NovelToon NovelToon
Demi Semua Yang Bernafas Season 2

Demi Semua Yang Bernafas Season 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi / Raja Tentara/Dewa Perang / Pulau Terpencil / Kultivasi Modern
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Yang Suka Action Yuk Mari..

Demi Semua Yang Bernafas Season 2 Cerita berawal dari kisah masalalu Raysia dan Dendamnya Kini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21

Bab 21

Setelah keluar dari restoran Trio Nation Bay, Osie mengantarkan Rangga ke Komplek Pondok Indah, tempat di mana Rangga dan Sisil Bahri dulu pernah tinggal. Kini, rumah itu dihuni oleh Togu dan Menik.

Rangga berencana menetap bersama mereka hanya untuk sementara waktu.

Ia masih menyimpan rasa terima kasih yang dalam pada Togu dan Menik — pasangan yang pernah menyelamatkan nyawanya saat ia berada di ambang kematian, sama seperti yang dilakukan Eldric di masa lalu.

Setelah berpisah dengan Osie, Rangga melangkah sendirian menuju kompleks perumahan itu.

Tak butuh waktu lama baginya untuk tiba di depan rumah yang sudah tak asing di matanya.

Pintu rumah tersebut terkunci dengan kode keamanan. Rangga masih mengingat kombinasi sandinya. Namun, sebelum ia sempat menekan tombol pertama, nalurinya menangkap sesuatu — ada lebih dari dua orang di dalam rumah.

Alisnya mengerut perlahan.

Seharusnya, di jam seperti ini, Togu masih berada di kantor — pekerjaan yang telah Rangga atur untuknya di Kota NewJersey. Sementara Menik biasanya sedang berada di universitas. Logikanya, rumah itu semestinya kosong.

“Mungkinkah ada pencuri?” gumam Rangga, ujung bibirnya menegang membentuk senyum samar.

Belum sempat ia bertindak, suara-suara dari dalam rumah terdengar jelas.

> “Menik, kamu pasti juga merindukan Ibu, kan?”

“Togu, apa maksudmu bicara begitu?”

Mendengar percakapan itu, Rangga langsung menyimpulkan: wanita yang ada di dalam rumah itu pasti ibu kandung Menik, mantan istri Togu. Namun ia tak tahu siapa namanya.

Wanita itu dulunya dikenal suka berjudi. Ia kerap meminjam uang dari berbagai aplikasi dan akhirnya terjerat utang besar. Karena ulahnya, Togu dan Menik pernah hidup miskin berkepanjangan. Ia benar-benar menjadi beban yang menghancurkan keluarga.

Padahal, penghasilan Togu sebenarnya tidak kecil. Tapi karena utang-utang sang istri, mereka bahkan kesulitan membeli daging untuk makan harian.

Jika bukan karena mereka menyelamatkan Rangga, lalu Rangga berhasil menangkap Otto, mungkin sampai sekarang hidup mereka masih terpuruk tanpa harapan. Semua penderitaan itu berakar dari keserakahan ibu kandung Menik. Setelah menimbun utang, wanita itu malah meninggalkan suami dan anaknya tanpa rasa bersalah.

Kini, setelah Menik dan Togu pindah ke tempat baru dan kondisi ekonomi mereka membaik, wanita itu tiba-tiba kembali muncul. Jelas tujuannya: ingin menikah lagi dengan Togu.

Hidup memang begitu — dunia selalu berpihak pada yang kaya.

Sama seperti yang dialami Rangga dan Noah, bahkan Vergas pun pernah terjebak di situasi serupa — tak mampu mengeluarkan uang, tak bisa menikah.

Kini, giliran Togu yang harus menghadapi kenyataan pahit yang sama.

Terlalu banyak perempuan di dunia ini yang hanya mau berbagi kebahagiaan, tapi enggan menanggung penderitaan.

Rangga memutuskan untuk tak langsung masuk. Ia menempelkan telinganya di dekat pintu, mendengarkan percakapan yang semakin memanas.

> “Aku tidak mau, ibuku sudah mati!” suara Menik terdengar bergetar.

“Menik, jangan bicara seperti itu pada ibumu! Ibu waktu itu juga sedang kesulitan,” sahut suara pria paruh baya.

“Togu, apa maksudmu diam saja seperti ini?”

> “Kamu mau Ayah bicara apa lagi?” bentak Menik. “Lihat rambut ayah yang sudah penuh uban! Kamu tahu nggak setelah kamu kabur dan meninggalkan utang, kami hidup seperti apa? Ayah diancam setiap hari, aku juga ikut diancam! Otto bilang dia mau menculik dan menjualku! Sekarang begitu lihat hidup kami mulai membaik, kamu datang mau kembali? Tidak mungkin! Aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai ibuku!”

Menik, yang selama ini dikenal lembut dan pendiam — gadis yang dulu merawat Rangga saat ia terluka — kini menunjukkan sisi yang belum pernah Rangga lihat. Kemarahannya bukan tanpa alasan. Luka yang ditinggalkan ibunya terlalu dalam untuk dihapus waktu.

> “Tapi aku ini ibumu!” ujar wanita itu dengan suara serak. “Menik, Ibu selalu merindukanmu. Ibu—”

> “Merindukanku?” potong Menik tajam. “Kamu pergi begitu lama, berselingkuh, meninggalkan kami. Nomor telepon ayah nggak pernah berubah! Kalau kamu benar-benar rindu, kenapa tidak menelepon sekalipun? Jangan bohong! Kamu cuma datang karena tahu kami sudah kaya!”

Menik lalu mengambil kartu bank dari sakunya dan melemparkannya di atas meja.

> “Kami menyelamatkan seseorang, namanya Rangga. Dia menyelamatkan aku dan Ayah, lalu memberiku kartu ini — kartu berlian dari Astra Bank. Kamu tahu apa itu? Ini adalah kartu dengan otoritas tertinggi mereka. Di dalamnya ada lebih dari dua ratus miliar! Kartu ini bahkan bisa mengatur dana ratusan miliar lainnya di bank. Tapi dengar baik-baik, aku nggak akan kasih kamu sepeser pun. Kamu bukan ibuku lagi!”

Dari balik pintu, Rangga menarik napas panjang.

Melihat seorang gadis yang dulu lembut kini berbicara sekeras itu, membuat dadanya sesak. Ia tahu, hanya penderitaan besar yang bisa mengubah seseorang sampai sejauh ini.

> “Haih…” wanita itu pun menghela napas berat. “Menik, Ibu tahu Ibu salah. Tapi kali ini Ibu terpaksa. Ibu lagi dikejar utang, ditipu oleh pria itu. Ibu nggak tahu harus ke mana lagi. Tolonglah, bantu Ibu bayar utang kali ini. Ibu janji nggak akan ganggu kalian lagi.”

Togu menatapnya tajam.

> “Orang memang nggak pernah berubah,” ucapnya datar.

> “Togu! Perhatikan kata-katamu!” suara seorang pria lain ikut campur. “Kamu dan adikku belum resmi bercerai. Artinya, semua harta ini masih milik bersama. Sekarang kamu pilih — biarkan dia kembali atau bantu bayar utangnya!”

Tiba-tiba terdengar bunyi klik.

Rangga menekan kode dan membuka pintu dengan tenang.

Semua kepala menoleh. Suasana langsung membeku.

Di ruang tamu, Togu duduk di sofa, sebatang rokok menggantung di jarinya, matanya dipenuhi tekanan. Menik berdiri di sampingnya, air mata menetes deras di pipinya yang merah.

Di seberang mereka, wanita paruh baya dengan riasan tebal dan pakaian modis menatap penuh cemas. Wajahnya masih cantik, tapi jelas tampak lelah dan murung. Di sampingnya, beberapa pria berdiri, salah satunya adalah paman Menik — sisanya jelas bawaan dari pihaknya.

Begitu melihat Rangga masuk, Menik langsung berlari dan memeluknya erat sambil menangis tersedu.

Rangga mengusap kepalanya pelan, mencoba menenangkan, lalu menatap pria yang tadi berbicara.

> “Siapa kamu?” tanya paman Menik dengan nada menantang. “Ini urusan keluarga kami, jangan ikut campur!”

Rangga memandangnya datar, lalu mengalihkan tatapannya pada wanita paruh baya itu. Suaranya dingin dan tajam saat berkata:

> “Ini Rumahku, Aku cuma akan bilang sekali — keluar dari rumah ini dalam tiga menit.”

Wah wah kira-kira ngaruh gak ya untuk orang yang otaknya sudah dihantui oleh nafsu ingin sesuatu? Tunggu bab selanjutnya ya..

Bersambung...

1
Was pray
ya memang Rangga dan raysa yg harus menyelesaikan permasalahan yg diperbuat, jangan melibatkan siapapun
Was pray
Rangga memang amat peduli sama orang2 yg membutuhkan pertolongan dirinya tapi tidak memikirkan akibatnya
hackauth
/Pray/ mantap update terus gan
Was pray
MC miskin mantaf ..
Was pray
Rangga. dalam rangka musu bunuh diri kah?
adib
alur cerita bagus..
thumb up buat thor
adib
keren ini.. beneran bikin marathon baca
Maknov Gabut
gaskeun thor
Maknov Gabut
ceritanya seru
Maknov Gabut
mantaff
Maknov Gabut
terima kasih thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!