NovelToon NovelToon
Kesempatan Kedua Sang Duchess

Kesempatan Kedua Sang Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: KazSil

Elena Ivor Carwyn hidup sebagai Duchess yang dibenci, dihina, dan dijadikan pion dalam permainan politik kaum bangsawan. Namun ketika hidupnya direnggut secara tragis, takdir memberinya kesempatan kedua kembali satu tahun sebelum kematiannya. Kali ini, Elena bukan lagi wanita naif yang mudah dipermainkan. Ia bertekad membalikkan keadaan, mengungkap pengkhianat di sekitarnya, dan melindungi masa depan yang pernah dirampas darinya.

Namun di balik senyuman manis para bangsawan, intrik yang lebih mematikan menanti. Elena harus berhadapan dengan konspirasi kerajaan, perang kekuasaan, dan rahasia besar yang mengancam rumah tangganya dengan Duke Marvyn Dieter Carwyn pria dingin yang menyimpan luka dan cinta yang tak pernah terucap. Di antara cinta, dendam, dan darah, Elena akan membuktikan bahwa Duchess Carwyn bukan lagi pion melainkan ratu di papan permainannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KazSil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali

Elena tersentak ketika tubuhnya ditarik kasar. Ia berbalik, dan pandangannya langsung bertabrakan dengan mata tajam Mervyn. Sorot mata pria itu menyala marah, rahangnya mengeras seolah menahan sesuatu yang hampir meledak.

Untungnya, lengan yang ditarik bukan lengan Elena yang terluka. Meski begitu, genggaman Mervyn terasa sangat kuat, jauh lebih kuat dibanding pria mabuk tadi begitu kuat hingga Elena merasakan dinginnya amarah yang mengalir lewat sentuhan itu.

“T-Tuan…” suara Myra tercekat, tubuhnya kaku di tempat. Wajahnya pucat pasi, ketakutan jauh lebih dalam daripada saat dikepung pria mabuk tadi. Aura Mervyn jelas berbeda ia bukan sekadar mengancam, ia menelan udara di sekitarnya hingga mencekik.

“Berani sekali kau keluar tanpa izin.” Nada suaranya datar, rendah, namun setiap kata menampar seperti cambuk. Matanya menyapu Elena dari ujung kepala sampai kaki, berhenti pada balutan perban di lengan yang tampak rusak dan berdarah kembali. Rahangnya mengencang.

Elena meringis pelan, wajahnya menegang akibat sakit dari genggaman kasar itu. Rasa perih di lengannya seperti menembus hingga ke tulang. Mervyn yang melihat ekspresi Elena sontak tertegun. Kedua matanya membelalak, seolah baru tersadar apa yang baru saja ia lakukan. Dengan cepat, ia melepaskan genggamannya.

Elena, meski sempat terkejut, tak menunduk. Tatapannya tetap terarah pada Mervyn, berusaha tegar sambil menyentuh lengannya yang terluka. “Aku hanya ingin berjalan-jalan… ini festival, aku belum pernah mengunjunginya.”

“Festival?” Mervyn mendengus, suaranya sarat amarah tertahan. “Apakah festival juga memberimu luka baru?!” lalu ia mendekat, jarak di antara mereka menyempit. Elena bisa merasakan napas panasnya yang mengandung bara emosi.

Myra ingin membuka suara, tapi lidahnya kelu. Ia hanya bisa menggenggam rok gaunnya erat-erat, berdoa agar Mervyn tidak meledak sepenuhnya.

Suara di sekitar festival seakan memudar. Lampion-lampion berayun pelan, cahaya hangatnya kini terasa dingin ketika bayangan amarah Mervyn menutupi keduanya.

Mervyn kembali menggenggam tangan Elena. Kali ini genggamannya berbeda bukan lagi kasar, melainkan lembut namun penuh kuasa. Suaranya terdengar tegas, tak memberi ruang untuk bantahan. "Kembali ke mansion. Sekarang."

Ia menuntun Elena dengan langkah cepat. Gerakannya begitu panjang dan mantap hingga Elena harus setengah berlari hanya untuk mengimbanginya, sementara Mervyn tetap berjalan dengan wibawa.

“T-tolong jangan terlalu keras pada Nyonya, Tuan…” ucap Myra cemas, melihat wajah Elena yang mulai kelelahan.

Mervyn menoleh sekilas, lalu memperlambat sedikit langkahnya. Namun genggamannya tak pernah terlepas dari tangan Elena.

Tak lama, mereka tiba di pelataran festival yang sudah mulai lengang. Di depan hanya ada beberapa ekor kuda tanpa kereta karena Mervyn meninggalkan mansion tergesa-gesa tadi.

‘Eh… bagaimana ini? Apa aku akan berkuda… bersama Mervyn?’ batin Elena, jantungnya berdebar.

Belum sempat ia menyiapkan diri, Mervyn tiba-tiba meraih pinggangnya dengan kuat lalu mengangkatnya ke atas pelana. Elena terkejut, wajahnya memanas. Ia bahkan belum sempat memprotes ketika Mervyn langsung naik ke belakangnya.

Tanpa membuang waktu, Mervyn menarik tali kekang kuda. Derap kaki kuda menghentak jalanan, membawa mereka melesat pulang.

Mansion Carwyn

Begitu suara kuda terdengar di halaman, para pelayan buru-buru keluar. Mereka berbaris menyambut Duke dan Duchess yang baru kembali.

Mervyn turun lebih dulu, lalu dengan hati-hati membantu Elena turun dari kuda. Setelah itu, tanpa menunda, ia langsung menuntunnya masuk.

"Panggil Alwen." Suaranya terdengar berat dan dingin.

“Baik, Tuan.” Kepala pelayan segera berlari, diikuti beberapa pelayan pria.

Mervyn menuntun Elena ke kamar pribadinya. Wajah Elena pucat, napasnya masih tersengal.

Tak lama kemudian, Alwen datang bersama kepala pelayan. Ia segera memeriksa lengan Elena, wajahnya mengerut tajam.

“Bagaimana bisa lukanya menjadi seperti ini?” tanyanya khawatir.

Elena diam. Bibirnya terkatup rapat.

“Katakan.” suara Mervyn terdengar tegas, nyaris seperti perintah. Namun Elena tetap bungkam.

Mervyn memalingkan wajahnya, tatapannya menajam ke arah Myra.

Myra langsung gemetar di tempatnya, merasakan tekanan itu. Ia akhirnya memberanikan diri membuka suara, menceritakan semua kejadian yang menimpa mereka di festival.

Semua orang yang mendengar sontak terkejut. Wajah-wajah mereka berubah pucat bagaimana mungkin Duchess hampir dilecehkan di tengah keramaian?

Mervyn mengertakkan rahang, amarahnya membuncah. Tatapannya menusuk Myra.

“Sudah berapa kali? Kenapa kau tidak bisa menjaganya? Keluarkan di—”

"Jangan salahkan Myra!" teriak Elena tiba-tiba, suaranya pecah.

Mervyn menoleh cepat. Elena menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

“D-dia juga korban…” isaknya lirih. Air mata mengalir di pipinya.

Semua mata pun beralih ke Myra. Baru saat itu mereka menyadari pakaian dan tubuh Myra pun berantakan, wajahnya basah oleh tangis.

Keheningan menekan ruangan.

Mervyn menarik napas berat, menahan gejolak amarah yang semakin membakar.

“Obati dia,” ucapnya datar.

Beberapa pelayan segera membawa Myra pergi.

Alwen kembali fokus mengobati Elena. Luka di lengannya terlihat parah, perban lama rusak, dan bekas cekalan tangan pria tadi masih jelas tertinggal. Elena menggigit bibirnya, menahan sakit sekaligus tangis yang nyaris pecah.

Mervyn berdiri di sisi ranjang, kedua tangannya mengepal kuat hingga buku jarinya memutih. Wajahnya menegang, bukan hanya karena amarah, tapi juga rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.

Setelah selesai mengobati, Alwen menatap Mervyn.

“Dia tertidur. Aku memberinya obat tidur. Sepertinya ia menahan syok cukup parah hingga tubuhnya melemah. Jagalah dia malam ini. Ada kemungkinan ia terbangun karena mimpi buruk.”

Mervyn hanya mengangguk, tatapannya tak lepas dari wajah Elena yang tertidur dengan lemah.

“Periksa lagi dia besok,” katanya singkat.

Alwen mengangguk lalu pergi.

Tak lama kemudian, kepala pelayan masuk dengan langkah hati-hati.

“Anda memanggil saya, Tuan?”

Mervyn duduk di kursi dekat ranjang, menatap Elena yang tertidur pulas. Suaranya rendah, dingin, penuh ancaman.

“Bungkam kejadian ini. Jangan sampai ada satu pun yang bocor. Cari tahu siapa para pelakunya dari pelayan Elena itu.”

Kepala pelayan menunduk dalam.

“Baik, Tuan.”

...

Setelah kepala pelayan pergi, kamar itu kembali hening. Hanya suara napas tenang Elena yang tertidur terdengar samar.

Mervyn duduk diam di kursinya, kedua matanya tak pernah lepas dari wajah istrinya. Pipi pucat itu, helai rambut yang menempel di keningnya, serta jemari yang sesekali menggeliat kecil dalam tidurnya.

Mervyn teringat jelas ucapan Elena.

“Karena alasan itu… kau nekat pergi keluar?” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Rahangnya mengeras, sorot matanya tetap menempel pada wajah Elena. “Kenapa kau tidak mencoba berbicara padaku… Elena?”

Ia menyenderkan kepala ke sandaran kursi, tubuhnya tampak letih, namun tatapannya sama sekali tak lepas dari istrinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!