Arshaka Sadewa dan Aksara Sagara adalah Bopo Kembar Desa Banyu Alas. Putra dari Bopo sebelumnya, yaitu Abimanyu.
Keberadaan Bopo Kembar, tentu menghadirkan warna tersendiri untuk Desa Banyu Alas. Dua pria yang mewarisi sifat Romo dan Ibunnya, membuat warga desa sangat menyayangi dan menghormati keduanya.
Bagaimanakah kehidupan Bopo Kembar ini?
Apakah mereka benar - benar bisa di andalkan untuk menjaga Desa Banyu Alas?
Jangan lupa untuk membaca Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades terlebih dahulu, agar bisa memahami jalan ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Perpisahan
"Aduh Maa Syaa Allah, ganteng - gantengnya anak Ibun." Puji Runi saat melihat putra kembarnya memakai setelan jas.
Hari ini adalah hari perpisahan siswa kelas tiga yang di adakan di Aula Sekolah. Wali murid pun diminta untuk menghadiri acara perayaan kelulusan Putra dan Putri mereka. Tentu saja, Abi dan Runi akan menghadiri perayaan kelulusan Putra Kembar mereka.
"Cuma aku yang gak di ajak." Lirih Ashoka dengan wajah di tekuk.
"Ashoka kan sekolah, Nak. Nanti saja sepulang sekolah, minta tolong Yanda antar ke Sekolah Mas, ya." Kata Abi yang membujuk putri bungsunya.
"Tapi aku gak boleh masuk, pasti suruh nunggu di luar." Sahut Ashoka yang masih saja merengut.
"Pagi - pagi kok udah drama sih, Dek. Nanti pulangnya di belikan es krim dan coklat deh." Bujuk Arsha.
"Beneran, Mas?" Tanya Ashoka dengan mata berbinar.
"Iya beneran, nanti di belikan Romo." Jawab Arsha sambil terkekeh.
"Kirain Mas yang mau beliin. Taunya minta ke Romo juga." Kata Abi.
"Yasudah, ayo berangkat. Romo antar ke Sekolah, sambil nunggu Ibun siap - siap." Kata Abi setelah Arsha berhasil membujuk Ashoka.
"Oke, Romo!" Jawab Ashoka yang kembali ceria. Ia berjalan dengan riang sambil menggandeng tangan cinta pertamanya.
"Ibun belum beres, Mas?" Tanya Abi saat ia sudah kembali setelah mengantar Ashoka ke sekolah.
"Belum, Mo. Masih siap - siap." Jawab Arsha yang malah bermain dengan Ningrat.
"Ya Allah, siap - siap dari mulai sepertiga malam kok gak beres - beres sih, Bun." Cicit Abi yang membuat dua putranya tertawa.
"Baru Ibun loh ini, Mo. Nanti kalo Ashoka udah ngerti dandan juga, bisa - bisa dandan pagi, sorenya baru selesai itu dua perempuan kesayangan." Kata Aksa di sela tawanya.
"Di tinggal nyapu latar mbarang, adewe rampung nyapu lak Ibunmu urung rampung leh dandan. (Ditinggal nyapu halaman juga, kita selesai menyapu pasti Ibunmu belum selesai dandannya.)" Kata Abi.
"Bun, udah cantik. Gak usah dandan cantik - cantik lagi, Sayang. Nanti Romo makin cinta." Seru Abi yang membuat dua putranya tertawa.
"Dasar Romo bucin!" Seru Arsha dari depan kandang Ningrat.
Tak lama, Runi pun keluar dari dalam rumah.
"Kenapa pada ribut aja sih? Sabar gitu lho, namanya juga perempuan." Omel Runi pada ketiga prianya.
"Romo tuh yang gak sabar, Bun." Kata Arsha.
"Iya, tau tuh Romo. Orang kok gak sabaran. Dari tadi ndremimil aja." Aksa ikut menimpali.
"Iya, emang Romo ini paling gak sabar nunggu Ibun siap - siap." Gerutu Runi.
"Astaghfirullah. Langsung di serang sama tiga orang dong. Kalian kok mainnya keroyokan? Padahal Romo ini orang paling sabar di antara penghuni rumah ini." Ujar Abi sambil mengelus dada.
"Yaudah ayo buruan pamit sama Bapak Ibu dulu, Mo. Romo ih, tadi buru - buruin Ibun. Romo aja masih pake sepatu gitu." Cicit Runi sambil berjalan menuju ke rumah Pak Karto.
"Ya Allah, gini banget cobaan jadi Suami bucin." Lirih Abi sambil mempercepat kegiatannya memakai sepatu.
Arsha pun tertawa geli mendengar ucapan Romonya, karna hanya Arsha yang mendengar ucapan Romonya.
"Romo... Arsha... Cepetan, ayo kita foto sama Uti dan Akung dulu. Mumpung masih seger." Seru Runi yang sudah berada di dalam rumah.
"Mas, cepetan Mas. Keburu keluar nanti itu tanduk sama taring Ibunmu." Kata Abi yang membuat Arsha semakin terbahak.
Mereka berempat segera berangkat setelah berfoto bersama Pak Karto dan Bu Lastri. Suasana sudah ramai saat mereka tiba di Sekolah. Hampir semua orang memandang ke arah keluarga yang baik orang tua maupun anak sama - sama memiliki wajah mempesona.
Runi berjalan di apit Abi dan Arsha. Sementara Aksa berjalan di belakangnya. Ia nampak seperti botol yak-ult di antara botol air mineral enam ratus mili.
Kini mereka tak heran jika Aksa dan Arsha begitu tampan. Tentu saja itu di wariskan dari kedua orang tuanya yang tetap terlihat tampan dan cantik di usia yang tak lagi muda.
Beberapa orang tampak menyapa Bapak dan Ibu kepala Desa yang namanya cukup tersohor itu. Tentu saja karna sepak terjang mereka membangun Desa terpelosok yang kini menjadi Desa dengan fasilitas terlengkap dan terbaik.
"Bun, Mo, Aku sama Mas gabung sama temen - temen dulu, ya. Biasa, mau foto - foto." Kata Aksa.
"Iya, Nak. Nikmati waktu kalian." Jawab Runi.
"Nanti Ibun dan Romo langsung masuk ke Aula saja ya. Aulanya ada di sana." Arsha menunjukkan letak Aula tempat acara perpisahan di gelar.
"Iya, tenang aja. Romo sama Ibun gak akan nyasar. Sudah sana, gabung sama teman - teman." Kata Abi.
Dua remaja itu pun segera beranjak dan bergabung dengan teman - temannya. Abi dan Runi tersenyum melihat dua putranya yang sedang mengabadikan momen kebersamaan dengan teman - temannya.
Mereka segera menuju ke Aula ketika mendengar panggilan karna acara akan segera di mulai. Abi dan Runi duduk berdampingan. Sementara Aksa dan Arsha duduk di bagian depan, tempat yang di siapkan khusus untuk siswa yang merayakan kelulusan.
Mereka mengikuti acara yang berlangsung dengan khidmad. Abi dan Runi saling pandang ketika nama Raina di panggil dan mengisi Tilawah Qur'an. Runi pun teringat ucapan Aksa jika yang akan Tilawah di acara Perpisahan adalah Raina.
"Mo, calon mantu, Mo." Kekeh Runi sambil berbisik pada Suaminya.
"Pantes aja Mas Arsha suka, liat dong seleranya. Cantik, adem, tenang." Imbuh Runi kemudian.
"Suaranya, Bun, Maa Syaa Allah." Kata Abi ketika mendengar suara Raina yang mulai membaca ayat - ayat Qur'an. Runi pun mengangguk setuju dengan statement Suaminya.
Sementara itu...
"Biasa aja dong Mas lihatnya. Meh mencolot mripatmu. (Hampir lompat matamu.)" Kata Aksa yang menggoda Arsha.
"Ssstt, berisik! Dengerin tuh orang ngaji, biar jin dalam badanmu keluar." Sahut Arsha.
"Nyaaambeek tenan Mas Arsha ki. (Biawak bener Mas Arsha ini.)" Pisuh Aksa.
"Njih, Mbah boyo. (Iya, Kakek Buaya.)" Jawab Arsha yang membuat Aksa terkekeh.
Semua orang nampak menikmati suara merdu Raina yang melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Semua orang seperti terhipnotis dengan suaranya. Suasana yang semula riuh rendah, tiba - tiba menjadi begitu syahdu.
Acara kemudian di lanjutkan dengan pemberian penghargaan lulusan terbaik dengan nilai tertinggi di Sekolah. Kali ini nama Arshaka Sadewa di panggil ke atas panggung.
Raut bangga dan bahagia terpancar jelas dari wajah Abimanyu dan Arunika yang di minta berdiri sebagai bentuk penghargaan untuk orang tua si penerima predikat lulusan terbaik.
Tepuk tangan meriah pun bergema riuh kala Kepala Sekolah memakaikan selempang penghargaan pada Arsha. Sementara Arsha hanya bisa tersenyum sambil menatap Romo dan Ibunnya yang mengacungkan jempol ke arahnya.
"Good Job! I Love You Arshaka Sadewa! I'm proud of you!" Seru Aksa dari tempat duduknya. Ia pun tak kalah bahagia melihat saudara kembarnya yang meraih penghargaan.
ibaratmya berjodoh tp kita jg butuh perjuangan dan usaha tuk mndapatkannya
langkah yg tepat arsha👍👍👍👍
kawal sampai halal pokonya mah 😍
sat set git loh,soalnya aku nggak lilo mbk riana diambil org🤭🤭
smoga bisa mncapai halal dan samawa ya
jd greget greget sndiri