memeluk tubuh Arif, tiba-tiba terdengar isakan tertahan dari Ayah.

''Kakek jangan nangis!'' Arif membelai punggung Ayah dengan tangan kecilnya.

''Kakek merasa begitu terharu bisa bertemu dengan mu, rasanya bagai mimpi. Cucu Kakek tenyata sudah besar. Maafkan Kakek yang terlambat datang menemui mu, Kakek datang saat hubungan Ayah dan Bunda mu tak baik-baik lagi.'' ucap Ayah dengan suara terdengar serak.

''Alahhh jangan lebay deh. Anak sekecil itu mana ngerti!'' tiba-tiba Ibu menimpali dengan gayanya yang angkuh. Ternyata Ibu belum berubah juga.

''Kenapa Nenek berbicara begitu, kata Bunda nggak baik berbicara ketus begitu!'' sahut Arif lancar, ia menatap Ibu tak suka.

''Pintar kamu ternyata, ya. Pasti Ibu kamu yang kampungan ini yang mengajari kamu ngebantah orang tua!'' omel Ibu menunjuk wajah aku dan Arif bergantian.

''Nenek sama galaknya seperti Ayah! Suka bentak-bentak!'' balas Arif lagi tak mau kalah. Anakku itu memang pintar sekali berbicara, padahal aku tak pernah mengajarinya.

''Kamu ....'' wajah Ibu sedikit memerah, jarinya semakin panjang menunjuk wajah Arif. Tapi Arif seperti tak takut sama sekali sama Ibu.

''Sudah, diamlah kau Wati! Bukankah tadi aku sudah bilang, jangan membuat keributan di sini! Apa tiada rasa sayang dan rindu mu terhadap Cucu mu satu-satunya ini.'' seru Ayah tegas.

''malas! Cisss!'' desis Ibu seraya meludah kecil. Setelah itu Ibu berdiri dari duduknya, ia beranjak keluar dengan langkah kaki lebar.

''Pasti kamu sengaja pindah kesini ingin merebut Setya dari Arumi lagi, ya. Dasar wanita murahan! Nggak laku, ya,'' teriak Ibu saat dirinya sudah berada di luar. Aku hanya mampu mengelus dada. Begitu pun Ayah, Arif hendak mengejar Ibu keluar, wajah kecil sedikit memerah. Tapi aku dan Ayah menahan langkah kakinya.

Sedangkan Mas Abdillah sedang keluar sebentar, katanya ada sesuatu yang harus ia urus. Yaitu mengurus kepindahan sekolah Arif lagi. Kebetulan rumah Guru Tk nya Arif tidak jauh dari rumah yang kami tempati sekarang. Mas Andillah begitu sibuk mengurusi Arif. Sedangkan Ayahnya sendiri tak peduli terhadap nya. Rasa syukur karena memiliki Kakak yang amat bertanggung jawab seperti Mas Abdillah selalu aku ucapkan di setiap waktu sholat ku. Aku selalu berharap Allah selalu memudahkan setiap langkah Mas Abdillah, dalam menggapai karir maupun jodohnya.

***

Sore harinya, kami memasuki mobil, siap hendak berangkat kerumah baru. Pak Agus dan Mbak Marwah juga ikut serta. Mereka tetap akan bekerja bersama kami. Karena mereka orang baik.

Sebelum menyalakan mobilnya, Mas Abdillah mengangkat ponselnya yang berdering di atas dasbor terlebih dahulu.

''Iya, Tuan.''

''Sudah di mana?''

''Ini baru mau berangkat.''

''Baiklah, hati-hati kalian dijalan. Ini Mama sudah tidak sabar lagi menunggu kedatangan kalian.''

''Baiklah Tuan.''

Aku bisa mendengar percakapan antara Mas Abdillah dan Tuan Malik. Karena aku duduk tepat di samping Mas Abdillah.

Setelah itu mobil melaju membelah jalanan, di depan pintu pagar rumah Arumi dan Mas Setya, aku bisa melihat Mas Setya berdiri terpaku memandang mobil yang membawa kami dengan tatapan sendu dan sedikit melongo.

Apa Ayah sudah mengatakan tentang kepindahan kami kepada Mas Setya? Karena tadi aku sempat memberi tahu Papa kalau kami akan segera pindah dari rumah ini sore ini juga.

Selamat tinggal masa lalu.

Next?

1
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaahhhh, diulang lg 🤔🤔🤔😫😫😫
Kar Genjreng
satu istri ga di urus.. pekerjaan nya ojeg online..supri mau beristri dua laki laki ga bershukur 😚😚😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!