NovelToon NovelToon
Tears Of Loss

Tears Of Loss

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Duda / Cintapertama
Popularitas:216
Nilai: 5
Nama Author: HM_14

Setelah Lita putus asa mencari keberadaan Tian, suaminya yang tidak pulang tanpa kabar, Lita tidak tahu harus kemana dan bagaimana agar bisa mencukupi kebutuhan hidup karena tidak bisa bekerja dalam kondisi hamil, tetapi juga tidak bisa melihat anak sulungnya kelaparan.

Di ujung keputusasaan, Lita bertemu Adrian, pria yang sangat ia takuti karena rasa sakit dan kekecewaan di masa lalu hingga membuatnya tidak mau bertemu lagi. Tetapi, Adrian justru bahagia bisa bertemu kembali dengan wanita yang bertahun-tahun ia cari karena masih sangat mencintainya.

Adrian berharap pertemuan ini bisa membuat ia dan Lita kembali menjalin hubungan yang dulu berakhir tanpa sebab, sehingga ia memutuskan untuk mendekati Lita.

Namun, apa yang Adrian pikirkan ternyata tidak seindah dengan apa yang terjadi ketika mengetahui Lita sudah bersuami dan sedang mencari keberadaan suaminya.

"Lita, jika aku harus menjadi suami ke-duamu, aku akan lakukan, asalkan aku bisa tetap bersamamu," ucap Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HM_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perdebatan Konyol

Tapi Adrian tidak mau terlihat patuh di hadapan Lita maka, jika Lita memberi syarat untuk pernyataannya, ia juga harus memberi ancaman jika Lita tidak mau menjawab pertanyaannya.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau memberitahu namamu, aku bisa laporkan kamu ke polisi?"

Lita langsung memasang wajah terkejut sekaligus heran. "Kenapa lapor polisi? Memangnya aku salah apa?"

"Percobaan pencurian."

"Percobaan pencurian?" Pekik Lita.

"Iya."

"Memangnya aku mencuri apa? Sejak pertama aku datang ke sini satu bulan lalu, aku tidak pernah mencuri apa pun."

Dari jawaban Lita barusan, Adrian sudah mengetahui berapa lama Lita ada di rumahnya hingga ia semakin ingin mencari jawaban dari perdebatan yang ia rasa konyol ini. "Aku bilang percobaan pencurian, bukan pencurian. Jadi sampai detik ini kamu memang tidak mencuri, tapi satu bulan lalu aku yakin kamu sudah berniat mencuri sesuatu di rumahku yang dimulai dari dapur."

Lita menghela nafas kesal sambil tersenyum sebal. "Bukankah malam itu sudah aku katakan, aku hanya minum."

"Apa ada saksi dan bukti yang menunjukkan kamu hanya minum di dapur?"

"Saksi dan bukti memang tidak ada, tapi aku memang benar-benar hanya ingin minum malam itu."

"Mana ada pencuri yang mau mengaku."

Lita menghentakkan kaki beberapa kali karena kesal dengan ucapan Adrian, tapi tidak bisa ia luapkan.

Adrian malah tersenyum gemas melihat tingkah kekanak-kanakan Lita saat kesal

"Tuan, meskipun aku miskin dan berasal dari desa, ibukku tidak pernah mengajarkan aku untuk mencuri. Termasuk sebelum dia mengajakku untuk tinggal di sini. Dia selalu mengingatkan aku untuk mengerjakan pekerjaanku dengan baik dan jangan pernah berniat mencuri barang-barang orang lain."

Dari ucapan Lita barusan, Adrian dapat mengetahui bahwa ia adalah anak dari salah satu ART di rumah ini hingga ia menemukan cara untuk mencaritahu namanya tanpa harus bertanya jelas.

"Memangnya apa yang ibumu katakan sebelum mengajakmu tinggal di sini?"

"Ibuku bilang, Lita, ingat perkataan Ibu baik-baik, jika sudah tinggal di rumah Nyonya Maya kamu harus bekerja sebaik mungkin, bersikap sopan pada semua tuan rumah. Jangan banyak berinteraksi apa lagi berkomunikasi dengan tuan rumah jika tidak terlalu penting dan jangan pernah mencuri barang apa pun milik tuan rumah!"

Dari jawaban ini, kini Adrian tahu siapa nama Lita hingga ia tidak penasaran lagi lalu pergi begitu saja.

Lita melempar selang yang sejak tadi ia penggan untuk menghentikan langkah Adrian. "Tuan, kenapa pergi begitu saja?"

"Memangnya aku harus apa?"

"Setidaknya beritahu dulu kalau Tuan tidak jadi melaporkan aku ke polisi."

Ide untuk memanfaatkan kepolosan Lita langsung muncul ketika matanya fokus pada bibir tipis itu. "Baiklah, aku tidak akan melaporkanmu pada polisi, tapi ada syaratnya."

"Apa?"

Adrian langsung memajukan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. "Beritahu aku bagaimana gaya pacaran wanita di desa."

Lita memundurkan wajahnya karena takut Adrian mencium tiba-tiba.

Dari tindakan Adrian barusan, Lita merasa Adrian pria yang tidak sopan pada wanita hingga ia memilih mengambil selang lalu pergi meninggalkan Adrian.

"Dasar mesum!" umpat Lita sambil berjalan cepat."

Adrian tersenyum tanpa mengalihkan tatapan dari Lita.

Dari obrolan ini Adrian tertarik dengan Lita hingga ia berkali-kali selalu mendatangi Lita sembunyi-sembunyi setiap kali Lita sedang mengerjakan pekerjaan sebagai ART.

Lita yang awalnya takut dan risih selalu di ganggu Adrian saat bekerja, lama-kelamaan menjadi terbiasa dan nyaman dengan segala gurauan, berdebatan lucu, kebaikan, dan perhatian yang Adrian berikan.

Tok ... Tok ....

Lamunan Lita buyar ketika mendengar suara ketukan pintu.

"Selamat siang Nyonya Lita," sapa si perawat yang membawa nampan berisi makan siang untuk Lita.

"Siang," balas Lita ramah.

"Waktunya makan siang." Si perawat menaruh nampan yang ia bawa ke meja di samping Lita duduk.

"Terima kasih, sus."

"Sama-sama. Selamat menikmati."

"Ya." Lita kembali tersenyum ramah.

"Aku permisi, Nyonya." Si perawat langsung berbalik badan lalu berjalan sambil merogoh kantung seragamnya untuk mengambil HP lalu memfoto Lita diam-diam sebelum menutup pintu.

Lita tersenyum melihat makanan yang perawat itu berikan karena teringat sebaik apa Adrian dulu sampai akhirnya menyakiti dan membuang dirinya. Dari makanan itu pula sebuah ide terlintas di pikirannya.

"Mau bagaimana pun kebaikanmu sekarang, aku tidak akan tertipu lagi, Adrian," ucap Lita.

Lita menyadari untuk sekarang-sekarang ini ia dan Dava memang tidak akan bisa lepas dari Adrian karena ia paham betul seberapa egoisnya Adrian jika menginginkan apa yang dia miliki. Ditambah lagi Adrian sudah tahu semua keadaan dan kesusahan ia saat ini. Bahkan, tahu detail keadaan dan usia janin dalam kandungannya, sehingga ia berpikir untuk menikmati kebaikan Adrian tapi jangan sampai lengah seperti dulu.

Selain itu ia juga tidak ingin terlalu susah dalam segi ekonomi selama Tian belum pulang hingga ia memutuskan untuk bersikap baik pada Adrian, paling tidak sampai Tian pulang lalu pindah ke luar kota.

"Dari pada aku menyia-nyiakan semua yang kamu berikan, lebih baik aku menikmati tanpa ada kepercayaan pada setiap kebaikanmu sedikit pun," ucap Lita pada makanan di sampingnya, seolah makanan itu adalah wajah Adrian.

Lita mengambil nampan yang berisi makanan dan buah itu ke pangkuannya lalu menyuap penuh semangat.

••••••

Begitu tiba di rumah sakit, Adrian langsung menuju ke ruangan di mana Arlan sedang menunggu atas permintaannya. Ia berjalan dari parkiran rumah sakit sampai ke ruangan Arlan dengan Dava tertidur pulas di gendongannya.

"Anak siapa itu?" tanya Arlan tepat saat Adrian membuka pintu ruangan.

"Sssttt, pelankan suaramu," pinta Adrian berbisik karena takut suara Arlan mengganggu tidur Dava.

Adrian perlahan menurunkan Dava di brangkar pasien yang ada di ruangan agar tidur Dava semakin nyenyak karena ia ingin mengobrol banyak dengan Arlan.

"Dia anak siapa?" tanya Arlan lagi dengan suara pelan ketika Adrian sudah duduk di depannya.

"Dia Dava—anak Lita."

"Anak Lita?" tanya Erlan tak percaya.

"Iya, anak Lita."

"Kamu menculiknya?" tuduh Erlan.

"Tentu saja tidak, Bodoh!" elak Adrian kesal.

"Lalu kenapa dia bisa bersamamu?"

"Lita sedang dirawat di rumah sakit ini, jadi tidak ada yang menjaga Dava selain aku. Itu sebabnya aku bawa dia ke mana pun."

"Aku pikir kamu menculik anak Lita demi mendapatkan cintanya lagi."

"Aku tidak segila itu."

"Lita sakit apa sampai harus dirawat?"

"Tiga hari lalu dia pingsan karena dehidrasi parah tepat saat aku datang ke rumahnya, jadi dia aku bawa ke rumah sakit ini agar bisa bertemu denganmu tanpa membuat janji"

Erlan mengangguk paham dengan penjelasan Adrian.

"Ada apa memanggilku ke sini?" tanya Adrian langsung ke intinya karena ingin cepat-cepat menemui Lita.

"Pemotor itu tidak ada perkembangan sedikit pun sampai saat ini, baik dari detak jantung atau organ lainnya, jadi teman-temanku tidak bisa mengambil tindakan operasi sampai sekarang."

"Kenapa bisa tidak ada perkembangan?"

"Kemungkinan besar pusat masalahnya karena pembengkakkan di kepala yang tidak juga ada perubahan hingga terus merusak Reticular Activating System atau bagian otak yang bertanggung jawab untuk membuat seseorang tetap sadar. Jika pembengkakkannya saja tidak ada perubahan, maka kecil kemungkinan pasien bisa sadar."

"Apa ini berarti pemotor itu tidak ada kemungkinan untuk hidup lagi?"

"Aku tidak bisa mengatakan dengan pasti pemotor itu tidak bisa hidup lagi atau bisa sadar kembali dalam waktu dekat, karena kondisinya tidak ada penurunan, tapi juga tidak ada perkembangan."

Adrian diam karena benar-benar fokus mendengarkan penjelasan Arlan. Ia tidak banyak bertanya ini-itu agar obrolan cepat selesai.

Setengah jam lamanya perbincangan Adrian dan Arlan berlangsung, setelah itu keduanya keluar dari ruangan dan berjalan ke tujuan masing-masing.

Adrian tiba di kamar tempat Lita dirawat pukul setengah sepuluh malam. Ia membuka pintu dengan perlahan karena berpikir Lita pasti sudah tidur. Namun begitu masuk, ia melihat Lita masih berdiri di dekat jendela dengan wajah menghadap ke luar.

Adrian memilih menidurkan Dava dulu baru setelah itu mendatangi Lita.

Adrian berjalan lalu berdiri di belakang Lita. "Kenapa belum tidur?" tanyanya khawatir.

1
AcidFace
Tidak sabar lanjut baca
Hoa xương rồng
Serius, ceritanya bikin aku baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!