Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik untuk mu, dan boeh jadi kamu menyuki sesuatu padahal itu tidak baik untuk mu.
Tidak ada sebuah kebetulan, semua telah di tentukan, tidak ada perbedaan paham ataupun sudut pandang jika Allah sudah mengizinkan dan menjodohkan nya tulang rusuk pasti akan kembali pada sang pemilik nya.
"Apakah dunia sekecil ini samapai aku harus terus di pertemukan dan berurusan dengan nya...!?"
Decak kesal Ansell, yang menggerutu akan sebuah kebetulan yang terus terjadi pada nya.Namun ia tidak menyadari kalau itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan suratan takdir yang telah tertulis kan dalam perjalanan hidup nya.
Ya dia adalah Ansell Arian Rendra, laki laki tampan nan kaya. Dengan segal kekuasaan dan kehormatannya, membuat Ansell hidup bebas sesuka hati menjalani kehidupan. Bar, Club malam, minuman, bahkan wanita penghibur pun menjadi kesenangan sebagai pemanis dalam kehidupan nya. Hidup bebas dalam kegelapan tanapa ada nya teguran dan bimbingan.
Namun suatu saat Dia malah di pertemukan dengan seorang wanita Muslimah.
*
"Sudut pandang semua orang memang berbeda...! dan dengan perbedaan itu bukan kah kita bisa memilih dan mengimbangi mana yang terbaik untuk kita...!?" ujar seorang wanita dengan reflek, bicara dengan tertunduk pada seorang laki laki yang baru di pertemukan dengan nya.
Wanita itu adalah Zahra. Lebih tepat nya
Aisyah Az Zahra. Dia tumbuh besar di lingkungan pesantren, walaupun keluarga nya bukan termasuk orang yang dekat dengan Agama,
namun semenjak ibunya meninggal dan Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi,
kasih sayang Ayahnya terampas oleh ibu tiri dan adik tirinya,
hingga membuat nya memilih mondok di pesantren dan tumbuh besar menjadi wanita muslimah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
اللهمانى ظلمت نفس ظلما كشيرا ولا يغفرا لذنوب الا انت فا غفر لى مغفرة من عند ك وارحمن.
انك انت الغفو رالر حيم.
Allahumma innii Zholamtu Nafsii Zhulman katsiran wa laa yaghfira Dzunuuba illaa Anta Faghfirlii Maghfirotan min 'Indika Warhamni Innaka Antal ghafuururohiim.
Ya Allah Sesungguhnya aku telah mendzolimi diriku sendiri dengan kedholiman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa ku selain Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau maha pengampun dan penyayang.
😊👳🏼👳🏼😊
Ansell kini mulai melangkahkan kakinya menuju mesjid. Perasaan gelisah memperlambat langkahnya.
Para santri laki laki kini terlihat berhamburan keluar dari Pondok. Mereka berbondong bondong berjalan menuju mesjid. Ada yang sudah mengenakan sarung dan peci, ada yang baru mengenakan pecinya saja. Dan ada pula yang belum mengenakan semuanya.
Ada yang sudah bersemangat untuk shalat, dan tidak sedikit banyak pula yang masih mengucek matanya karena masih mengantuk dan belum sadar sepenuhnya. Begitulah rupa rupa watak anak santri di sana, yang selalu mengawali hari nya. Dengan menjalankan kewajiban mereka untuk bersujud kepada sang Khaliq nya.
Mereka langsung berhamburan memasuki WC masjid, mengambil air whudu untuk menghilangkan hadas kecil mereka yang hendak menjalankan shalat.
Mata Ansell serasa di suguhkan dengan pemandangan yang berbeda. Hingga tidak terasa Ansell membentuk senyum di bibirnya, melihat anak anak santri di sana.
"Apa aku harus mengikuti anak-anak santri itu, agar aku tidak terlalu malu dengan keadaan ini, setidaknya kalau melihat mereka, aku bisa tau apa yang harus aku lakukan.!" gunam gunam Ansell. Kini dia mulai melangkahkan kakinya menuju WC mesjid untuk melihat kegiatan anak santri, meniru apa saja yang di lakukan mereka sebelum mereka menjalankan shalat.
Ansell kini berdiri di sudut WC, matanya dengan jeli melihat pergerakan anak santri di sana.
Para anak santri berantri untuk mengambil air whudu dari keran yang tersedia di sana. Tidak sedikit pula yang mengantri ke toilet untuk membuang hajat mereka.
Mata Ansell melihat pergerakan mereka, walaupun tidak tau apa sebenarnya yang di lakukan mereka, Namun Ansell memperhatikan nya, agar dia juga bisa melakukan nya.
Mulai dari membasuh telapak tangan mereka, berkumur kumur, beristimsaq, berhenti sejenak dan langsung membasuh kan air ke wajah mereka sampai membasahi seluruh wajah dari mulai atas rambut, sampai kepinggir kedua kuping, dan bawah sampai dagu.
Ansell yang biasa hidup dalam kegelapan, sampai tidak pernah mengetahui kalau itu yang namanya sedang berwudhu.
Dia terus saja memperhatikan pergerakan mereka.
Setelah membasuh wajah, Kini membasuh kedua tangan, membasuh nya sampai membasahi sikut mereka. Membasahi sedikit di atas bagian rambut nya, dan langsung membasuh kuping mereka, membasuh nya dengan memasukan jari telunjuk dan ibu jari di simpan di belakang daun telinga dan di putar kan dari bawah ke atas.
Dan terakhir membasuh kedua Kaki, membasuhnya sampai mata kakinya.
Dan semua anggota badan yang mereka basuh mereka lakukan tiga kali balikan karena itu apdol dalam menjalankan Whudu.
Semua yang sudah beres berwudhu mereka langsung masuk ke mesjid, dan mengenakan sarung dan peci mereka dengan rapih.
"Apa harus seperti itu dulu sebelum masuk mesjid??" batin Ansell bertanya tanya, merasa bingung tidak tau apa yang harus ia lakukan.
Mata nya kini melihat anak santri yang akan mengambil air whudu di sana.
Ansell pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah keran. Bermaksud meniru apa yang anak santri lakukan walaupun Ansell tidak tau mereka sedang melakukan apa.
Matanya terus melirik pergerakan anak santri itu. Namun kali ini berbeda dengan pergerakan anak santri yang tadi, berwudhu tanpa melaksanakan sunah-sunah whudu.
melakukan whudu dengan begitu singkat nya.
Seketika Ansell menjadi bingung,
"Hei... kenapa kau cepat sekali..!" tegur Ansell pada sang santri yang berwudhu di samping nya, karena pergerakan anak santri itu membuat Ansell menjadi bingung harus mana yang ia tiru. Apakah pergerakan anak santri yang tadi, ataukah pergerakan anak santri yang sekarang.
Anak santri itu langsung melihat ke arah Ansell, mungkin dia mengira bahwa Ansell menegurnya karena dia tidak benar melakukan Wudhu.
"Terburu-buru Om.. jadi whudu nya singkat aja!" kilah santri itu sambil tersenyum malu menatap Ansell.
"Ada ada saja.??" batin Ansell bingung. Sambil menggelengkan kepalanya.
Kini ia pun langsung melaksanakan pergerakan-pergerakan yang tadi Ansell lihat dari anak santri yang pertama.
~
Ansell kini berdiri di teras mesjid, Tinggal satu lagi yang membuat Ansell kebingungan.
Sarung yang masih menyampai di pundak nya membuatnya bingung harus bagaimana memakai nya.
Tidak lama ada anak santri yang berjalan melewati nya, yang sama sama belum mengenakan sarung nya.
"Hei...!" panggil Ansell pada anak santri itu.
"Iya Om.!" jawab santri, sambil menoleh ke arah Ansell.
"Kenapa belum memaki sarung nya?. Pakai sarung mu di sini!" seru Ansell, terdengar seperti menasehati santri itu, padahal ia sengaja ingin melihat cara anak santri itu mengenakan sarung nya.
"Baik Om.!" dengan cepat santri itu langsung mengenakan sarung nya di hadapan Ansell.
"Om.. bukan orang sini ya, sepertinya aku baru melihat Om, Apa Om sedang menjenguk salah satu Anak santri di sini?" tanya santri itu sambil berkutat dengan sarung nya.
"Om memang bukan orang sini. Om sedang mengantar sodara Pak Ustadz ke sini!" jawab Ansell dengan mata fokus melihat pergerakan anak santri itu.
"Ooh.. Om terlihat gaul sekali, apa Om dari Kota?" tanya santri itu makin kepo, karena melihat penampilan Ansell. Bertanya sambil tersenyum menatap Ansell karena telah beres mengenakan sarung nya.
"Anak kecil jangan banyak bertanya, cepat masuk,!" seru Ansell sambil memegang kepala anak itu, menyuruhnya segera masuk, karena ia akan bersiap siap mengenakan sarung nya.
"Om sendiri kok belum siap siap?... cepat Om sebentar lagi adzan subuh!" ucap santri itu malah membalikkan kata kata Ansell. Dengan tersenyum lebar anak santri itu langsung beranjak masuk ke dalam.
"Hemmm" jawab ketus Ansell singkat.
Dia pun langsung mencoba mengenakan sarung nya.
"Apa seperti ini.?" ucap Ansell rasanya tidak nyaman saat sudah mengenakan sarung nya.
"Huhh. Begini saja lah, dari pada harus malu sama Pak Ustadz. mending menuruti anak santri saja." gunam gunam Ansell, saat sudah mengenakan sarung nya, dia pun langsung berjalan masuk ke dalam mesjid.
Kaki Ansell kini melangkah perlahan masuk ke dalam, saat pertama ia menginjakkan kaki nya, saat itu pula terdengar Adzan berkumandang.
Ansell mendengar dengan jelas lantunan bacaan Adzan itu. Suara Adzan yang terdengar di telinga nya kini memenuhi seluruh kepalanya dan mulai turun ke dalam hatinya, Entah perasaan apa yang ia rasakan.
Serasa ada setruman yang menyengat ke badannya hingga membuat badannya terasa lemas.
Ansell langsung memegang dadanya, debaran jantungnya kini makin berdetak dengan kencang. Suara lantunan Adzan serasa memanggil nya ke dunia yang berbeda. hingga membuat nya merasakan perasaan yang aneh, yang sebelumnya belum ia rasakan.
"Apa ini..? apa yang sebenarnya aku rasakan, apa ini teguran untuk ku, atas semua kesalahan dan dosa-dosa ku?
kenapa terasa lemas sekali.
Tubuhku makin lemas tapi malah membuat ku ingin terus masuk ke dalam. Apa orang kotor seperti ku tidak pantas masuk ke sini, Tapi kenapa rasa lemas ini malah membawa ku merasakan ketenangan..."
Ansell kini melangkah berjalan menghampiri anak santri yang sudah berjajar rapih di depan. Walaupun dalam hatinya merasakan malu yang amat besar, Namun Ansell mencoba menenangkan hati nya, untuk bisa bergabung dengan mereka.
Mata Ansell kini bertemu dengan pandangan mata Abie yang sama sedang melihat ke arah nya. hingga membuat pandangan mereka bertemu.
Abie pun langsung melempar senyum pada Ansell, begitupun Ansell tersenyum membalas senyuman Abie.
"Pak Ustadz pasti mengira aku orang baik baik, " batin Ansell mengeluh, rasanya makin malu dengan keadaan sekarang.
Dia pun mulai mendudukkan badannya.
"As...tag...firullah... al... adzim... " akhirnya kata itu terucap dalam batin Ansell. Walaupun terbata-bata. Tapi sebenarnya dia bisa mengucapkan nya.
Ke payah an nya, membuat Ansell mengingat semua kesalahan dan dosa dosa nya.
"Ya Allah...apa Engkau akan mengampuni dosa dosa ku,?" batin Ansell kini dia menundukkan kepalanya. dan langsung mengusap wajahnya, mulai memasrahkan diri nya, merasa malu pada diri sendiri. atas segala dosa besar nya.
Saking terus menunduk Ansell tidak sadar suara iqomah sudah di kumandang kan. dan para santri sudah berdiri untuk menjalankan shalat.
"Om gaul.. sudah mau mulai shalat,!"
ajak santri yang tadi di hentikan Ansell,
ternyata anak santri itu berjajar di samping Ansell.
"Terimakasih telah mengingatkan!" ucap Ansell dengan memegang pundak anak santri itu, merasa lucu lagi lagi anak itu memanggilnya dengan panggilan Om Gaul.
Ansell dengan cepat langsung berdiri.
Dan mereka pun langsung menjalankan shalat subuh berjamaah.
***
Waktu kini sudah makin pagi, kegiatan santri seperti bisa di lalui mereka.
Tadarus Qur'an, dan mengaji kitab Kuning.
Seperti bisa Abie menguruk anak santri laki laki. Sedangkan Ummie dan Zahra menguruk anak santri perempuan di majlis.
Dan salam itu pula Ansell mengikuti kegiatan Abie mengajar anak santri di sana.
~
Abie dan Ansell kini berjalan kembali ke Rumah, Abie berjalan paling depan, dan di ikuti Ansell di belakang nya.
Ansell merasa beruntung bisa menginjakkan kaki di Pesantren, Dia yang gelap akan ilmu Agama, merasa beruntung bisa menginjakkan kakinya di sini. Walaupun belum menyadari sepenuhnya kesalahan nya. Mungkin suatu saat dia bisa ke sini lagi, dan meminta bantuan Pak Ustadz.
"Maaf Pak Ustadz... jika lain kali saya ingin ke sini apa Pak Ustadz tidak keberatan?" tanya Ansell di sela sela langkahnya.
"Silahkan Nak Ansell rumah saya terbuka untuk siapa pun!" ucap Abie dengan ramahnya.
"Terimakasih atas segala kebaikan Pak Ustadz, saya merasa senang bisa di pertemuan dengan Pak Ustadz."
ucap Kagum Ansell.
"Iya sama sama"
Mereka pun langsung masuk ke rumah.
Ansell bergegas masuk ke kamar, segera membereskan sarung dan pecinya.
Dan kembali ke luar lagi untuk berpamitan pada Abie, harus segera pulang karena waktu sudah menjelang pagi.
Abie terlihat sedang duduk di ruangan tamu.
Dengan cepat Ansell langsung menghampiri nya.
"Maaf Pak Ustadz, sepertinya saya harus pamit pulang dulu,"
pamit Ansell.
"Tunggu sebentar Nak Ansell, Ummie dan Aisyah sedang membuat sarapan, Sarapan dulu di sini, dan setelah itu bisa pulang." tolak Abie, dan mengajak Ansell sarapan bersama.
"Tidak usah Pak Ustadz, saya sarapan di rumah saja!"
tolak Ansell merasa tidak enak.
Namun saat mereka sedang bicara terlihat Zahra memasuki ruangan tamu.
"Abie... " panggil Zahra, belum melihat keadaan di depannya, ternyata ada Ansell di sana.
Seketika Zahra langsung menundukkan kepalanya, karena saat Zahra bersuara Ansell langsung melihat ke arah nya dan terus menatap nya.
"Iya... ada apa Nak.?" tanya Abie.
"Sarapan nya sudah siap Bie.!" jelas Zahra, dengan masih menundukkan kepalanya.
Ansell yang melihat tingkah Zahra, seketika langsung memasang senyum di bibirnya.
"Iya, Abie dan Nak Ansell akan segera ke sana!" ucap Abie sambil beranjak berdiri. dan mengajak Ansell ke ruang makan.
"Tapi Pak Ustadz..!" ucap Ansell merasa tidak enak.
"Ayo... Mereka sengaja memaksa untuk menjamu Nak Ansell. Nak Ansell tamu di sini, jadi jangan mengecewakan mereka.!" ucap Abie membujuk Ansell.
"Terimakasih Pak Ustadz."
Sebenarnya walaupun lidah Ansell menolak tapi perasaan nya sangat senang, Namun entah kenapa sampai se senang ini, di saat akan sarapan bersama dengan mereka.
~
Mereka kini sudah berkumpul di meja makan.
Ansell duduk di sebelah Abie, berhadapan dengan Zahra di depannya.
Ummie mulai menyiapkan makanan untuk Abie dan bergantian menyiapkan makanan untuk Ansell.
"Silahkan Nak Ansell jangan sungkan." seru Ummie dengan tersenyum ramah.
"Terimakasih Bu Ustazah!" sahut Ansell sambil membalas senyuman Ummie.
Mereka pun langsung menyantap sarapan mereka.
Selama sarapan Ansell terus saja melirik Zahra di depannya. Perasaan senang menghiasi hati nya dengan keadaan sekarang. Suasana sarapan yang belum pernah Ansell rasakn, kini ia rasakan di sini, serasa sedang berkumpul dengan keluarganya. Padahal mereka semua orang asing dalam kehidupannya.
"Kenapa kau selalu saja membawa ku, terseret kedalam kehidupan mu Aisyah.!" batin Ansell merasa takjub dengan perjalanan hidup nya. Hingga dia merasakan suasana kehidupan baru yang penuh ketenangan.
Ummei sesekali melihat pergerakan Ansell, yang sedang melihat Zahra. Ummie hanya bisa tersenyum kecil, melihat kelakuan Ansell.
"Rekan kerja, tapi terlihat lebih dari itu..!" batin Ummie sudah tersenyum melihat pergerakan Ansell.
~
Sarapan kini sudah selesai. Ansell mulai melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Ini sudah cukup siang, aku harus segera pamit pulang!" Batin Ansell. kini mulai bersiap untuk berpamitan.
"Maaf Pak Ustadz... saya harus segera pamit pulang!" pamit Ansell dengan begitu sopan.
"Iya... terimakasih Nak Ansell ya telah menjaga Aisyah!" ucap Abie dengan senyum kecil nya. Menatap Ansell dan bergantian menatap Aisyah.
"Abie .... bukan menjaga tapi menolong.," batin Zahra merasa malu sendiri mendengar perkataan Abie. Karena mendengar nya serasa berlebihan.
"Sama sama Pak Ustadz!" sahut Ansell dengan sedikit canggung dengan tersenyum malu. Ansell pun langsung beranjak berdiri.
Dan langsung menyalami Abie.
"Assalamualaikum Pak Ustadz..."
Kini Ansell menghadap Ummie, dan membungkuk hormat.
"Assalamualaikum Bu Ustadzah.." salam pamit pada Ummie.
"Waalaikumsalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh." jawab salam Ummie dan Abie bersamaan.
Kini mata Ansell melirik Zahra. Merasa canggung, ingin berpamitan tapi malu karena ada Abie dan Ummie di sana.
"Nak Aisyah.. biar Ummie yang membereskan ini, kamu antara dulu Nak Ansell sampai depan!" perintah Ummie.
Membuat batin Ansell tersenyum senang. Karena tidak perlu mencari alasan untuk berpamitan pada Zahra, kini malah Ummie yang menyuruh Zahra.
"Baik Mie..!" Zahra pun langsung beranjak berdiri dan mengikuti langkah Ansell yang berjalan di depannya.
~
Mereka kini sudah di depan di dekat mobil Ansell, yang terparkir di depan rumah Abie.
"Maaf karena harus merepotkan Kak Ansell. Dan malah membuat Kak Ansell harus menginap di sini!" ucap maaf Zahra, berbicara namun tidak berani mengangkat kan wajahnya.
"Iya.! apa hari ini Kau tidak ke Kantor.?!"
Tanya Ansell rasanya masih ingin berbicara dengan Zahra.
"Tidak Kak... masih ingin istirahat dulu.!" jawab Zahra.
"Apa soal kerja sama kita, sudah di bicarakan dengan Ayah mu?" tanya Ansell masih sempat sempat nya bertanya soal bisnis di saat seperti ini.
Entah itu emang karena bisnis atau memang karena ingin terus melihat Zahra.
"Ayah masih di luar Kota. Jadi aku belum sempat memberi tahu Ayah.!" ucap Zahra menceritakan.
"Baiklah aku tunggu kabar nya!" sahut Ansell.
Dan tiba-tiba saat mereka berbincang di luar, terlihat anak-anak santri keluar dari Pondok yang akan berangkat ke sekolah.
Dan langsung menghampiri Zahra untuk berpamitan pada nya.
"Kak Aisyah kami pamit sekolah dulu!" pamit para Anak santri sambil mulai berantri untuk bersalaman dengan Zahra.
"Assalamualaikum Kak Aisyah..!" pamit mereka.
Dan karena melihat Ansell di sana mereka pun langsung bergiliran menyalami Ansell.
"Wa'alaikumsalam...Awas hati hati ya..!" jawab salam Zahra sambil menasehat anak anak dengan tersenyum ramah.
"Iya Kak..!" jawab serempak mereka.
"Apa sekolah mereka tidak jauh, kenapa mereka jalan kaki?" tanya Ansell. merasa haru melihat anak anak santri itu.
"Tidak terlalu jauh kok, sekolah nya ada di depan sana.!" jawab Zahra dengan refleks melihat ke arah Ansell untuk menjawab pertanyaan nya.
Membuat mata mereka saling bertemu dan saling menatap.
Seketika Ansell langsung tersenyum kecil memandang wajah cantik Zahra.
"Astagfirullah...!" Zahra yang merasa gugup langsung memalingkan wajahnya.
Tiba-tiba ada ada anak santri yang tadi berjamaah shalat di dekat Ansell, berjalan bersama yang lain, menghampiri ke arah Ansell dan Zahra.
"Ekh Om gaul, ketemu lagi ya..!" canda anak santri itu dengan tersenyum lebar menatap Ansell.
"Mau sekolah ya..!" tanya Ansell. merasa jadi dekat dengan anak santri itu.
"Iya Om..!" jawab cepat santri
"Kak Aisyah kapan ke sini Kak..?" tanya santri itu kini melihat ke arah Zahra.
"Tadi malam dek..!" jawab Zahra.
"Kak.. Om ini pacarnya Kak Aisyah ya, kalian datang ke sini bersama kan!" goda anak santri itu, sambil saling berganti menatap Zahra dan Ansell.
Membuat Zahra tertegun malu mendengar celotehan anak santri itu.
"Bukan sayang... Om ini rekan kerja Kak Aisyah!" Jawab Zahra sambil membelai rambut anak santri itu.
"Kirain pacar Kak Aisyah..!" ucap sang santri lagi lagi menyebutkan kata pacar, di hadapan dua orang yang bahkan tidak pernah mengenal kata pacaran.
"Anak kecil jangan ikut campur urusan orang dewasa, cepat gih sekolah, keburu kesiangan!" omel Ansell. lagi lagi merasa gemas melihat anak santri itu.
"Baik Om..!" jawab patuh santri.
"Assalamualaikum Om, Kak Aisyah..!" salam pamit anak santri sambil menyalami Ansell dan langsung menyalami Zahra.
Kini tinggal mereka berdua di sana. Dengan kecanggungan karena celotehan anak santri tadi.
"Maaf Kak... anak santri tidak sopan,
mereka suka bercanda,!" ucap Zahra mengalihkan kecanggungan nya.
"Tidak apa apa namanya juga Anak-anak.!"
"Oh maaf, jas Kakak biar aku cuci dulu, kalau sudah bersih nanti aku kembalikan. Maaf harus selalu merepotkan." ucap maaf Zahra sambil menundukkan kepalanya.
"Iya..!" jawab singkat Ansell.
Ansell kini mulai meraih ponsel di sakunya.
"Nih gunakan ini. bukankah ponsel mu tidak ada, aku akan menghubungi mu, untuk menanyakan jas ku, takut kau lupa untuk mengembalikan nya." ucap Ansell mencari alasan.
"Tidak usah Kak..!"
"Jangan terus menolak ambil... kau akan membutuhkan ini!" tegas Ansell memaksa.
"Kembalikan lagi pada ku kalau ponsel nu sudah kembali.!" tegasnya lagi.
Kekukuhan Ansell memberikan ponsel nya pada Zahra, membuat Zahra tidak bisa untuk menolak nya.
"Baiklah, terimakasih banyak." akhirnya Zahra mengambil ponsel yang di berikan Ansell.
"Jika ada sesuatu hubungi Alika, jangan pernah menangis lagi. Kalau mendapat masalah, setidaknya kau bisa menghubungi orang yang bisa membantu mu!" nasehat Ansell, memberikan ponsel nya, karena masih merasakan kasihan pada Zahra dengan apa yang terjadi pada nya.
"Iya terimakasih, atas segala kebaikan Kak Ansell.!" ucap Zahra sambil terus tertunduk.
Hanya itu yang bisa Zahra ucapkan, aras segala kebaikan dan perhatian Ansell pada nya.
" Kak Ansell terlalu baik pada ku, Aku selalu saja merepotkan nya.
Ya Allah apa sebenarnya rencana mu di balik semua ini, kenapa Engkau selalu saja mempertemukan ku dengan nya,!" batin Zahra dahaga terus tertunduk, merenungi perjalanan hidup nya.
Ansell langsung tersenyum kecil mendengar perkataan Zahra. kenapa ada ketenangan tersendiri di saat Ansell, berada di dekat Zahra. Suara Zahra tutur katanya yang lembut, serasa masuk ke dalam ketenangan yang di hantarkan Zahra.
"Aisyah...!" panggil Ansell,
Membuat Zahra tertegun karena Ansell memanggil nya dengan begitu sopan nya.
"Terimakasih, telah membawa ku ke Pesantren." ucap Ansell dengan terus menatap Zahra.
"Iya sama sama Kak..!"
" Aku pulang dulu, Assalamualaikum..!" ucap salam Ansell, kini dia mulai melangkahkan masuk ke mobilnya.
"Waalaikumsalam ...!" jawab salam Zahra sambil tersenyum, kini dia berani mengangkat kepalanya dan melihat ke pergi an Ansell.
" Kak Ansell orang baik sekali...semoga bisa melangkah ke jalan yang lebih Kak!"
Mampir juga yuk kakak yang baik hati di novel saya
"Cinta berakhir di lampu merah."