NovelToon NovelToon
Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa
Popularitas:33.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.

Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?

Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.

Yuk, simak kisah mereka di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Acara amal

Dua hari setelah pesta ulang tahun Anita, suasana kantor Alexander Group terasa jauh lebih sibuk dari biasanya. Di meja-meja, tumpukan berkas, undangan, dan proposal proyek menumpuk seperti gunung kecil.

Namun di tengah hiruk pikuk itu, satu kabar besar beredar dari ruang rapat utama, Nadin Alexander, istri muda CEO, resmi dipercaya untuk mewakili perusahaan dalam acara amal nasional bertajuk Light of Hope Charity Event.

Acara besar itu diselenggarakan setiap tahun, dihadiri oleh pejabat, tokoh publik, dan para pemilik perusahaan papan atas. Tahun ini, tema besarnya adalah Pendidikan untuk Negeri. Dan yang lebih menarik acara tersebut akan dikerjakan bersama Mudi Corporation. Nadin menatap nama itu di proposal, matanya membulat kecil.

“Mudi … jangan bilang...” gumamnya. Gibran yang duduk di seberangnya hanya mengangguk perlahan, ekspresinya penuh makna.

“Ya, Nona Anita Mudi. Dia wakil utama dari perusahaan ayahnya.”

Seketika, Nadin menarik napas panjang. “Wah … ini bakal seru.”

Gibran terkekeh, “Seru atau berbahaya, tergantung gimana kamu menanggapinya.”

Siang itu, di ruang rapat utama, Nadin tampil dengan setelan formal warna putih gading, rambut diikat rapi, membawa map dan laptop. Semua staf sudah duduk, dan di ujung meja, Marvin Alexander, CEO muda yang duduk dengan tenang, menatap sang istri dengan senyum tipis penuh kebanggaan.

“Baik,” ucap Nadin membuka rapat, “Acara amal ini bukan hanya sekadar seremonial. Kita ingin menunjukkan kalau Alexander Group peduli pada masyarakat.”

Semua menatap fokus. Hingga pintu ruang rapat berderit pelan terbuka, dan seorang wanita masuk, langkahnya elegan, sepatu hak tinggi beradu dengan lantai marmer.

Anita mudi, wajahnya tampak tenang tapi matanya menyiratkan sesuatu yang tajam.

“Maaf terlambat,” katanya lembut, lalu duduk di kursi seberang Nadin.

“Lalu, siapa yang akan memimpin koordinasi di pihak Alexander Group?”

Marvin menjawab santai tanpa menatap Anita. “Istriku.”

Tatapan Anita seketika berubah, senyumnya tetap, tapi matanya membeku.

“Oh … begitu. Jadi, Nadin yang akan jadi kepala proyek?” Nada suaranya halus, tapi ada sentuhan sarkasme yang jelas.

Nadin tersenyum sopan. “Ya. Saya harap kerja sama ini bisa berjalan lancar.”

“Pastinya,” balas Anita manis, lalu melirik sekilas berkas di tangannya.

“Oh, tapi aku harap kamu sudah baca detail konsep acara kami. Tema utama dari Mudi Corporation adalah kelas dan kehormatan. Akan sayang kalau … ada bagian yang tidak sesuai dengan standar kami.”

Kalimat itu jelas sindiran, tapi Nadin hanya tersenyum lembut, lalu membalas dengan nada ringan,

“Tenang saja, Nona Anita. Saya sudah biasa menyesuaikan diri dengan standar tinggi … meski kadang yang tinggi belum tentu elegan.”

Beberapa staf langsung menahan tawa pelan. Anita tetap tersenyum meski jemarinya mengepal halus di bawah meja. Dari sudut ruangan, Marvin menatap istrinya dengan bangga.

'Itu dia … Nadin-ku.'

Sore harinya, Anita berjalan keluar dari gedung dengan langkah cepat, lalu menelepon seseorang. Suara wanita itu berubah lembut tapi dingin, “Kau sudah dengar siapa yang jadi kepala acara dari Alexander Group? Baik. Aku ingin semua pengiriman barang panggung dan catering untuk malam gala nanti … datang terlambat.”

Ia tersenyum tipis. “Kita lihat apakah istri kesayangan CEO itu bisa tetap bersinar tanpa persiapan sempurna.”

Di ujung sana, seseorang menjawab, “Baik, Nona Mudi.” Anita menatap pantulan dirinya di kaca mobilnya.

“Selamat datang di permainan yang sebenarnya, Nadin.”

Hari acara amal Light of Hope Charity Event akhirnya tiba. Gedung megah di pusat kota Jakarta sudah dihiasi lampu kristal yang berkelap-kelip, taman di depannya berubah jadi karpet bunga putih, dan banner besar bertuliskan,

“Alexander Group x Mudi Corporation for Education”

Tamu-tamu berdatangan dengan pakaian terbaik mereka. Wartawan, influencer, bahkan pejabat pemerintahan ikut hadir. Semua mata malam itu tertuju pada satu hal dua perusahaan besar yang bekerja sama untuk acara nasional. Namun, di balik gemerlap lampu, ada satu hal yang tidak diketahui banyak orang. Beberapa peralatan teknis yang seharusnya tiba pagi tadi belum datang.

“Bu Nadin, sound system belum sampai!” seru panitia panik.

“MC juga belum datang!”

“Catering telat satu jam, dan vendor dekorasi bilang mereka salah kirim lokasi!”

Nadin berdiri di tengah ruangan dengan wajah tetap tenang meski dalam hati bergemuruh. Ia tahu siapa dalangnya. Tapi malam itu Nadin memutuskan untuk tidak marah.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata mantap,

“Semua orang tenang. Kita ubah rencana.”

Beberapa staf menatap bingung.

“Ubah rencana, Bu?”

Nadin tersenyum. “Ya, kita jadikan acara ini lebih hangat. Ganti sistem besar itu dengan piano manual, kurangi dekorasi jadi minimalis elegan, dan makanan yang sudah datang atur jadi prasmanan dadakan. Kadang keindahan justru muncul dari ketidaksempurnaan.”

Asisten Marvin menatap kagum. “Ide yang cerdas…”

Dalam waktu satu jam, ruangan yang tadinya kacau berubah menawan. Dekorasi yang awalnya glamor kini jadi bernuansa soft white garden, lebih elegan dan terasa intim. Musik piano menggantikan sound system yang gagal, dan suasana justru terasa lebih hangat serta eksklusif. Ketika tamu-tamu mulai berdatangan, mereka tidak menyadari adanya kekacauan di balik layar.

Bahkan banyak yang memuji suasananya yang “lebih berkelas dan personal daripada biasanya.”

Dan di saat Anita datang dengan gaun mahalnya, ia terpaku. Rencana sabotase-nya gagal total. Ia mendekat ke arah Nadin dengan senyum kaku.

“Wah, aku nggak nyangka kamu bisa menanganinya dengan cepat. Kupikir kamu bakal panik.”

Nadin menatapnya dengan senyum yang nyaris tidak berubah.

“Oh, aku sempat panik kok … cuma aku sadar, kalau aku panik, yang senang malah orang lain.”

Ia mengambil satu gelas jus dan menatap Anita sambil menambahkan lembut,

“Lagipula, aku udah sering hidup dengan situasi darurat. Hidup serumah sama Marvin aja udah latihan sabar tiap hari.”

Marvin yang kebetulan lewat hampir tersedak minumannya, sementara beberapa tamu di dekat mereka menahan tawa. Anita hanya bisa memaksakan senyum. Acara dimulai dengan sambutan dari Tuan Alexander dan Tuan Mudi. Lalu giliran Nadin naik ke panggung untuk memberikan pidato pembuka. Ia tampil memukau dalam gaun putih sederhana, tapi sorot matanya tajam penuh keyakinan.

“Malam ini bukan tentang siapa yang lebih kaya, lebih besar, atau lebih berkuasa. Malam ini tentang siapa yang berani memberi tanpa pamrih. Karena membantu bukan hanya soal nama besar … tapi hati yang benar-benar tulus.”

Ruangan langsung sunyi.

Lalu tepuk tangan menggema keras, termasuk dari Marvin yang menatap istrinya dengan tatapan bangga bercampur kagum. Sementara Anita hanya bisa berdiri di sisi ruangan, wajahnya menegang, kalah dengan cara yang paling elegan dan menyakitkan.

Setelah acara berakhir, Marvin menghampiri Nadin yang tengah memeriksa laporan donasi.

“Sejujurnya,” ucap Marvin sambil tersenyum miring, “aku sempat takut kamu akan lempar kursi ke Anita tadi.”

Nadin melirik tanpa ekspresi. “Kalau bukan acara resmi, mungkin sudah kulakukan.”

Marvin tertawa pelan. “Kau luar biasa malam ini.”

Nadin mengangkat alis. “Kau baru sadar, Tuan Suami?”

Marvin menatapnya lembut, lalu meraih tangan Nadin, menggenggamnya erat.

“Sekarang aku benar-benar sadar … aku bukan cuma punya istri bar-bar. Tapi juga wanita paling cerdas dan kuat yang pernah aku temui.”

Wajah Nadin memerah, tapi ia pura-pura kesal.

“Berhenti gombal. Aku masih kesal kamu senyum-senyum waktu Anita datang.”

Marvin terkekeh. “Ah, jadi kamu masih cemburu?”

“Siapa bilang?”

“Kamu.”

“Enggak!”

Mereka saling tatap beberapa detik, lalu tertawa bersama di tengah ruangan kosong yang kini hanya tersisa cahaya lampu kristal.

1
Kasih Bonda
semangat Thor
Kasih Bonda
next Thor semangat
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
stress
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
emaknya malah ngajarin yg ge waras
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
setinggi apa itu
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
damar ato dimas?
Esther Lestari
Marvin kenapa kamu dengan mudahnya menerima minuman...kan bisa kamu menolak dengan tegas.
sum mia
aku bacanya geregetan banget , bego banget Marvin mau aja di kasih minum wine , jelas-jelas minuman memabukkan yang pasti akan buat dia oleng . semoga saja Nadin bisa mengatasi foto Marvin dan Anita yang mungkin akan tersebar di media .
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: ikut geregetan kan....
total 4 replies
Rokhyati Mamih
kok aku jadi jengkel ke anita murahan pisan ngga punya urat malu deh 🤭🤭
Lusi Hariyani
marvin km jg ceroboh bngt untung nadin wanita kuat
Teh Euis Tea
anita gagal lg ya mau ngerjain marvin, emang enak, udahlah anita jgn kejar trs marvin
Wulan Sari
lha sebel dmn2 cerita ada pelakor.....
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
Hary Nengsih
lanjut
Ucio
Anita stress Masih monitor,,capkede🤭🤭
sum mia
lampir satu ini kok masih ngotot aja , masih gak sadar juga . Anita.... Anita.... laki-laki didunia bukan hanya Marvin , kenapa kamu harus merendahkan diri sendiri hanya karena seorang laki-laki .
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: orang sirik kayak gitu mana bisa mikir positif , yang ada hanya ingin merebutnya saja .
total 2 replies
sum mia
betul kata Marvin....kamu gak perlu seperti mereka , cukup jadi diri kamu sendiri itu sudah sangat membanggakan .
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
eh .... masih ngeyel juga .... masih belum menyerah . kapan kamu sadar Anita.... lagi-lagi kamu gak akan bisa melawan Nadin Alexander . wanita yang kau anggap dari golongan rendah tapi nyatanya dia yang tampil tenang , elegan dan berkelas .
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
dan akhirnya....si Anita wanita yang sok berkelas dan elegan mundur walaupun mungkin masih menyisakan rasa iri dengki dihatinya . iri karena tidak bisa menggeser Nadin disisi Marvin .
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Ddek Aish
nggak nyerah juga si calon pelakor malah didukung maknya
Teh Euis Tea
ky lomba aj km anita blm menang, emang mau ngapain km jgn bikin hara2 deh km anita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!