NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

"Oh, iya? Saya bisa baca sandiwara kamu loh, lucky. Sok banget kamu bilang saya 'gak penting', kamu kira kamu penting banget gitu dihidup saya?" Bella menatap sinis.

Kata-katanya langsung nusuk ke ulu hati lucky. Mata lucky memerah sesaat. Dadanya bergemuruh, sakit. Tapi ia tahan sekuat mungkin agar amarahnya tak meledak-ledak disini.

"Mbak! Nggak boleh ngomong gitu!" Tegur Sabrina, merasa kasihan. Sungguh kalimat itu pedas sekali sampai-sampai membuat Revan, Eva dan livy terbungkam.

"Biarin aja dek!" Nada suara Bella melunak. matanya beralih menatap Lucky yang tengah menatapnya juga, dengan sorot mata tajam. "Lucky. Ini salah kamu, kamu yang mulai duluan. Jangan salahkan saya kalau saya membalasnya. Dan saya ingatkan sekali lagi sama kamu. Jangan terlalu berharap banyak sama saya! Saya gak akan cinta sama kamu. Carilah perempuan lain, tapi jangan saya orangnya."

Lucky menelan ludahnya susah payah. Hatinya seperti diremuk dari dalam. Padahal hanya kata-kata, tapi rasa sakitnya seperti ditikam dari dalam.

"Jangan saya orangnya, paham?" Ulang Bella.

"Paham!" Lucky mengganguk tajam. "Karena kamu udah cinta sama si ammar-ammar otak selangkangan itu, kan?!" Sindir lucky.

Bella memutar bola matanya malas. "Tidak usah sok tau, lucky. Saya gak pernah cinta sama dia. Mulut kamu tolong dijaga, dia pemuka agama loh!" Peringatnya, tegas.

"Buset! Sampe dibela gitu dong si Ammarnya? Jangan-jangan nyimpen perasaan lagi! Cuman nggak terbalaskan, ups!" Lucky menutup mulutnya, menahan tawa.

"Kalau ngomong, jangan cuma asal nyinyir-nyinyir tanpa bukti, lucky!" Ujar Bella melayangkan tatapan tajam. Lucky ini sangatlah menyebalkan baginya. Laki-laki paling menyebalkan yang pernah ia temukan didunia, hanya lucky.

"Loh, kok tanpa bukti? Orang tadi aja kamu barusan dilamar sama dia kan? Dipaksa nikah lagi! Tapi kamunya nolak! Dengan alasan saya nggak mau dimadu! Berarti kamu mau jadi yang satu-satunya, dong. bener gak? Iya nggak?" Lucky tertawa sinis. "Waduh. masih ngarepin laki-laki beristri. Padahal, didunia ini masih banyak yang single! Bisa kamu cari, tinggal buka mata dikur" lanjutnya menyerocos, tertawa mengejek.

"Cukup, lucky! Mulut kamu terlalu lemes untuk ukuran laki-laki!" Bella langsung terpancing. Dadanya berdebar kencang mendengar sindiran itu. Tatapannya mendadak menajam. Ia memang tidak bisa menyangkal bahwa dia mencintai laki-laki beristri.

bukan Ammar, tapi arhan. Cuman arhan. Teriak Bella sekencang-kencangnya, seperih-perihnya. dalam hati.

"Ih, baper. Tajem banget tatapannya? Tapi Bener kan? Kamu suka pria beristri!" Lucky geleng-geleng kepala, menatap tajam. "Sadarlah Bella. Sadar! Buka mata hati kamu. Lihat dengan baik-baik, melek. Lebarin mata kamu..... Didunia ini masih banyak laki-laki yang lajang. Kamu bisa milih salah satunya. Tapi Jangan pernah pilih pria yang beristri! Jangan sampe gara-gara kamu, hubungan antara dia dan istrinya rusak. Jangan sampe kamu jadi alasan kehancuran itu. Buanglah jauh-jauh perasaanmu!" Peringat lucky tegas, menekankan.

Bella mematung, matanya memanas. Tapi tak ada kata yang keluar. Hanya gemuruh dadanya yang tak tertahankan.

'aku hanya mencintainya.' Batin Bella.

"Buang jauh-jauh perasaanmu, Bella." Ulang lucky dengan suara keras.

"Kamu kira membuang perasaan segampang itu? KALAU DARI DULU SAYA BISA HEMPASIN! SAYA HEMPASIN! LUCKY! TAPI GAK BISA!" Teriak Bella suaranya pecah diakhir kalimat.

Lucky dan yang lain terperanjat.

Buru-buru lucky membalas, menahan gentar. "Sisa lupain! Sesimple itu! Buat apa kamu cinta sama orang yang punya istri kek si ammar? Percuma, Bella, percuma! Perasaan kamu gak akan terbalaskan! Ujung-ujungnya Bikin kamu hancur sendirian. Move-on lah!"

Air mata Bella menetes, dadanya naik turun, nafasnya memburu. Sorot matanya penuh luka menatap lucky.

"Gak semudah ucapan kamu, Lucky! Kamu bisa bilang ‘lupain’ karena kamu gak ada di posisi saya!" suaranya serak, tapi tajam. "Saya gak bisa milih jatuh cinta sama dia… tapi hati saya sudah terlanjur memilihnya! Dan ini bukan tentang Ammar! Bukan dia!"

Bella menghapus air matanya kasar, suaranya pecah,

"Kamu pikir saya gak mau move on?! Tiap hari saya maksa diri saya buat ngelupain dia! Tapi semakin saya berusaha ngelupain dia, semakin gak bisa dilupain. Setiap saya pengen ngelupain! Dia muncul terus dipikiran saya, setiap saat, setiap detik, nggak pernah pergi. Kamu gak ngerti, Lucky. Kamu gak akan pernah ngerti."

Lucky tercekat, merasa iba dengannya. Begitu pula dengan yang lain. Revan mengganga tak menyangka. Sabrina terdiam membisu.

"Se special apa dia mbak? Sampe-sampe mbak mencintai dia dan sulit dilupain sama...." Kalimat Sabrina tertahan ditenggorokan.

Bella beralih. Matanya yang basah mendadak sendu. Namun tajam, nyalang dan sinis menatap sang adik, "Dia Bukan lagi special! Dia sangat sempurna! Sungguh Beruntung orang-orang yang mendapatkannya..... Hanya orang-orang gak pernah bersyukur yang menyia-nyiakan laki-laki sesempurna dia" Bella mendekati Sabrina dengan perasaan tersayat."Beruntung! Sangatlah beruntung" bisik Bella suaranya bergetar ditelinganya. Sabrina tertegun, menatap Bella yang menatap nyalang ke arahnya. Sabrina merasa aneh namun tak sanggup mengatakan apa-apa. Bella berdiri mengalihkan pandangannya kedepan, lalu bergegas pergi meninggalkan ruang tamu.

Lucky membeku, sesempurna itu saingannya? Siapakah laki-laki itu? Jangan-jangan beneran Ammar lagi? Pikir lucky masih Ammar.

'kenapa mbak Bella natapku kayak gitu ya? Ada apa? Lalu maksudnya sangatlah beruntung itu apa?' batin Sabrina bertanya-tanya, setelah Bella menghilang.

"Emang susah banget ya ngelupain seseorang?" Tanya Eva serius, ingin tahu perkara gamon.

"Tergantung orangnya. Kalau dia sesempurna yang mbak Bella maksud, mungkin susah banget, bahkan nggak bisa dilupain, dek. Aku aja susah banget ngelupain Kevin!" Ujar livy serius.

"Bentar! Bella beneran suka sama suami orang?! Ini real kah?!" Tanya Revan.

"Nggak tau, cuman dia yang tau!" Kata Sabrina malas, agak tersinggung dengan tatapan Bella barusan.

"Biarin, itu urusan mbak Bella. Kayaknya nggak mungkin deh, dia suka sama suami orang. Bisa jadi orang lain, yang single." Kata livy berpikir positif.

"CK! Ammar sialan! Sesempurna apa sih dia? Sempurna darimananya coba? Otak selangkangan gitu, celap celup sana-sini gitu! Apanya yang sempurna! Itu mah kekurangan" Gerutu lucky menonjok lututnya, geram menyalahkan ammar. Ia percaya, sangat percaya pria yang dicintai Bella adalah Ammar.

"Sabar bang! Sabar! Jangan nuduh-nuduh orang dulu! Siapa tau bukan dia" Revan bangkit, duduk disebelahnya, merangkul pundak sang Abang yang tengah mengamuk.

"Apanya yang bukan dia sih? Jelas-jelas gue lihat pake mata kepala sendiri, lor. Dia tadi mau diajak nikah sama si Ammar-ammar brengsek." Oceh lucky sengit, membuat yang lain terdiam.

*

*

Sesudah magrib.

"Weh, kita pulang dulu ya! Bye! Bebepcu!" Centil livy cipika-cipiki dengan Sabrina, lalu Eva melakukan hal yang sama.

"Bang lu ngapain masih diambang pintu? Mau nginep?" Tanya Revan melihat lucky bersandar dipintu.

"Yoi! Mau nemenin Bella!" Jawab lucky.

"Apaan sih kamu! Saya saja mau pulang!" Ketus Bella melenggang pergi setelah berpamitan dengan Sabrina.

Lucky terperangah sesaat, langsung berlari menyusul Bella, menarik lengannya.

"Lepasin lucky! Kamu ini ngeselin banget sih!" Ucap Bella membentaknya.

Lucky melepaskannya begitu saja. Tubuh Bella terhuyung seketika. Ia menjerit hampir jatuh, namun tangan kokoh menangkapnya, menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

Aksi itu membuat Sabrina, livy, Eva dan Revan mematung ditempat dengan mata membulat sempurna, kaget tanpa bisa disembunyikan.

Lucky memeluknya erat-erat, mengusap kepalanya, penuh kekhawatiran dan kelegaan. "Kamu nggak apa-apa, bel!"

Bella membuka matanya. Kepalanya terangkat. Netra abu-abunya bertemu dengan manik cokelat gelap lucky, penuh kehangatan dan ketulusan yang nyata. Namun, Bella tetap merasa hampa—tak ada getar, tak memiliki rasa terhadapnya. Biasanya kebanyakan wanita bakal baper, minimal terbawa perasaan, meski kecil. tapi tidak dengan Bella. Jangankan baper, terbawa perasaan saja tidak. baper nggak, ilfeel iya.

Cekrek!

"Mantep nih fotonya!" Celetuk Sabrina, eva dan Revan memotret adegan tersebut.

Bella buru-buru mendorong dada lucky. Bukannya berterima kasih, ia malah memukul lucky dengan tasnya, mengomeli pria itu yang seenaknya memeluknya. Lucky mendengus kesal. Ekspektasinya selalu saja jauh dari realita yang ia bayangkan. Ia kira bella akan luluh saat dipeluk, berterima kasih, bersikap baik atau bonus-bonus ngasih kiss dipipinya. Namun itu semua hanya angan-angan indahnya saja.

"Ini semua gara-gara kamu, arghhh! Kan dijadiin profil grup!" Kesal Bella menampar pipi lucky, kesal.

Lucky melongo, mengusap-usap pipinya. Tamparan itu tak terasa secara fisik, tapi sangat menusuk kedalam hati.

"Hapus gak!" Pinta Bella.

"Lah, saya aja bukan adminnya! Kenapa minta sama saya? Suruh Raka tuh. Cuman dia sama almarhum Arhan admin grupnya!" Protes lucky jengkel.

Bella menginjak kaki lucky kesal, lalu melonggos pergi.

Lucky menggulum senyumnya, gemas dengan wanita idaman Ammar itu.

"Bella! Saya anter!" Kata lucky segera membuka pintu mobilnya.

"Saya pulang sendiri!" Kata Bella menunggu jemputan diluar mansion.

Lucky menatap sekitar, suasana tampak gelap namun masih terlihat semburat Oren tipis. tak ada orang. Jalanan ini cukup sepi, karena milik arhan. Bangunan hanya ada satu didaerah sini, yaitu mansion pria itu.

"Saya antar saja! Kamu nunggu jemputan kan? Mending kamu sama saya saja. Saya mah orang yang kamu kenal. Kalo mereka kan orang-orang asing, nanti kalau kamu kenapa-kenapa atau terjadi hal anu gimana?" Cerocos lucky memaksa.

"Jangan maksa lucky! Saya gak mau pulang sama kamu. Emang kamu kira saya gak pernah naik mobil pesanan? Sudah sering, tapi saya gak kenapa-kenapa tuh!" Lama kelamaan Bella geram sendiri dengan pria pemaksa ini.

"Ngebantah Mulu kamu, semisalnya kamu beneran kenapa-kenapa nanti gimana, bella?" Khawatir lucky gemas.

"Ngapain kamu khawatirin saya! Saya gak butuh!" Bella membuang mukanya, matanya terarah ke jalanan, menunggu jemputan.

"Sana pergi!" Usir Bella tanpa menoleh.

"Sini ikut!" Lucky menggendong Bella ala brydal style dan menurunkannya dikursi mobil.

"Arggghhhhh. Lucky— kamu maksa banget sih! Saya gak mau naik, keluarin saya! Buruan!" Teriak Bella memukul kaca mobil yang telah tertutup.

"Saya gak mau ngelepasin kamu!" Lucky masuk dan nutup pintu, menoleh sembari menyeringai.

Bella menelan ludahnya ketakutan. Mata lucky sungguh berbeda, seperti ingin menerkamnya diam-diam.

"Mau ngapain kamu?" Bella menahan wajah lucky dengan tangannya.

"Pakein kamu seat beltnya, Bella. Kamu kira saya mau merk*s* kamu ya? Maaf! Maaf! Saya gak semesum itu!" Oceh lucky menarik seal beltnya, memgaitkannya.

tangannya tak sengaja menyentuh benda keny*l ditubuh Bella membuat suasana hening seketika.

Bella terpaku, wajahnya terkejut. lucky menelan ludahnya, gugup. benda itu masih terasa jelas, empuk, membekas dibenaknya.

"Ka-"

"Ge-gede!" Gugup Lucky. Pikirannya kemana-mana, sungguh besar benda itu. Ia berfantasi l*ar, bagaimana jika meny*ntuh, mer*mas dan meng*g*tnya. Wah, sungguh nikmat. Tanpa terasa air liur lucky ngeces, tumpah.

"M*sum! Mesum! Laki-laki brengsek! Hiks!" Bella menangis, memukuli kepala lucky dengan tasnya.

Lamunan lucky Buyar, air liurnya tersedot kembali. Ia meringis pelan, "sa-saya nggak sengaja mbak! Suer!" Ujarnya dengan pipi memerah, kembali duduk, membiarkan Bella yang meraung-raung dalam mobil, menggerutuinya.

Lucky yang tak tahan lagi mendengar tangisannya, segera menyetel musik. Volumenya dibesarkan. Bella mengusap air matanya, ia menjambak rambut lucky, meminta mematikan musik, terganggu. Lucky mendesis kesal, mengacak-acak rambutnya sendiri, sakit banget jambakannya. Musiknya dimatikan, suasana hening kembali, hanya deru nafas yang terdengar satu sama lain.

'gimana kalau dia ngejambak gue pas itu ya?' batin lucky liar. Membangkitkan sesuatu dibawah sana, membuat celan*nya sesak.

"Kamu ngapain kekontrakan, lucky! Saya kan minta anterin kerumah!" Oceh Bella ngamuk setelah turun dari mobil, menatap kontrakan sederhana didepannya.

"Marah-marah melulu kamu itu, Bella. Mana Manggil saya gak ada embel-embel masnya. Saya ini lebih tua loh dibanding kamu! Hargai saya yang tua!"

"Pantesan tua udah aki-aki toh. Haus kehormatan. Maaf ya Ki!" Ejek bella mengatupkan tangannya, memasang wajah pura-pura menyesal.

"Aki-aki?" Lucky melongo, tak menyangka. Setua ini kah dia?

"Iya Ki. Kamu kayak aki-aki, lucky." Cibir Bella mengejek.

"Seganteng ini dibilang aki-aki! Hellow! Bella mata kamu buta ya? Picek? Gak bisa bedain mana yang aki-aki dan pria tampan?" Tanya lucky memutar bola matanya.

"Dih! Pede banget! Ganteng dari mananya! Biasa aja gitu! Nggak menarik!" Sinis Bella, tak tertarik. Baginya, benar-benar tak menarik sama sekali, bukan typenya. Satu-satunya pria yang pantas disebut tampan hanyalah arhan saja, selain arhan tak ada lagi. Ya, Arhan bukan hanya tampan dimatanya saja, tapi sudah diakui seluruh dunia. wanita mana yang tidak tertarik dengan pria tampan itu? Apalagi arhan menduduki pria tertampan nomor urut 1  didunia, sempurna dari segala arah—puncak tertinggi. Siapa yang bisa menolak pesonanya? Bahkan Bella sendiri terjerat dengan pesona adik iparnya itu.

Fyi: Lucky berada di nomor 3.

"Emang cewek aneh! Orang-orang bilang saya ganteng gini!" Gerutu lucky tak habis pikir.

"Mereka doang, bukan saya. Dimata kamu saya aki-aki. Jadi, stop narsis ki" Bella menekankan dengan nada kesal.

"Dimata aki-aki ini, kamu gadis cantik yang pengen saya t1kam pake t1t**!" Ucap Lucky, sedetik kemudian ia membekap mulutnya, keceplosan.

Bella terperangah. "Kamu kurang ajar! Sudah melecehkan perempuan!" Teriaknya menggebu-gebu. Ia tahu kemana arahnya. Tak bodoh, tak lugu.

"Eh, pak RT!" Alih lucky melambaikan tangannya, seolah menyapa pak RT.

Bella menoleh. "Mana pak RT? Gak ada juga!" Katanya mengerutkan kening, tak menemukan pak RT yang dipanggil lucky.

"Tadi ada pak RT! Dia nyapa saya!"

Sepertinya lucky mulai stress setelah mendapatkan penolakan berulang kali. Pikir Bella sangat yakin, meliriknya malas.

"Bella, kamu masuk kerumah dulu! Tadi pak RT, manggil saya!" Titah lucky.

"Masuk aja sendiri! Saya mau disini!" Geleng Bella, menolak.

"Jangan bebal Bella! Kamu ini lama-lama saya gigit juga loh!" Gemas lucky.

"Apaan sih kamu! Sok asik banget!" Ketus Bella.

Sungguh nyelektik, Lucky sakit hati, namun ia mencoba biasa saja. "Masuk nggak!"

"Nggak!"

"Masuk atau saya masukin!" Tekan lucky.

"Hah?"

"Gak usah mikir jorok! Masuk rumah! Bukan masuk sarang!" Lucky menyentil dahi Bella pelan.

"Siapa yang mikir mesum!" Tak terima dituduh dan disentil, Bella membalas, memukulnya balik dengan tas.

"Hadeh! Cewek-cewek! Mukul pelan, balesnya kenceng!" Lucky hanya bisa bersabar.

"Kamu yang salah!"

"Iya, iya. Saya yang salah. Bella cantik! Imut! Gemesin! Pengen banget saya Telen hidup-hidup kamu tuh!" Greget lucky, terkekeh geli.

"Seriusan! Kamu terlalu Sok asik banget jadi cowok! Gak lucu!"

Tawa lucky lenyap. "CK! Sono masuk!" Alih lucky nyeri ke ulu hati, menunjuk pintu kontrakan.

Malas berdebat. Bella manut, menghentakkan kakinya dan masuk kedalam kontrakan, meninggalkan lucky yang juga menghilang entah kemana.

"Lucky. Saya minta minum ya!"

"Iya, ambil asja Bella"

Bella berbicara sendiri seolah-olah ia sedang meminta izin dengan lucky. Gadis itu menuangkan air dan minum.

Disisi lain, lucky berkumpul dengan para warga, termasuk sesepuh dan juga RT setempat.

"Ini uangnya bapak-bapak ibu-ibu, pemuda dan pemudi!" Lucky membagikan uang-uang ratusan ribu sebanyak 2 lembar pada masing-masing orang yang mengantri, mengambil uang yang diberikan dengan senyum sumringah dan mengucap terimakasih.

"Jadi kalian cukup grebek saya dan dia dikontrakan. Seolah-olah kami telah melakukan itu, lalu nikahkan saya dengan dia!" Usul lucky. Inilah ide gila dan ekstrim dari Tama.

Warga setempat mengganguk, memberikan acungan jempol pertanda patuh dan siap. Lucky kembali membahas rencananya. Dirasa cukup, ia pamit pergi pada mereka yang tersenyum sumringah. Gini doang mah gampang, pikir mereka bahagia.

"Harusnya anak saya aja yang dinikahin sama dia. Kapan lagi kan punya mantu tajir melintir?" Kata ibu-ibu.

"Enak aja! Anak Saya lah. Anak saya kembang desa. Cantik. Bisa tuh mepetin dia sampe dapet. Habis tuh nikah, jadilah keluarga kita, keluarga kaya dan terpandang didunia." Sahut ibu-ibu lain halu.

Sementara itu, lucky masuk kedalam kontrakan. Pandangannya langsung menangkap Bella yang duduk, menggunyah makanan. Matanya langsung tertuju padanya.

"Maaf!" Ucap Bella merasa tidak sopan.

"Makan aja! Bel. Gak usah ngerasa gak enakan. Lanjut lagi. Mau saya ambilin kue? HM?" Perhatian lucky namun tidak membuat Bella baper.

"Gak usah!" Bella jaga image.

Lucky mengulas senyum, duduk disebelahnya. Segera Bella beringsut, jaga jarak. Tapi lucky tak tinggal diam. Ia terus-terusan bergeser hingga mentok, Bella terpojok.

"Kamu mau ngapain?" Tanya Bella deg-degan.

"Bella, boleh lihat wajah kamu?" Lucky kepalang.

"Jangan kurang ajar kamu!" Bella mencoba bangkit, risih.

Lucky menahan tubuhnya, mengunci pergerakannya. Bella menjerit-jerit ketakutan.

"Bella, kamu kenapa nolak-nolak saya terus? Hm? Kamu tau nggak, penolakan dari kamu tadi, ngebuat hati saya sakit! Sakit banget" Lucky mengungkung tubuh Bella, menindihnya diatas disofa kayu itu.

Hembusan nafas lucky memburu, menerpa wajahnya. Bella memejamkan mata. Jantungnya berpacu cepat. Rasa panik dan Ketakutan menguasai dirinya. Jeritannya pecah, terdengar frustasi meminta pertolongan pada siapa saja.

Lucky menatapnya, matanya memerah. Dadanya bergejolak. "Nggak ada yang bisa nolongin Kamu sekarang, Bella." Seringai lucky," Kamu sudah menyakiti perasaan saya Bella. Kenapa kamu Setega itu sama saya? Apa Salah saya sama kamu? Hah?"

"Lepas! Hiks... Kamu brengsek!" Bella terisak kecil, tubuhnya gemetar ketakutan.

Lucky tak menjawab, ia menatap kain yang menutupi wajah cantik Bella. Perlahan, tangannya terulur, menyibakkan cadar tersebut.

Lucky terpana melihat wajah cantik Bella yang tampak begitu damai, matanya menelusuri setiap inci paras gadis itu yang begitu putih, glowing, sangat cantik dan indah.

Sabrina versi pondok— kalau kata raka.

"Luc-" ucapan Bella terpotong.

"Cantik sekali...." Dengan tangan gemetar, ia menyentuh pipi Bella, mengelusnya, penuh kelembutan.

Jantung Bella seolah berhenti berdetak. Air matanya tumpah begitu saja. Ia menangis dalam diam, pikirannya kacau tak karuan. Aksi lucky sungguh menyayat perasaannya.

"Kamu indah, sayang. Sangat indah." Ucap lucky tulus, jempolnya mengusap-usap bibir ranum Bella.

Bella terbelalak melihat wajah lucky yang begitu dekat.

Cup!

Lucky mencium bibir bella dengan hati-hati, lembut, seperti menyalurkan sesuatu didalam dirinya.

Namun, bukannya bahagia, Hati Bella justru hancur saat bibirnya dicium oleh lucky. Tubuhnya membeku, Matanya berkaca-kaca. Hatinya menjerit-jerit penuh penyesalan, frustasi, kehinaan, dan kesakitan yang tak terelakan. Bella tak ridho first kissnya diambil oleh seseorang yang tak diharapkannnya, dengan cara haram pula.

Amarah Bella memuncak kala lucky melumat bibirnya dengan cara liar. Matanya memanas, penuh ketidak ikhlasan. Ia langsung mendorong tubuh lucky sekuat tenaga, lucky terhempas kasar, kaget. Tak puas sampai situ, segera Bella memukulinya bertubi-tubi, menjambak rambutnya, menampar pipinya secara kasar, bahkan mencakar lengannya sekuat tenaga hingga cairan merah mulai merembes keluar. Teriakan Bella benar-benar pecah dengan air mata yang terus mengalir deras membasahi wajahnya yang dipenuhi amarah, jijik, rasa ketidak relaan atas tubuhnya yang selama ini ia jaga, kini ternoda paksa. Lebih tepatnya, Bella tak Sudi menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki yang tak dicintainya.

"Bella, saya tidak sengaja! Saya khilaf. Saya janji akan menikahi kamu atas tanggung jawab saya!" Ringis lucky mencekal pergelangan tangan Bella dengan lembut, tatapannya penuh penyesalan.

Bella menatapnya dengan mata penuh luka dan ketidak terimaan. "Saya nggak ikhlas! Saya ikhlas menyerahkan tubuh saya sama kamu, meskipun sudah menikah!"

Kalimat itu sukses menghantam perasaan lucky. Menghancurkan harapannya, niat baik dan ketulusan hatinya. Sungguh, tadi lucky benar-benar khilaf.

“Aku nggak ikhlas ciuman pertamaku diambil orang yang nggak aku harapin! Dan Kamu sudah rampas yang seharusnya jadi milikku dengan paksa. Nikah juga nggak akan menghapus dosa kamu di hatiku. Aku benci kamu, Lucky!" Teriak Bella meledak-ledak.

Lucky menatap sendu kearahnya. "Bella jangan berbicara seperti itu..... Saya memang tidak pernah diharapin sama kamu. Tapi saya nggak peduli. Meskipun kamu benci sama saya. Saya gak masalah. Yang penting kamu baik-baik saja."

Bella tak luluh, justru semakin benci dengan laki-laki itu.

"Ka-"

"Ada apa ini?"

"Mereka berzina dikampung kita!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!