Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Brakk!!!
Erlan membuka pintu kamar Vera dengan keras membuat perempuan yang tengah duduk ditepian ranjang sambil menelpon seseorang itu seketika berdiri berjingkat kaget.
Vera memutar badannya dan langsung menyembunyikan ponsel nya dibelakang tubuhnya, jari jemari nya dengan cepat langsung menekan tombol merah untuk mematikan sambungan telepon itu.
"M-mas Erlan..." ucap Vera terbata-bata gugup
Ia terkejut dengan kedatangan Erlan yang tiba-tiba saja sudah sampai dirumah sederhana yang Erlan sewakan untuk nya.
Erlan tak menyahut, ia berjalan pelan mendekati Vera dan berdiri dihadapan perempuan itu. Matanya menelisik kondisi tubuh Vera dari ujung rambut hingga kaki.
"Kau baik-baik saja?" tanya Erlan dengan alis yang terangkat sebelah
"Ya aku baik-baik saja mas". Jawab Vera pelan, ia masih berdiri kikuk dihadapan Erlan.
Mendengar itu, dahi Erlan mengernyit dalam dan alis nya semakin menukik tajam. "Bukankah tadi kau bilang terjatuh?"
Deg!
Vera yang mendengar itu, sontak terbelalak kecil. Ia mengigit bibir bawahnya seraya merutuki kebodohannya.
"Astaga sial! Aku lupa kalau tadi berbohong bilang terjatuh didepan rumah. Ya ampun Vera kau bodoh sekali..." rutuknya dalam hati
Vera tak langsung menjawab, ia menarik nafas pelan lalu berjalan mendekati Erlan dan merangkul lengan pria itu.
"Ya mas tadi aku memang jatuh terpeleset didepan rumah, perut ku memang sedikit terbentur tapi semua nya baik-baik saja. Mas lupa kalau aku ini perawat ? Aku bisa menangani semua nya sendiri, mas Erlan gak perlu khawatir". Jawab Vera berkilah, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Vera tau saat itu Erlan tengah pergi ke gedung pengadilan untuk mediasi dengan Selena. Tapi, ia berencana untuk mengagalkan mediasi itu dengan cara menelpon Erlan dan berpura-pura berbohong mengatakan jika ia jatuh terpeleset di depan rumah.
"Tapi aku tak yakin? Ayo kerumah sakit periksa". kata Erlan dengan tegas
Dengan cepat, Vera langsung menolak nya. "Eh gak perlu mas..Aku sama bayi kita baik-baik saja kok, tenang saja". Seraya mengelus-elus perut nya yang masih terlihat rata.
Erlan melirik kearah perut Vera lalu membuang nafas panjang.
Pikirannya tiba-tiba melayang pada Selena. Andai saja ia tidak mengkhianati Selena.. Andai saja ia tidak mundur karena perasaan insecure nya... Andai saja ia mau menghamili Selena seperti yang perempuan itu inginkan, pasti saat ini mereka berdua akan menjadi pasangan suami istri paling bahagia karena akan menantikan buah hati mereka.
Andai saja... Andai saja... Semua kalimat 'Andai' itu terus saja memprovokasi pikiran Erlan. Tanpa sadar tangannya terulur ikut mengusap perut Vera dengan lembut.
Vera yang melihat itu tersenyum hangat lalu berkata. "Aku bahagia banget bisa hamil anak mu, mas".
Mendengar suara Vera, seketika Erlan langsung tersadar dari lamunannya. Ia mendongak lalu dengan cepat menjauhkan tangannya dari perut Vera. Ekspresi wajahnya berubah datar dan dingin.
"Kau sudah makan ?" tanya Erlan datar tanpa menatap kearah Vera.
"Belum, aku nungguin kamu mas". Jawab Vera
"Kalau begitu makanlah, aku akan minta bibi memasak untuk mu". Kata Erlan lalu bersiap melangkahkan kakinya keluar.
Vera dengan cepat kembali menarik tangan Erlan, kemudian menyandarkan kepalanya dilengan pria itu. Tangannya terangkat menyentuh dada bidang Erlan, menggerak-gerakkan jarinya disana seolah tengah membentuk abstrak, berusaha menggoda Erlan.
Erlan langsung mencekal pergelangan tangan Vera menghentikan gerakan itu.
"Jaga sikap mu, Vera!" Tegur nya dengan tegas seraya menghempaskan kasar tangan Vera.
"Erlan, aku ini istri mu. Kenapa kamu berubah seperti ini?! Apa karena wanita mandul itu kau jadi dingin pada ku?" sentak Vera kesal
Erlan memutar sedikit badannya menghadap kearah Vera, pandangan matanya menatap tajam iris mata perempuan itu.
Dan, tanpa aba-aba Erlan langsung melayangkan tamparan dipipi kiri Vera.
Plak!!!
Tamparan itu terdengar sangat nyaring, kepala Vera sampai tertoleh kesamping dan pipinya terasa panas terbakar.
"Tutup mulut mu Vera! Selena tidak mandul!" bentak Erlan, tak suka jika ada yang mengatakan hal buruk tentang istrinya itu, lebih tepatnya mantan calon istrinya.
Vera menolehkan kepalanya seraya memegangi pipinya yang terlukis gambaran tangan Erlan. Ia balas tatapan Erlan dengan tak kalah tajam nya.
"Dia mandul mas, kalau tidak kau dan dia pasti sudah punya anak. Tapi, apa sekarang??? Kau justru memilih ku untuk bisa mengandung anak mu. Dengan begitu berarti SELENA MANDUL!!!" Vera menekan kalimat terakhirnya dan itu berhasil semakin membuat amarah Erlan tak terbendung lagi.
Erlan kembali melayangkan tamparan diwajah Vera, kali ini lebih keras dari sebelumnya.
Plakkk!!!
"Aaarrghh..." Vera meringis kesakitan, tubuhnya jatuh terjerembab diatas ranjang. Erlan dengan cepat langsung mendorongnya menarik leher Vera dan mencekiknya.
"Mulut mu ini apa perlu ku robek lalu ku potong lidah mu Vera Anjarwati??!!!" Desis Erlan tertahan, sorot matanya menatap Vera dengan pandangan gelap penuh amarah.
Vera menggeleng-gelengkan kepalanya seraya terus memukul-mukul tangan Erlan yang mencekik lehernya.
Ia sudah sangat kesulitan bernafas karena Erlan mencekiknya kuat. Bahkan, urat-urat ditangan Erlan pun terlihat menonjol.
"Kau tidak tau apapun tentang Selena!".
"E..eer..la..nn le..pass ..kan ak..uu", pinta Vera dengan suara yang terputus-putus, wajahnya sudah memerah dan nafasnya hampir habis.
Erlan yang melihat itu berdecih, ia semakin menekan cengkeraman tangannya dileher Vera membuat perempuan itu semakin membelalakkan matanya.
"Ku peringatkan pada mu Vera, jika bukan karena kamu yang menggoda ku lebih dulu mungkin sampai saat ini aku masih bersama dengan Selena. Kau ini wanita MURAHANN!!"
Erlan menekan kalimat terakhir yang ia ucapkan seraya melepas cengkeraman tangannya dileher Vera. Seketika itu, Vera langsung terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya.
Tanpa berkata apapun lagi, Erlan berbalik badan melangkahkan kakinya keluar dari rumah sewa Vera.
Melihat kepergian Erlan, Vera hanya bisa diam ,sorot matanya menatap punggung Erlan yang berjalan menjauh itu dengan tatapan tajam. Kedua tangannya terkepal erat.
"Erlan... Tunggu saja, aku akan membuat mu menyesal karena sudah memperlakukan ku seperti ini.. Dan, kau Selena!!! Aku akan membunuhmu!!!!"
"Aarrgghhh!!!!" Vera berteriak seraya mengacak-acak rambut panjangnya. Kemudian, ia meraih ponsel nya yang terjatuh dilantai saat Erlan menampar pipinya sampai membuatnya terjerembab diatas ranjang.
Dengan gerakan cepat, jari jemari Vera menggulir layar benda pipih itu mencari nomor telepon seseorang setelah menemukan nomor tersebut Vera segera mendialnya.
Tak butuh waktu lama, panggilan telepon pun terhubung. Terdengar suara seorang pria memanggilnya dengan mesra.
"Halo Vera ku sayang, ada apa hm?"
"Berhenti memanggilku dengan sayang, aku jijik mendengarnya!" Sentak Vera
Pria yang ada diseberang telepon itu justru terdengar meledakkan tawanya.
"Diamlah, Rafa aku butuh bantuan mu". Kata Vera dan seketika langsung menghentikan tawa pria itu.
"Katakan..."
.
.
.
Jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Terimakasih 🎀🌹
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang