NovelToon NovelToon
Pembantu Kesayangan Tuan Abian

Pembantu Kesayangan Tuan Abian

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.5
Nama Author: Titin

Rara Depina atau biasa di panggil Rara, terpaksa menggantikan ibunya yang sedang sakit sebagai Art di ruamah tuan muda Abian Abraham.

Rara bekerja tanpa sepengetahuan tuan muda Abian. Abian yang pergi kerja saat Art belum datang dan pulang saat Art sudah pergi membuat Rara bisa bekerja tanpa di ketahui Abian.

Apa jadinya saat tak sengaja Abian memergoki Rara tengah berada di apartemennya.

Dilema mulai muncul saat diam-diam Abian mulai jatuh cinta pada pembantu cantiknya itu, dan di tentang oleh keluarga besarnya yang telah memilihkan calon buat Abian.


Akankah Abian mampu mempertahankan Rara di sisinya, cuus baca kelanjutannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ara kau luar biasa

Abian menatap punggung Ara yang berlalu meninggalkannya di ruang tengah. Isak tangisnya masih terdengar dari mulutnya saat meninggalkan Abian.

Abian tak habis pikir apa yang terjadi dengan perasaannya, hatinya sangat marah saat orang suruhannya memperlihatkan lembaran lembaran foto saat Rendra dengan seenaknya menyentuh tubuh Ara. Hatinya memanas logikanya tak lagi berjalan, dia tak mampu mengendalikan emosinya dengan benar dan Aralah yang kena imbasnya.

Sudah hampir satujam Bian berdiam diri, bergeming dari tempatnya semula. Tapi sejurus kemudian Bayangan Ara membawa langkahnya menuju kamar Ara. Perlahan Bian membuka handle pintu yang tidak terkunci.

Di tengah cahaya temaram terlihat Ara tengah bergelung di balik selimut tebalnya. Bian beranjak mendekat, gadis kecilnya tedengar terisak, meski sangat pelan tapi Bian mampu mendengarnya dengan jelas.

"Ra." panggil Bian pelan, Ara tak merespon atau mungkin, dia sudah terlelap di sela tangisnya. Tak tega tapi egonya tak membiarkan Bian berbaik hati. Melihat Ara tak merespon Bian melangkah pergi meningalkan Kamar Ara menuju kamarnya.

Pagi sekali Ara sudah bangun, membersihkan rumah lalu menyiapkan sarapan untuk mereka.Tak ada gurat kesedihan di wajah Ara pagi ini, sikap Bian semalam sungguh dia maklumi, bagi Ara yang terpenting adalah masa depannya. Dengan tinggal bersama Bian dia berharap bisa melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi, tentang perasaannya saat ini Ara tak ingin memikirkannya.

Bian keluar kamar sudah dalam keadaan rapih, sudah memakai kemeja putih. Dia bermaksud menemui Ara di kamarnya, khawatir gadis itu merajuk dan tak mau berangakat kesekolah, dia berniat menyeretnya kesekolah.

Tapi ternyata Bian salah persepsi Arah malah sudah bangun dan tengah memasak nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini.

Tubuh langsing tapi berisi itu tengah memunggunginya, dengan Apron di tubuhnya Ara benar-benar terlihat seperti istri sungguhan. Selama beberapa detik Bian seperti terhanyut oleh suasana dan situasi, tapi hanya sesaat.

"Ara kau sedang apa?" Ara repleks membalikkan tubuhnya kearah Bian.

"Ohh ini, aku buat nasi goreng buat sarapan," sahut Ara seraya membawa dua piring nasi goreng, menatanya di depan Bian yang sudah duduk di meja makan.

"Aku tidak makan nasi goreng." sahut Bian datar, sembari mendorong piring yang ada di depannya.

"Buatkan aku roti panggang saja," ujar Bian lagi.

Ara yang ingin duduk mengurungkan niatnya, tanpa bicara Ara kembali kedapur, lalu kembali lagi dengan irisan timun di piring kecil.

Ara menarik kursi di depan Abian lalu duduk di sana. Memberi irisan timun pada piring yang tadi di tolak Bian.

"Hari ini makan saja nasi goreng ini, besok aku akan buatkan roti panggang buat tuan," ujar Ara seraya menyodorkan piring ke depan Bian.

"Aku tidak suka Ra!" sentak Bian meradang. Ara yang tengah mengunyah nasi goreng menghentikan kunyahannya.

"Makanlah, anggap saja itu permintaan maaf tuan telah mengasariku semalam, tuan tau seumur hidup, itu pertama kali aku di perlakukan sekasar itu oleh lelaki," ujar Ara dengan nada dan raut wajah serius. Bian terdiam, sikap dewasa yang di tunjukkan Ara barusan seperti menguliti dirinya hidup-hidup. Bian tak menolak ketika Ara kembali menyodorkan nasi goreng buatannya.

Seperti anak yang mendapat hukuman oleh orang tuanya Bian dengan patuh menyuap sendok demi sendok nasi buatan Ara hingga tak tersisa.

Tidak ada percakapan setelah itu, hanya hening yang ada, hingga keduanya meningalkan rumah.

Ara pergi dengan taksi kesekolah, sedangkan Bian kekantornya dengan mobilnya. Ara sengaja turun sedikit jauh dari sekolahnya, lalu berjalan kaki menyusuri hijaunya pepohonan di sepanjang jalan menuju sekolahnya.

Udara pagi membuat pikiranya sedikit Fresh, membuatnya lupa akan beban hidupnya, lupa akan perlakuan Bian padanya.

"Ra!" Seru fathan yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

Ara menghampiri fathan, lelaki tampan kedua setelah Rendra. Fathan mensejajari langkah Ara di sampingnya.

"Nah," ujar Fathan seraya menyodorkan roti lapis isi coklat pavorit Ara.

"Terimakasih, sebenernya aku udah sarapan, tapi ini sayang kalau di abaikan," ujar Ara seraya mengigit roti isi coklat lalu mengunyahnya pelan.

"Ibu mu bagaimana kamarnya Ra?"

"Alhamdulillah udah," sahut Ara dengan tatapan lurus kedepan. Tiba-tiba dia begitu merindukan ibunya padahal baru sehari dia meninggalkan ibu.

"Ra."

"Hmmm."

"Lelaki yang membawamu kemarin ada hubungan apa dengan mu?" Ara menghela nafas Dalam, dia lelaki istimewa di hati Ara, lelaki tampan yang begitu lembut memperlakuakan Ara.

"Teman dekat," sahut Ara dengan senyum.

kadang sikap lembut fathan membuat Ara salah paham paham padanya, tapi kemudian Ara menyadari kalau Fathan hanya menganggapnya teman tak lebih.

"Seberapa dekat?" Fathan masih belum menyrrah dengan pertanyaannya.

"Sedekat aku sama kamu An."

"Oooo," ujar Fathan membulatkan bibirnya.

Tak ada lagi pertanyaan yang terlontar dari bibir Fathan, mungkin jawaban ara sudah memuaskan hatinya.

****

Abian malam ini ada pertemuan dengan koleganya, yang juga mantan kekasihnya ketika kuliah dulu. Gina gadis berparas cantik dan elegant itu menatap Abian tak berkedip. Abian masih saja seperti dulu dingin dan tak perduli sekitar.

Sementara Abian terlihat fokus memeriksa file yang dikirim Gina padanya.

"Ada apa, baru pertama kali melihat lelaki tampan kau Gina?" Gina terkekeh, Bian memergokinya, matanya masih sejeli dulu ternyata.

"Sering, tapi gak ada yang seperti kamu Bi," sahut Gina seraya menatap lekat Abian. Sementara Abian masih sama, masih fokus pada pekerjaannya.

"Tentu saja, di dunia ini hanya aku, tidak ada yamg menyamaiku," ucapnya Arogan. Gina kembali terkekeh, sikap Arogan ini yang membuat Gina meninggalkannya beberapa tahun lalu, walau akhirnya dia menyesali keputusannya hingga kini.

"Setelah ini apa kau punya Acara Bi?" Bian menatap Gina sekilas lalu menggeleng pelan.

"Bagaimana kalau kita ke club, sudah lama kita tidak minum bersama," ujar Gina, berharap Abian setuju dengan idenya.

"Kau cari saja teman lain, aku sedang tak ingin minum."

"Hanya minum Bi, apa salahnya. Apa kau tidak kesepian setiap hari cuma mikir kerjaan, sesekali bersenang-senanglah, itu juga penting."

Abian tersenyum tipis, bersenang-senang dengan minuman beralkohol dia bilang penting, Bian bahkan melakukannya saat dirumah.

"Lain kali saja Gin, hari ini aku benar-benar tak ingin minum," sahut Bian sembari menatap Gina sekilas.

"Aku suka penawaran mu Gin, kau siapkan berkas-berkas kontraknya kalau sudah selesai hubungi aku," ujar Bian sembari menutup laptopnya.

"Jadi bener nih, gak mau minum dengan aku?" ulang Gina berharap kalau-kalau Bian merubah keputusan.

"Hmmm."

Gina menyerah, kalau sudah begitu Bian takkan goyah dengan kelutusannya.

"Baiklah, sepertinya aku harus mencari teman lain, tuan Abian terlalu sulit bersenang-senang," ucap Gina sembari mengerling nakal.

Bian menaggapi ucapan Gina dengan senyum tipis. Dia sedang tak ingin pergi le club apa lagi bersama Gina.

Sudah pukul sepuluh malam, Bian harus segera pulang, dia tidak tinggal sendiri, ada ara menunggunya di rumah.

Apartement terlihat sepi, tak terlihat sosok Ara di ruangan ini, mungkin dia sudah tidur dikamarnya. Sekolah dan membersihkan apartement mungkin membuatnya lelah.

Dengan langkah lebar Bian masuk kekamarnya.

Bian melepas jas nya, hanya meninggalkan kemeja putih ditubuhnya. Sebelum membersihkan diri dan beranjak tidur. Bian harus memeriksa kamar Ara terlebih dahulu, memastikan kalau istrinya benar ada didalam.

Ruang tamu dan ruang tv hanya di terangi sinar temaram, Bian menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Ara, pintunya terbuka lebar, sepertinya Ara sedang tak berada di dalam.

"Ra!" Panggil Bian memastikan kalau Ara benar tak berada dilamarnya.

"Eeeemm!" Terdengar suara berat Ara dari arah dapur, tapi dapur dalam keadaan gelap. Bian mencari tombol saklar lalu menghidupkan lampu dapur dan ...

"Ra! kau sedang apa?"

Rara sedang duduk bersandar pada lemari es, di tangannya ada sebotol minuman beralkohol yang hanya tersisa setengahnya. Ara benar-benar mabuk saat ini.

"****!" umpat Bian seraya merebut botol dari tangan Ara. Ara tak terima dia berusaha mempertahankan botolnya.

"Tuan! jangan semena-mena ya mengambil milik orang lain, kembalikan!" sentak Ara seraya menatap Bian dengan tatapan yang tak mampu fokus dengan benar.

"Kembalikan! Hik!" Seru Ara dengan tatapan Sayu, sesekali suara cegukan terdengar dari bibirnya.

"Ara! kembali kekamar mu!" Seru Bian seraya meraih tangan Ara membawanya berdiri.

"Ohh kau ingin meniduriku lagi, bukan begitu Bian," ujar Ara sembari menyentuh tubuh Bian denga Jarinya. Bian tak menanggapi ocehan Ara, dengan susah payah Bian memapah tubuh Ara kedalam kamarnya. Lalu merebahkan tubuh layu Ara keatas ranjang.

"Tidurlah, aku akan kembali kekamarku." Entah karena terlalu mabuk Ara tak lagi berontak dia menuruti ucapan Bian.

Sejenak Bian menatap wajah Ara yang telelap kemudian beranjak pergi menuju kamarnya.

Bian mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berusaha menghapus bayangan wajah Ara yang sedang mabuk, entah apa yang ada di pikiran Ara hingga lancang meminum minuman beralkohol yang sengaja dia simpan di kulkas.

"Bian..." suara seksi itu terdengar lagi.

"Ara!" Seru Bian panik, saat sosok Ara sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi.

"Apa yang kau lakukan!" Seru Bian lagi saat Ara dengan tubuh sempoyongan berjalan kearahnya.

"Aku juga panas." ujarnya dengan senyum menggoda, Bian kelabakan, saat ini di hanya memakai dalaman karena memang dia sedamg mandi.

"Ra keluarlah, tunggu aku di luar oke, aku kan menemuimu," bujuk Bian sembari membimbing tubuh Ara keluar dari kamar mandi, lalu Bian menutup pintu kamar mandi, menuntaskan mandinya dengan terburu-buru.

Bian keluar dengan hanya mengenakan handuk kecil, karena hanya itu yang ada dikamar mandi. Langkahnya terhenti, saat manik hitamnya menangkap sosok Ara dengan tubuh polos tanpa busana hanya meninggalkan ********** saja, sial!!

Mabuk membuat akalsehat Ara tak berpungsi, melihat Bian hanya memakai dalaman saja hasratnya tiba-tiba timbul, dan Sentuhan Bian begitu dia damba saat ini.

Bian masih saja mematung di tempatnya, manik hitamnya tak mau beralih pandang, tubuh mulus sebening salju sedang melambai kearahnya.

Bian tak mampu mencegah langkahnya yang bergerak maju, tubuh polos itu adalah istrinya, pernikahan mereka sah secara hukum dan agama. Dengan sugesti seperti itu Bian mulai menjamahi tubuh mulus istrinya tanpa sungkan.

Bian harus mendesah berulang kali oleh perlakuan gadis ingusan ini, Bian tak ingin berpikir kenapa Ara bisa sepintar ini dalam waktu singkat. Pikirannya tak jalan, logikanya tak main, yang ada hanya hasrat yang menggebu menuntut pemuasan dengan segala imajinasi yang yang meminta realisasi, dan Ara mewujudkanya jadi nyata.

"Bian..!" desah Ara terdengar begitu seksi. Saat Bian membalas mencumbunya dengan sangat panas.

Tubuh mereka saling berpacu, berlomba mencapai puncak, melepas segala kenikmatan dengan bermandi peluh, dan terkulai tak berdaya di akhir permainan.

"Ara kau luar biasa," Bisik Bian lembut sembari mengecup kening Ara dengan segenap Rasa.

.

Happy reading.

Hay readers jangan lupa tinggalin jejak ya sayang, dukunganmu adalah semangatku 🥰🙏

1
Umi Syafaah
semoga ceritanya menarik ya ,aku nyimak dulu
Dewi Siahaan
Kecewa
Dewi Siahaan
Buruk
Ai Siti
Biasa
Ruli Ana
Kecewa
Ruli Ana
Buruk
Farani Masykur
coba mampir thor
Sabaku No Gaara
Luar biasa
Christina Dariyem
Kecewa
Christina Dariyem
Buruk
yuni_nuraeni
Rika Fitria
keren ceritanya
Siti Zubaedah
Luar biasa
sherly
novel yg bagus, tq Thor...
sherly
ya jelas donk, situ siapa ngarep dilembutin bian... ngaca mbak
sherly
aku tu sebenarnya sebel dgn sikap araa.. masih aja ngk mudeng kalo si bian tu sayang, cintaaaaa banget Ama dia... . emang sih si bian tu posesif tp itu menunjukkan kalo dia sayang banget lagian boleh pergi tp TDK boleh ada teman laki yg ikut kalo menurutku itu hal yg wajar
sherly
netizennya plinplan...
sherly
Luar biasa
sherly
sialan bener nih abian...
kalea rizuky
sering nginep kayaknya septi di situ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!