Kiran adalah seorang gadis berusia 34 tahun yang sudah menyandang gelar perawan tua dihadapkan pada 2 pilihan, menikah dengan Aslan yang sudah memiliki istri atau tetap menjadi simpanan mantan kekasihnya yang sudah lebih dulu menikah.
Antara cinta dan hidupnya sendiri, mana yang akan Kiran perjuangkan?
✍🏻 revisi typo dan pemberian judul bab 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Aku berangkat kerja dulu ya, boleh tidak?" tanya Aslan yang mencoba mencairkan suasana.
Maya tak menjawab, hanya mengangguk kecik didalam dekepan.
"Sayang, kenapa kamu jadi seperti ini? Mana Maya ku yang selalu ceria dan berpikrian positif?" ucap Aslan lembut, ia melerai pelukan dan memgecup sekilas bibir Maya.
"Kalau mbak Kiran hamil, kamu tidak akan berubah kan Mas?" tanya Maya sambil menatap sendu.
"Kamu tidak percaya padaku?" jawab Aslan sekaligus bertanya.
Maya terdiam, bingung.
"Sayang, sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini. Tapi sepertinya tetap harus aku katakan, sebelum kamu semakin jauh berpikir yang macam-macam ..."
"Aku, kamu, Kiran kita bertiga hanyalah pemeran dan Allah yang menggariskan semuanya. Awal kita menikah kita tidak pernah sekalipun terpikir akan berakhir seperti ini. Tapi kuasa Allah terus berjalan hingga akhirnya aku berpoligami. Tiap keputusan selalu kita ambil berdua dengan Allah sebagai landasannya ..."
"Jadi jangan beratkan hatimu sendiri dengan pemikiran-pemikiran yang tidak jelas, itu hanya akan menambah beban ..."
"Ihklaskah, serahkan semuanya kepada Allah, terima dan syukuri apa yang menjadi milik kita hari ini ..."
"Kiran adalah orang yang dikirimkan Allah bukan hanya untukku, tapi juga untukmu. Ambilah yang baiknya dan buang jauh-jauh yang tidak baik ..."
"Aku tidak ingin kamu kembali membanding-bandingkan diri dengan Kiran, itu hanya akan menjadi penyakit hati sayang."
Maya menangis, entah kenapa jadi begini? ia juga tidak tahu kenapa kini hatinya begitu membenci.
"Maafkan aku Mas." lirih Maya.
Lagi, Aslan menarik dan mendekap istrinya erat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah kepergian Aslan, Maya kembali masuk ke dalam rumah.
Tak mendapati sang ibu mertua, ia akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.
Maya duduk di meja rias dan memperhatikan pantulan dirinya didalam sana.
"Mungkin aku iri karena mbak Kiran lebih cantik daripada aku, meskipun usianya lebih tua, tapi semua orang pasti mengira jika ia lebih muda dariku." gumam Maya.
Diperhatikannya terus wajah tirus putih pucat itu. Ia lalu membuka hijabnya dan langsung terlihat dengan jelas tulang selangka yang begitu menonjol diatas dada.
Diam-diam, selama ini Maya tertekan. Pihak keluarga memang tak menuntut agar ia segera hamil. Tapi omongan para tetangga dan teman-temannya membuat ia hilang kepercayaan diri.
Tak bisa membahagiakan suami, mandul, bukan wanita yang sempurna.
"Benar kata mas Aslan, harusnya sekarang aku mengihklaskan semuanya kepada Allah. Juga menerima mbak Kiran dengan sepenuh hati." desisnya lagi.
Ya, kini Maya mencoba memantapkan hati. Kini ia akan coba untuk menerima semuanya.
Mengubur semua rencana yang ia buat selama ini.
Mulai menerima Kiran secara utuh, bukan hanya untuk mengambil anaknya.
"Bantu hamba ya Allah, bantu hamba untuk meredam semua rasa iri hati ini."
"Maafkan hamba ya Allah, maafkan atas kesalahan hamba selama ini."
Astagfirulahalazim, astagfirulahalazim.
Terus, Maya beristigfar didalam hatinya. Mencari ketenangan hatinya sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kiran ditempat kerja.
Semua orang dibuat heran saat melihat kedatangan Kiran dihari pertama kerja setelah menikah.
Sang supervisor yang dikenal cantik dan seksi ini mendadak menggunakan pakaian tertutup rapat. Meskipun masih memperlihatkan lekuk tubuhnya tapi ini sudah termasuk perubahan yang begitu ketara.
"Suami kamu kuat banget ya Ran, istri udah dua tapi tidak ada capek-capeknya." tanya Agung saat Kiran sudah duduk di kursi kerjanya. Duduk tepat disebelah Agung, karena meja mereka memang berdampingian.
Kiran sales supervisor 1 dan Agung sales supervisor 2. Di dealer ini ada 5 supervisor.
"Kamu ngomong apa sih? nggak ngerti aku." jawab Kiran acuh, dan dia memang tak mengerti maksud Agung.
Si Agung malah terkekeh, merasa lucu sendiri. Ia sudah membayangkan tubuh Kiran yang dipenuhi stampel kemerehan hasil karya sang suami.
"Ganas." timpal Agung lagi sambil terkikik.
Kiran mengelengkan kepalanya, Aneh! pikirnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jam 4 sore, Aslan dan Kiran pulang. Aslan lebih dulu sampai di rumah karena tempat kerjanya memang lebih dekat.
Maya menyambut kedatangan sang suami dengan wajah yang berseri. Apalagi sehabis shalat ashar tadi, ia menyempatkan membaca Al-Qur'an, kini hatinya benar-benar tenang.
"Maya ku sudah kembali," ucap Aslan sambil menatap wajah sang istri. Maya tersenyum, malu-malu.
Masih berdiri di teras rumah, dilihatlah oleh mereka berdua mobil Kiran yang mulai memasuki halaman rumah.
Mengetahui jika sang madu datang, May melerai pelukannya pada sang suami.
Ia menyambut kedatangan Kiran dengan senyuman.
Dengan susah payah, Kiran mencoba keluar dari dalam mobil. Ia membawa 3 kantong belanjaan ditangannya.
Mengetahui sang istri yang kesusahan, Aslan sedikit berlari dan membantu Kiran.
"Mbak beli apa? kenapa banyak sekali?" tanya Maya heran saat Aslan dan Kiran sudah berdiri tepat dihadapannya.
Kiran tersenyum sumringah, lalu menjelaskan semua yang ia beli.
Kiran membeli beberapa susu program hamil dengan rasa yang ia suka, ia juga membelikan susu itu untuk Maya. Kiran juga membeli beberapa bahan makanan yang biasa ia makan, sayur-sayuran, juga daging merah.
Maya tersenyum, sejurus kemudian ia mensyukuri tindakannya yang mulai menerima si Madu.
Benar kata mas Aslan, segala sesuatunya itu tergantung pemikiran kita. Jika aku terus menganggap mbak Kiran buruk maka selamanya akan seperti itu dan sebaliknya. Batin Maya.
"Ayo masuk." Ajak Maya dan mereka bertiga masuk dengan beriringan.
Maya dan Kiran ke dapur untuk memberekan beberapa belanjaan itu sementara Aslan langsung ke kamar.
"Mbak, maaf ya tentang semalam?" ucap Maya, mereka berdua berdiri dihadapan lemari pendingin yang terbuka.
Memasukkan beberapa bahan makanan.
"Semalam?"
"Iya, tentang makan malam," jelas Maya dan Kiran tersenyum.
"It's oke, lagipula aku sudah melupakannya." jawab Kiran jujur.
Keduanya terus berbincang membicarakan banyak hal. Bahkan Kiran menyarankan Maya untuk mulai perawatan diri. Kata Kiran, dengan merawat diri kita akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih.
"Kamu harus mulai banyak makan buah May, biar kulitnya lembab alami dan segar," ucap Kiran, ia memberikan seporong buah apel yang sudah ia kupas.
"Cemilannya diganti ini," ucap Kiran lagi, sambil mengangkat buah apel yang ada ditangan kirinya.
Maya tersenyum, mendadak seperti mendapatkan seorang kakak perempuan baru.
Sedikit menyesal, kenapa tak dari dulu ia menerima Kiran.
Keduanya lalu memakan buah apel bersamaan. Maya yang biasanya tak begitu menyukai buah, kini memakan dengan lahap.
"Ran, kamu belum shalat ashar kan? shalat dulu sana." ucap Aslan yang tiba-tiba datang, ia sudah rapi, sudah mandi dan memakai baju rumahan.
"Oh iya, lupa." Kilah Kiran sambil cengir kuda, lalu pergi begitu saja meninggalkan keduanya.
Maya dan Aslan saling tatap, lalu sama-sama terkekeh merasa lucu.
adanya iya meranaaa