NovelToon NovelToon
Tears Of Loss

Tears Of Loss

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Duda / Cintapertama
Popularitas:815
Nilai: 5
Nama Author: HM_14

Setelah Lita putus asa mencari keberadaan Tian, suaminya yang tidak pulang tanpa kabar, Lita tidak tahu harus kemana dan bagaimana agar bisa mencukupi kebutuhan hidup karena tidak bisa bekerja dalam kondisi hamil, tetapi juga tidak bisa melihat anak sulungnya kelaparan.

Di ujung keputusasaan, Lita bertemu Adrian, pria yang sangat ia takuti karena rasa sakit dan kekecewaan di masa lalu hingga membuatnya tidak mau bertemu lagi. Tetapi, Adrian justru bahagia bisa bertemu kembali dengan wanita yang bertahun-tahun ia cari karena masih sangat mencintainya.

Adrian berharap pertemuan ini bisa membuat ia dan Lita kembali menjalin hubungan yang dulu berakhir tanpa sebab, sehingga ia memutuskan untuk mendekati Lita.

Namun, apa yang Adrian pikirkan ternyata tidak seindah dengan apa yang terjadi ketika mengetahui Lita sudah bersuami dan sedang mencari keberadaan suaminya.

"Lita, jika aku harus menjadi suami ke-duamu, aku akan lakukan, asalkan aku bisa tetap bersamamu," ucap Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HM_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebakaran

Di Minggu sore ini ketiganya lagi-lagi saling bercanda ceria dalam perjalanan pulang. Lita dan Adrian terus tertawa mendengar celotehan lucu Dava yang terus menceritakan keseruannya selama menginap. Bahkan sosok tak kasat mata yang duduk di sampingnya pun ikut tertawa karena senang mendengar cerita keceriaannya.

"Kita sudah sampai!" seru Dava ketika mobil Adrian berhenti di depan rumahnya.

Adrian bergegas membuka pintu lalu mengitari mobil untuk membukakan Lita pintu.

"Hati-hati," ucap Adrian ketika melihat Lita agak kesulitan turun dari mobil karena perut yang semakin membesar.

Setelah Lita turun dari mobil, Adrian membukakan pintu untuk Dava lalu ia membuka pintu bagasi dan mengambil semua oleh-oleh yang dibeli selama liburan.

Adrian berjalan menyusul Lita dan Dava ke dalam rumah lalu menaruh oleh-oleh yang ia bawa di lantai.

"Aku pulang sekarang, ya," pamit Adrian.

Lita dan Dava menatap Adrian berbarengan karena terkejut dengan ucapannya. "Pulang sekarang?" tanya keduanya kompak.

Adrian tersenyum dengan kekompakan keduanya lalu menjawab, "Iya, pulang sekarang."

Dava langsung memeluk kaki Adrian lalu memasang wajah sedih "Jangan pulang dulu, aku masih ingin bersama Om Adrian," pintanya.

"Maaf, untuk sekarang aku harus buru-buru pulang," balas Adrian sambil mengusap-usap kepala Dava.

"Kenapa Tuan itu buru-buru pulang? Apa tidak mau istirahat dulu di sini?"

"Ini hari Minggu. Sejak tadi Lucy terus mengirim chat, menyuruh aku cepat pulang, jadi aku harus pulang ke rumah Mamaku untuk menemui dia."

Lita juga bersikap manja dengan memeluk satu tangan Adrian lalu menyandarkan kepala di lengannya. "Aku ingin Tuan Dokter istirahat sebentar di sini."

Sikap Lita dan Dava seperti ini bukan baru hari ini saja Adrian rasakan. Satu bulan terakhir keduanya memang sering seperti ini jika Adrian ingin pulang, tapi mereka masih ingin ditemani.

Adrian menghela nafas berat karena jika sudah seperti ini, ia tidak bisa lagi menolak. "Kalian ingin aku temani di mana? Di sini atau di kamar?"

Lita dan Dava kompak menunjuk ke arah kamar.

"Ya sudah." Adrian berjalan dengan kedua tangan digandeng Lita dan Dava.

Sungguh, momen-momen seperti ini yang membuat Adrian semakin ingin memiliki Lita dan Dava sepenuhnya karena merasa sangat disayangi.

Begitu tiba di kamar Lita duduk di tepi kasur dengan kaki ia luruskan sedangkan Dava langsung menarik tangan Adrian untuk sama-sama berbaring di kasur.

Ketika akan berbaring, Adrian melihat Lita kesulitan membungkuk untuk memijit kedua betisnya yang terasa pegal hingga membuat ia berinisiatif untuk memijitnya.

"Tuan mau apa?" tanya Lita ketika melihat Adrian memegang kedua kakinya.

"Kamu berbaring saja, biar aku yang memijitmu."

Lita ingin menolak karena ia merasa tidak sopan jika Adrian harus memijit, tapi ia membutuhkan pijatan itu karena kakinya benar-benar pegal maka, ia memilih berbaring sesuai perintah Adrian.

"Dava, pijat kepala Mama agar bisa benar-benar rileks," perintah Adrian meskipun ia tahu pijatan Dava tidak akan terasa sedikit pun di kepala Lita.

"Iya, Om." Dava langsung bangun lalu mendekati Lita untuk memijat kepalanya.

Saat seperti ini, lagi-lagi ketiganya terus saling berceloteh yang mengundang gelak tawa hingga Adrian lupa Lucy sedang menunggunya di rumah Maya.

••••••

Lita terbangun dari tidur ketika merasa ada yang membelai kepalanya hingga ia menoleh untuk melihat siapa yang membelai.

"Mas Tian? Kamu sudah pulang?" tanya Lita sambil beranjak bangun karena tak percaya orang yang ia rindukan sudah ada di depan mata.

Tian hanya tersenyum tanpa bicara apa pun.

"Kamu ke mana saja, Mas? Kenapa baru pulang sekarang?"

Tian tidak menjawab pertanyaan Lita malah balik bertanya. "Kenapa kamu selalu merindukan aku?"

Kening Lita berkerut heran mendengar pertanyaan yang ia yakin Tian tahu jawabannya.

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Apa kamu tidak mau menyambut cinta lama yang sedang mendatangimu?"

"Maksudnya?" tanya Lita bingung.

"Biarkan perasaanmu pada cinta itu mengalir apa adanya agar cinta itu bisa menghilangkan kerinduanmu padaku."

"Mas aku semakin tidak mengerti perkataanmu, Mas. Cinta mana yang Mas maksud?

Tiba-tiba Lita batuk sambil memejamkan mata karena menghirup sesuatu yang membuat nafasnya sesak.

"Uhuk ... uhuk ...."

Ketika membuka mata kembali

Lita melihat Tian sudah tidak ada depannya yang ada seluruh kamar sudah dikelilingi asap tebal.

"Mas Tian!" panggil Lita sambil mengedarkan pandangan. "Kamu di mana?"

"Uhuk ... Uhuk ...." Lita kembali batuk karena asap yang semakin banyak masuk ke kamar.

Lita beranjak bangun untuk keluar kamar dan melihat dari mana asap ini berasal. Namun, baru saja membuka pintu, ia langsung melihat kobaran apa sudah membakar sebagian gorden dekat pintu dan seluruh dapurnya sudah dipenuhi api.

"Kenapa rumahku bisa terbakar?" tanya Lita bingung.

Lita kembali masuk ke kamar untuk melihat jam di HP yang bulan lalu Adrian belikan.

"Jam satu pagi!" pekik Lita.

Seketika Lita panik mau meminta tolong pada siapa karena ia yakin semua tetangganya masih tertidur pulas. Ditambah lagi api hanya membesar di dalam rumah, hingga ia yakin para tetangganya belum ada yang tahu kebakaran ini.

"Aku harus cepat keluar!" ujar Lita sambil mengedarkan pandangan dan berpikir cara keluar dari sini. "Aku sudah tidak bisa keluar dari pintu depan," ujarnya semakin panik.

"Uhuk ... Uhuk ... Mama," panggil Dava sambil meraba kasur karena berpikir Lita masih ada di sampingnya.

Tatapan Lita terhenti ketika melihat jendela kamarnya. "Hanya itu satu-satunya jalan untuk aku keluar!" ujarnya.

Lita mengabaikan panggilan Dava karena kembali mengedarkan pandangan untuk mencari benda yang bisa memecah kaca.

••••••

Tidur Adrian terganggu ketika berkali-kali mendengar suara ketukan kaca pintu dari balkon kamarnya. Awalnya ia mengabaikan ketukan itu, tapi semakin ia mengabaikan, ketukan itu semakin kencang hingga ia kesal lalu beranjak bangun untuk memarahi orang yang menganggu tidurnya.

Adrian menggeser pintu penuh emosi sambil membuka mulut untuk memarahi orang yang menggangu tidurnya, tetapi ucapan tertahan ketika tidak melihat siapa pun di balkon.

"Siapa yang mengetuk pintu?" gumam Adrian sambil mengedarkan pandangan.

Ketika mengedarkan pandangan, Adrian melihat kobaran api dari salah satu rumah yang bisa ia lihat dari balkon. Rumah itu memang sangat jauh darinya, tapi ia tahu titik tepat rumah itu karena jika sedang rindu pemilik rumah itu, ia sering menatap atap rumahnya dari kejauhan.

"Bukankah itu rumah Lita?" ucap Adrian lalu melangkah maju ke pagar pembatas untuk melihat lebih detail hingga ia tidak yakin tidak salah lihat. "Benar, itu rumah Lita." Adrian langsung berbalik masuk ke kamar dengan berlari ke luar sambil meraih kunci mobil yang ada di atas meja nakas.

Adrian berlari cepat menuruni tangga bahkan langkah lebarnya bisa melewati tiga anak tangga sekaligus karena benar-benar khawatir dan panik.

Brak

Adrian memukul setir ketika menunggu gerbang terbuka lebar yang ia rasa sangat lambat di waktu yang sedang terburu-buru seperti ini.

Begitu pintu pagar sudah terbuka lebar, Adrian langsung menginjak pedal gas dalam-dalam lalu melaju menuju rumah Lita.

Jarak dari rumah Lita dan Adrian jika di tempuh dengan waktu normal hanya sekitar lima belas menit, tapi karena kepanikan, Adrian bisa tiba di rumah Lita hanya dalam waktu tujuh menit. Bahkan ketika akan melewati tikungan ia seperti men-drive mobilnya karena tidak mau memakan banyak waktu hanya untuk berbelok.

Saat tiba di rumah Lita, Adrian melihat Lita sedang berbaring di rumput dan dikerumuni warga yang di dominasi wanita karena para warga laki-laki sibuk memadamkan api dengan menyiram, sedangkan Dava menangis di samping Lita.

Adrian langsung menghampiri Lita dan baru melihat luka sobek di betis Lita yang cukup panjang dan mengeluarkan banyak darah.

"Tuan, rumahku terbakar," adu Lita ketika Adrian berlutut di sampingnya.

Sedangkan Dava langsung memeluk Adrian sambil menangis lalu mengadu. "Om, kaki Mama berdarah."

Adrian tidak bertanya ini-itu karena melihat luka dan darah di kaki Lita pikirannya langsung mengatakan Lita harus segera diobati hingga ia langsung menggendong Lita ke mobilnya.

"Dava, ke mobil sekarang!" perintahnya ketika sudah menggendong Lita.

Dava mengikuti perintah Adrian dengan patuh tanpa berhenti menangis karena terlalu mengkhawatirkan keadaan Lita.

Begitu mobil Dava melaju, sosok tak kasat mata yang sejak tadi ada di dekat Dava langsung tersenyum karena bisa membuat rumah Lita terbakar.

"Tuan, tolong obati Dava. Sejak tadi dia batuk terus karena menghirup asap," pinta Lita ketika mobil Adrian melaju.

Adrian menggenggam erat tangan Lita. "Jangan khawatir, aku pasti akan mengobati kalian berdua."

Sepanjang perjalanan Lita terus merintih kesakitan karena tidak kuat menahan rasa perih di kakinya. Sepanjang jalan pula Adrian terus menggenggam tangan Lita sambil sesekali mencium karena tidak tega mendengar rintihan kesakitan dan batuk Dava yang terus menerus.

••••••

1
AcidFace
Tidak sabar lanjut baca
Hoa xương rồng
Serius, ceritanya bikin aku baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!