NovelToon NovelToon
Istri Nakal Gus Altair

Istri Nakal Gus Altair

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Konflik etika / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nonaniiss

Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Tanpa mengatakan apapun, Hayi langsung menarik baju Gema. Dijambaknya rambut Gema sampai pria itu berteriak kesakitan, bukan hanya itu saja, Hayi juga memukuli Gema seperti orang kesetanan. Semua yang ada di kelas itu mencoba menghentikan Hayi yang masih memukuli Gema, bahkan sampai pria itu terlentang dengan Hayi yang duduk di perutnya. Benar-benar aksi yang sangat mengejutkan.

"Lepasin gue!!! Nggak usah ikut campur!!" Teriak Hayi dengan memberontak tak kala ia berhasil di pegang oleh 2 siswa

"Lepas!!!!"

"Ustadz tolong ustadz."

"Astagfirullah hal'adzim, ada apa ini!!?" Tanya ustadz Yusuf yang terkejut melihat kekacauan tersebut, apalagi melihat Hayi yang sudah di pegangi oleh Firman dan Aldi. Bahkan Hayi sudah tidak memakai kerudung lagi. Sementara Gema? Jangan di tanya lagi, sudah pingsan dia.

"Bawa ke UKS sekarang juga. Dan kamu, ikut saya ke ruang BK." Kata ustadz Yusuf pada Hayi.

"Rino, kamu panggil kyai Ilham dan Gus Altair sekarang." Lanjutnya.

"Baik ustadz."

"Kalian semua tetap di kelas."

"Ustadz, dia, dia dan dia harus ikut juga ke ruangan BK." Kata Lila dengan menunjuk Regar, Ivan dan Ragil.

Gus Altair dan kyai Ilham pun nampk berjalan dengan tergesa-gesa tak kala mendapatkan laporan ada perkelahian dengan tersangka utama adalah Hayi. Mereka benar-benar tidak habis fikir lagi kenapa bisa anak gadis suka sekali membuat keributan.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, kyai, Gus."

Hal pertama yang membuat di tatap Gus Altair dan kyai Ilham adalah Hayi. Tapi sekarang justru penampilannya yang basah kuyup menjadi tanda tanya besar di benak mereka masing-masing.

"Sebenarnya apa yang terjadi, ustadz Yusuf?" Tanya Kyai Ilham dengan memandangi satu persatu muridnya.

"Saya tidak tahu pastinya, kyai. Saat saya datang sudah terjadi, Gema pingsan dan dia sedang di amankan oleh Firman dan Aldi." Kata ustadz Yusuf menjelaskan.

"Pingsan? Terus bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya Kyai Ilham terkejut.

"Sudah di bawa ke UKS, kyai. Saya belum tahu bagaimana keadaannya." Jawab ustadz Yusuf.

Gus Altair hanya diam saja sambil memperhatikan Hayi yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah dan penyesalan, sementara ketiga siswa lainnya hanya tertunduk saja. Ia hanya bisa memijit pelipisnya saja yang tiba-tiba saja terasa pusing.

"Kenapa kamu itu suka sekali membuat masalah, Hayi. Kamu itu disini masih santri baru, tapi untuk memberikan kesan yang baik bagi pesantren ini, kamu saja tidak bisa. Lalu sekarang? Kamu justru memukuli santri lain sampai pingsan? Seperti nya di disiplinkan saja masih belum cukup buat kamu, seharusnya sel adalah jalan terbaik biar kamu sadar atas apa yang kamu perbuat." Kata Gus Altair dengan menatap Hayi .

"Sudah cukup, Gus. Yang tahu kejadian nya hanya mereka, biar mereka jelaskan lebih dulu." Kata kyai Ilham menengahi.

"Hayi, bisa kamu jelaskan kejadiannya seperti apa?" Tanya Kyai Ilham dengan nada lembutnya.

"Apa masih perlu ada penjelasan, kyai, toh sudah ada orang yang tidak sabar buat hukum saya kok." Jawab Hayi dengan datarnya.

"Jaga bicara kamu ya!!" Sentak Gus Altair.

"Sudah, al." Kata kyai Ilham.

"Jika kalian tidak ingin menjelaskan, kalian bisa terancam di keluarkan dari sekolah. Jadi mau pilih mana, itu keputusan kalian." Kata kyai Ilham pada ketiga laki-laki itu.

"Afwan, kyai. Gema yang minta bantuan kami untuk menyiram dia saat ada di dalam toilet. Saya, Ragil dan Regar." Kata Ivan dengan menunduk.

"Kenapa saya di bawa-bawa. Saya tidak, kyai. Mereka yang ke dalam, saya di luar dan menunggu mereka saja." Jelas Regar

"Tapi kamu juga ikut." Kata Ivan.

"Tapi kalian yang masuk dan menyiramnya." Kata Regar tak mau kalah.

"Sudah-sudah, jadi kesimpulannya, Gema menyuruh kalian buat bantu dia menyiram Hayi yang saat itu ada di toilet? Yang berarti kalian juga masuk ke toilet putri?" Tanya Kyai Ilham.

"Afwan ,kyai."

"Kenapa kalian mau?" Tanya Gus Altair tapi tidak ada jawaban sama sekali dari mereka bertiga.

"Lalu siapa yang memulai perkelahian?" Tanya Kyai Ilham.

"Dia. Dia tiba-tiba datang dan langsung memukuli Gema sampai pingsan." Jawab Ivan

"Alasan Gema menyiram Hayi?"

"Dia bilang, dia merasa di permalukan oleh dia di depan kyai dan Gus Altair." Jelas Ivan

Gus Altair memperhatikan Hayi yang tidak ada respon sama sekali juga tidak ada sepatah kata pun untuk menyangkal apa yang di katakan ketiga laki-laki itu, yang artinya bisa Gus Altair simpulkan jika kejadiannya memang benar seperti itu.

"Lalu, Hayi, kenapa kamu memakai cara kekerasan seperti itu, bukankah masih ada cara lain?"  Pertanyaan yang sangat aneh yang pernah Hayi dengar seumur hidupnya.

"Entahlah. Saya memang suka memukuli orang yang mencari gara-gara sama saya. Saya tidak memukul jika tidak di pukul, singkatnya seperti itu. Kalau kyai mau mengeluarkan saya dari pesantren ini, silahkan kyai, dengan senang hati saya akan langsung keluar. Saya disini juga sudah muak, antara kebenaran, keadilan dan kebohongan, semuanya benar-benar membuat saya pusing. " Kata Hayi dengan santainya.

"Bukan seperti itu, nak. Hanya meluruskan saja. Tentu saja yang salah tetap akan di hukum. " Kata kyai Ilham.

"Termasuk yang membela diri juga, kan? Memang di negara ini hukum tidak pernah benar, kyai. Saya sudah paham itu." Kata Hayi yang membuat Gus Altair dan kyai Ilham terdiam.

Tiba-tiba saja Gus Altair beranjak dari duduknya dan mengambil kemejanya. Ia memakaikannya pada Hayi yang membuat gadis itu cukup terkejut tapi tidak mengatakan apapun.

"Jangan memperlihatkan aurat kamu pada orang yang bukan mahram kamu. " Kata Gus Altair yang kembali duduk lagi.

"Ivan dan Ragil, selama satu minggu bersihkan toilet putra dan sapu halaman. Regar, kamu saya kasih tugas bersihkan perpustakaan dan tata buku dengan rapi sesuai urutan. Sekarang kalian boleh keluar, jangan ulangi lagi." Kata kyai Ilham.

"Syukron, kyai. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

"Hayi, ganti baju mu, nanti kamu sakit." Kata kyai Ilham.

"Tidak jadi di hukum saya?" Tanya Hayi

"Kamu minta maaf saja sama Gema. Lain kali usahakan jangan sampai ada kekerasan lagi." Jawab kyai Ilham.

"Yasudah, saya pamit, kyai." Kata Hayi dengan melepaskan kemeja Gus Altair.

"Kenapa di lepas? Pakai!" Kata Gus Altair yang membuat Hayi terheran-heran.

"Tidak, terimakasih. Assalamualaikum kyai."

"Walaikumsalam."

"Saya bilang pakai, ya pakai!!" Sentak Gus Altair membuat kyai Ilham terkejut dan memperhatikan putranya itu dengan seksama.

"Apa sih, Gus. Gue ngga mau." Kata Hayi dengan melepaskannya lagi

"Pakai!! Kamu mau pamer aurat kamu ke semua orang? Biar apa? Biar keliatan wah? Biar semua laki-laki terpesona sama kamu?" Kata Gus Altair dengan nada sedikit marah.

"Ngomong apa sih ,gus?" Tanya Hayi yang tidak paham dengan maksud dari pada ucapan Gus Altair.

"Ya makannya pakai!! Saya sudah berbaik hati  meminjamkan kemeja saya pada kamu biar kamu tutup aurat kamu. Ohh, apa kamu aslinya seperti ini? Suka banget ya kalau di tatap sama laki-laki." Kata Gus Altair

"Iya, iya. Terimakasih sudah di pinjemi, nanti gue balikin. Assalamualaikum." Kata Hayi yang sebenarnya belum paham sama sekali dengan maksud perkataan Gus Altair, hanya saja karena dia terlalu malas menanggapinya akhirnya ia hanya mengiyakan saja.

"Walaikumsalam."

"Ekhem, Al...kamu kenapa?" Tanya Kyai Ilham.

"Tentu saja saya baik-baik saja, Abi." Jawab Gus Altair.

"Melihat sikap kamu barusan, Abi seperti melihat seorang kekasih yang sangat protektif pada pasangannya." Kata kyai Ilham membuat Gus Altair terdiam.

"Sudah sudah, mungkin hanya perasaan Abi saja. Tidak mungkin kamu suka sama gadis yang kata kamu itu, liar. Ya sudah Abi pergi dulu, assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Gus Altair pun terdiam dan memikirkan perkataan ayahnya. Entahlah kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti itu pada Hayi. Membicarakan Hayi, lagi-lagi membuat pria itu langsung mengusap wajahnya dengan kasar.

"Harus di pastikan lagi, karena tidak mungkin." Gumamnya.

1
Rytha Itha
hahahahahaha hayi bikin heboh lagi dunia pesantren😅😅😅
Riki Novika
😁😂di kirain orang yg lahiran trnyta kambing 😅😅😅
Rytha Itha
biasanya 2😁
Nonaniiss: lg masuk angin ini kak😭1 chptr aja nahan pusing huhuhu doain ya biar cpt sembuh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!