Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prasangka
Beberapa hari sejak Josh mengakui perasaannya pada Anaya, mereka berdua kini terlihat lebih bahagia walaupun terkadang wajah Anaya tampak tertekan.
"Aku turun lebih dulu, sepuluh menit kemudian, kau baru boleh turun. Oke, Josh?" titah Anaya suatu hari saat Josh mengantarnya ke kantor.
Josh hanya menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya, kan, tidak masalah, Sayang. Toh aku asisten pribadimu, wajar saja kalau kita turun dari mobil yang sama."
Namun, Anaya bersikeras. Dia menggeleng cepat. "No, ya! Aku tidak mau menimbulkan kecurigaan setitik pun di kantor. Tidak, sampai kau resmi bercerai."
Seperti kata Jane saat Anaya meminta pendapatnya tentang ungkapan cinta Josh. "Boleh saja, sih kau menerimanya, tapi kau akan merasa seperti seorang selingkuhan. Apa kau kuat?"
Saat itu, Anaya berpikir cukup panjang sampai akhirnya dia mengangguk. "Kurasa aku akan kuat dan sanggup. Jadi, apa aku terima saja?"
"Terserah. Kau yang menjalani dan kau juga yang akan merasakan dampaknya, Nay. Aku hanya mendoakan yang terbaik untukmu," kata Jane lagi dengan bijak.
Setelah mempertimbangkan segala faktor resiko dan keuntungan menerima Josh, akhirnya Anaya mencapai keputusan bulat.
"Aku mau menjadi kekasihmu, Josh. Tapi, ...!" Anaya mempertegas kalimatnya. "Kita tidak boleh terlihat mesra di keramaian. Kalau kita mau jalan, kita harus ke luar kota. Tidak boleh di kota ini! Deal?"
Josh mengerutkan keningnya. "Aku merasa pernyataanmu ini bukan ingin menjadi kekasih. Lebih kepada partner bisnis. Tapi, baiklah, aku setuju dengan idemu itu. So?"
Wajah Anaya bersemu kemerahan saat itu dan dia mengangguk senang. "So, kita resmi menjadi sepasang kekasih mulai hari ini."
Begitulah kisah Anaya dan Josh yang akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih.
Sejak saat itu, Anaya benar-benar melindungi privasi hubungan mereka.
Tidak ada bergandengan tangan, tidak ada rangkulan mesra, tidak ada senyum atau tatapan penuh cinta di kantor, tetapi debaran yang mereka rasakan semakin kencang.
Terkadang mereka mencuri waktu hanya untuk sekedar bergandengan tangan di lift atau berciuman singkat-sangat singkat-saat mereka hanya berdua di ruangan.
Tak ada yang mencurigai gelagat mereka, kecuali Robert.
Pria itu memerhatikan Putrinya dan Josh sejak Jack Scout mengatakan kalau mereka saling mencintai.
"Apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan di antara mereka?" tanya Robert pada asistennya.
Namun, si asisten menggeleng. "Tidak ada, Tuan. Mereka seperti biasa."
Kata biasa dari asisten bukan melegakan Robert. Pria itu justru semakin curiga. Tidak biasanya seorang Anaya bertindak "biasa".
"Hmmm, awasi terus. Perketat pengawasanmu, jangan sampai lengah sedetik pun! Anakku itu tidak mungkin biasa, karena dia luar biasa. Kalau dia biasa, itu akan aneh dan pasti ada sesuatu yang terjadi," kata Robert sambil berpikir keras.
Tiga hari belakangan ini, Anaya memang tidak tinggal bersamanya dan memilih tinggal di apartemen pribadi miliknya.
Itu pula yang membuat Robert gelisah. Dia terus memikirkan ucapan Jack. Anaya jatuh cinta pada Josh, suami orang.
"Bisa cepat mati kalau begini! Tolong ajak Anaya untuk makan bersamaku! Ah, tidak! Aku akan ke ruangan putriku sendiri!" Robert berjalan dengan cepat mendahului asisten pribadinya.
Setibanya di ruangan Anaya, ruangan itu tampak kosong. Jantung Robert berdetak cepat saat Leona mencegatnya masuk.
"Selamat siang, Tuan White. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Leona sopan.
Robert menggerakkan giginya kesal. "Aku mau bertemu putriku! Kenapa kau melarangku masuk? Lagi pula, gedung ini milikku!"
Leona menundukkan kepalanya. "Saya sangat mengetahui itu, Tuan. Tapi, Nona White sedang ada rapat dengan klien."
Tak mau percaya begitu saja, Robert mengintip dari celah jendela kaca. Semenit kemudian, dia menyesal karena telah memerintahkan untuk menambahkan kaca film di setiap ruangan direksi saat mendesign gedung tersebut.
"Aarrggh! Aku tidak bisa melihat putriku!" desisnya geram. Lalu, dia kembali menatap Leona. "Kau yakin dia ada di dalam sini?"
Leona mengangguk. "Ya, Tuan."
"Bersama siapa? Josh Grebel, apa ada di dalam juga?" tanya Robert lagi.
Hatinya mencelos saat Leona kembali mengangguk. "Ya, Tuan. Di dalam ada empat orang, termasuk di dalamnya Josh Grebel dan putri Anda."
Robert menggerutu. "Putriku! Putri kesayanganku!"
Leona yang berjarak tidak jauh darinya, mengerutkan kening. "Apa ada masalah, Tuan?"
"Boleh aku bertemu putriku sekarang? Sebentar saja," pinta Robert memohon.
Karena merasa iba, Leona akhirnya masuk ke ruangan dan berbisik di telinga Anaya.
Tak lama, Leona keluar dan menemui Robert kembali. "Tuan, silakan masuk."
Robert segera masuk dan melupakan wibawanya sebagai pemimpin utama White Companies.
Dia memeluk Anaya tanpa memedulikan klien penting yang sedang rapat bersama putri tercintanya itu.
"Putriku, apa kau baik-baik saja, Nak? Apa ayahmu ini kurang memberikan waktu untukmu? Maafkan, Daddy!" Robert mengacak-acak rambut Anaya dengan gemas.
Anaya tak tahu apa yang terjadi. Dia berbisik di telinga Robert. "Dad, aku sedang rapat."
Untuk sepersekian detik, Robert terpaku. Dia melepaskan peran ayah dan merapikan jas serta dasinya.
"Ehem! Maafkan saya karena saya terlalu emosional. Di mana Josh Grebel?" Robert mengedarkan pandangannya dan matanya bertemu dengan mata Josh yang duduk di sudut ruangan.
Di tempat seharusnya dia duduk. Lalu, dia berjalan ke arah Josh dan menggenggam tangan pria itu. "Kau orang kepercayaanku, jangan khianati kepercayaanku, Josh!"
Josh mengerenyit, lalu melirik Anaya singkat dari sudut matanya. Mereka berdua saling mengangkat bahu karena tak tahu apa yang tengah terjadi.
"Silakan, lanjutkan rapat kalian. Maaf, aku terlalu terbawa perasaan tadi. Sekali lagi, maafkan aku." Perlahan, Robert berjalan mundur dan keluar dari ruangan.
Saat sudah berada di luar, Robert menghela napas lega. Putrinya masih terlihat normal dan tidak tampak sedang jatuh cinta.
Sementara Robert sedang kebakaran jenggot karena kabar dari Jack, di lain tempat, Celline duduk termangu menatap langit.
Dia memegang selembar kertas di tangannya. Untuk kedua kalinya, Josh melayangkan gugatan cerai.
"Cell, saranku kau segera mengambil keputusan atas gugatan Josh," kata teman baik Celline yang bernama Agnis.
Celline membenamkan wajah di kedua lengannya. "Aku masih mencintai dia, Nis. Kuakui kesalahanku kemarin sudah melukai harga dirinya sebagai lelaki."
Wanita itu terisak. Setetes air matanya jatuh membasahi sofa tempat mereka duduk.
Agnis mengusap punggung Celline. "Kau sudah minta maaf?"
Celline mengangguk. "Sudah."
Lalu, tiba-tiba saja dia mengangkat wajahnya dan seperti teringat sesuatu. "Anaya White!"
"Kau tau, aku rasa hubunganku dengan Josh disusupi! Aku beberapa kali melihat Josh mesra sekali dengan atasannya," kata Celline lagi sambil menyipitkan matanya.
Dia menatap kertas gugatan itu dan berusaha menyambung-nyambungkan momen Josh dan Anaya.
"Ya, ini pasti karena gadis itu! Aku yakin sekali!" kata Celline dalam suara mendesis kasar sambil meremas kertas gugatan cerai yang digenggamnya.
***