NovelToon NovelToon
Koki Kesayangan Tuan Daniel

Koki Kesayangan Tuan Daniel

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Menikah dengan Musuhku / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu_ Melani_sunja

Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayra pingsan

Ayra diam sejenak, memikirkan menu yang pas untuk seseorang yang tengah mabuk sekaligus bisa membuat memperbaiki suasana hatinya.

Setelah mendapatkan ide, ia segera menyiapkan bahan bahannya. Pertama ia keluar sayuran lalu daging ayam. Setelah itu, ia keluar jeruk dan membuat jus jeruk agar menetralkan tubuh Daniel.

Sementara Ayra memasak, Bram yang duduk di meja makan, terus memperhatikannya. Ia kagum dengan keahlian Ayra dalam memasak.

"Berapa umur mu?" Tanyanya.

"Ehmm...20 tahun tuan."

"Masih muda sekali? Kamu menikah muda?"

Ayra mengangguk, tangannya tak hentinya mengolah sayuran dan daging ayam menjadi hidangan sup hangat yang menggugah selera.

"Aku dijodohkan, ayah ku memiliki hutang padanya."

"Pantas!"

Tak lama kemudian, sup dan jus jeruk buatan Ayra telah siap. Ayra mengambil nampan lalu menyiapkan semuanya.

"Ini tuan! Makanannya susah siap!" ujar Ayra, menyerahkan nampan beserta isinya pada Bram.

"Kamu yang menyerahkan pada tuan Daniel, aku masih memiliki tugas untuk mengejar suami mu dan temannya itu!"

Ayra berulangkali mengedipkan mata, ia sedikit malas dan juga takut jika harus bertemu dengan Daniel sendiri.

"Tapi aku akan bebas setelah ini kan?"

Bram hanya menghendikkan bahunya.

"Tapi aku takut, aku takut tuan Daniel akan mencelakai ku!"

"Sudah sana...!" Bram mendorong perlahan tubuh Ayra, naik ke tangga menuju kamar Daniel.

Ayra berhenti di depan pintu kamar Daniel, menoleh menatap Bram dengan tatapan memelas.

Bram maju satu langkah, lalu membuka pintu kamar Daniel.

"Tuan...! Makanan sudah siap!" Seru Bram dari depan pintu.

Terlihat, Daniel sudah tergeletak di sofa setengah tak sadar. Aroma wine berpadu dengan asap rokok begitu menyeruak, membuat Ayra merasa tak nyaman.

"Ayo masuk!" Perintah Bram.

"A-aku... aku tidak bisa terkena asap rokok tuan, tuan saja ya yang antarkan!" Pinta Ayra.

"Tuan Daniel meminta kamu, bukan aku! Kamu mau dia marah?"

Ayra menggeleng.

Akhirnya, Ayra terpaksa masuk ke kamar Daniel, sedangkan Bram kembali keluar sambil menutup pintu.

Dengan langkah perlahan dan penuh keraguan, Ayra memberanikan diri mendekati Daniel. Ia letakkan nampan di meja, lalu membereskan dahulu botol botol minuman dan juga puntung rokok yang berserakan di meja.

Setelah itu ia berjalan menuju jendela, sibakkan tirai dan membuka jendela lebar lebar. Hal itu ia lakukan agar udaranya berganti dan tidak terlalu sesak untuk dihirup karena asap rokok.

Daniel menutup matanya, karena silau terkena cahaya yang masuk dari jendela. Samar samar ia melihat sosok Ayra yang sedang membuka jendela.

"Kenapa kamu buka jendela itu?!" kata Daniel parau.

Seketika Ayra langsung membalikkan tubuhnya dan menunduk.

"Ma-maaf tuan,"

Daniel beralih menatap menu makanan yang ada di meja, ia lantas duduk sambil sempoyongan dan hampir terjungkal.

Reflek Ayra berlari, meraih tubuh Daniel dan membantunya untuk duduk dengan benar. Wajah mereka saling berhadapan dengan sangat dekat. Daniel menatap wajah Ayra dengan tatapan sayu dan dalam, sementara Ayra menunduk menghindari tatapannya.

Daniel menarik pinggang Ayra, membuat tubuh Ayra menjadi sangat dekat dengannya.

"Ehhmm..." Ayra menghindari tatapannya, dan berusaha melepaskan rengkuhan Daniel.

Akan tetapi, bukannya melepaskan, Daniel yang sudah terpengaruh alkohol justru lebih menekan tubuh Ayra dan hendak mencumb* nya.

Ayra segera menghindar dengan paksa, ia mendorong tubuh Daniel hingga membuat Daniel terjengkang di sofa.

"Ma-maaf tuan...!" Ayra kembali menarik lengan Daniel membantunya untuk duduk.

Tak mau kejadian tadi terulang, Ayra ambil jua jeruk buatannya lalu segera mnyodorkan pada Daniel.

"Tuan, minum lah dulu, ini bisa menetralkan tubuh mu...!" ujar Ayra.

Daniel menatap Ayra sekilas, lalu beralih menatap jus itu sedikit ragu.

Melihat Daniel tak kunjung menerima jus itu, Ayra mendekat, lalu tanpa meminta izin pada Daniel, ia memaksa Daniel meminum jus itu dari tangannya.

"Cegluk..."

"Cegluk..."

"Uhuk...uhuk...uhuk" Daniel terbatuk batuk dan menumpahkan sedikit jus itu.

Ayra tersenyum sekilas, meletakkan gelas jus yang telah habis. Lalu mengambil tisu untuk mengelap tumpahan jus di celana Daniel, bagian pahanya.

Daniel tiba-tiba menegang, merasa ada yang terusik ketika Ayra mengusap celana bagian pahanya, dan sengaja menyentuh bagian sensitifnya.

"Gak mungkin, ini gak mungkin. Kenapa tiba-tiba aku merasakannya, padahal setelah kecelakaan itu, aku sudah tidak pernah merasakan hal ini. Bahkan saat sudah menikah pun, aku tidak bisa memberikan nafkah batin untuk Rinda. Saat aku dekat dengan nya tadi, aku juga merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ini aneh sekali?!" Batin Daniel sambil terus menatap Ayra.

Setelah selesai, Ayra membuang tisu ke tempat sampah. Lalu beralih mendekatkan nampan berisi sup dan nasi putih pada Daniel yang masih tercengang.

"Tuan, silahkan dimakan mumpung masih hangat!" Tawar Ayra.

Daniel tersadar, lalu beralih menatap hidangan yang telah Ayra siapkan. Ia lirik Ayra sekilas, lalu mulai mencicip sup buatan Ayra.

Seruputan pertama, Daniel begitu terperangah. Kuah kaldu sup itu begitu gurih dan nikmat.

Ia menyendok lagi, dan kali ini ia campurkan nasi dengan daging berpadu sayuran.

"Heeemmm... ini enak sekali, masakannya selalu mengingatkan ku dengan masakan ibu," Batinnya sambil melirik Ayra yang masih berdiri di hadapannya.

"Bagaimana tuan? Apakah enak? Kalau enak, bolehkan aku pergi dari sini?"

"TIDAK...!" jawab Daniel tegas.

"Ckk...!" Ayra menghentakkan kaki perlahan seraya memanyunkan bibirnya.

"Suamimu itu bertingkah dan membuat masalah dengan ku, jadi sebelum suami mu kembali, aku tidak akan melepaskan mu!"

"Tapi tuan, aku tidak tahu menahu perihal dengan masalahnya, kenapa aku ikut di tahan?!"

"Setidaknya, dia akan kembali untuk menyelamatkan mu bukan?" kata Daniel, mulutnya terus mengunyah makanan buatan Ayra.

"Itu tidak akan mungkin! Dia itu suami brengsek! Dia tidak akan memperdulikan keselamatan ku! Dia hanya memikirkan dirinya sendiri!" ucap Ayra.

Daniel mendongak, menatap wajah Ayra yang terlihat kesal.

"Aku tidak perduli! Kamu harus tetap di sini sampai suami mu kembali!"

Ayra menepuk jidatnya, ia berbalik hendak keluar dari kamar Daniel. Namun Daniel segera mencegahnya.

"Selangkah lagi kamu maju, maka akan ku pastikan kamu tidak akan keluar dari vila ini dengan selamat!"

Mendengar itu, Ayra menghentikan langkahnya. Ia mendengus kesal sambil berbalik.

"Duduk dan temani aku makan sampai selesai!" Titah Daniel.

Ayra melangkah kembali mendekat di meja dengan langkah yang malas. Setelah itu ia duduk di bawah sambil memperhatikan Daniel makan.

Selesai makan, Daniel mengelap mulutnya, lalu membuka ponsel.

"Kamu tahu mobil ini?" Tanya Daniel sambil menunjukan foto mobil yang ada di ponsel Daniel.

Ayra yang sedang membersihkan bekas makan Daniel memicing menatap foto mobil itu, lalu menggeleng.

"Tidak mungkin kamu tidak tahu, dia itu suami mu, seharusnya kamu tahu apapun yang dia lakukan!"

"Tapi saya benar benar tidak tahu, tuan! Dia memang suami ku, tapi aku tidak pernah diberi tahu apa pun aktivitasnya. Dia sibuk dengan urusan sendiri dan aku sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya!" Jelas Ayra.

Daniel hanya mengulas senyum tak percaya. Ia ambil sebatang rokok berniat ingin menghidupkannya. Tapi, ia kebingungan mencari korek.

Ayra terus melanjutkan membersihkan meja, ia pura pura tak melihat jika Daniel sedang kebingungan mencari korek, yang sebenarnya ada di genggamannya. Bukan tanpa alasan Ayra melakukan itu, ia hanya tak mau asma nya kambuh jika berada satu ruangan dengan Daniel yang sedang merokok.

"Saya permisi dulu tuan, saya mau membersihkan dapur!"

"Ha...?! Nanti, aku bilang kamu tidak boleh pergi sebelum aku memerintahkan mu pergi!" kata Daniel sambil terus mencari keberadaan koreknya.

"Sialan betul pria ini! Menyebalkan!!" Gerutu Ayra. Ia duduk kembali dan perlahan memasukkan koreknya pada saku bajunya.

Daniel berdiri, ia ambil koreknya yang lain di lemari lalu menghidupkan rokoknya. Ia hisap rokok itu dalam dalam, lalu mengeluarkan asapnya sampai mengenai wajah Ayra.

"Uhuk...Uhuk...Uhuk" Ayra terbatuk batuk.

Sementara Daniel tersenyum menyeringai menatapnya.

"Ceritakan semua tentang suami mu, di mana biasa tempat ia nongkrong dan apapun yang kamu ketahui!"

"Aku-aku tidak tahu tuan!" jawab Ayra sambil menahan nafasnya yang mulai sesak.

"BOHONG...!" Pekik Daniel sambil kembali mengeluarkan asap rokok ke udara.

"Sum-pah...! Saya... tidak... bohong!" Ayra nampak mulai kesulitan untuk berbicara.

Daniel mengerenyit menatapnya yang terlihat sedikit pucat. Semakin lama, Ayra semakin kesulitan untuk bernafas. Tangan kanannya memegangi dada sementara tangan kirinya berpegangan pada sudut meja, agar ia tetap seimbang dan tidak jatuh.

"Heh...! Kamu kenapa?" Tanya Daniel tanpa mendekat.

Lalu, beberapa saat kemudian, Ayra jatuh kelantai karena pingsan.

"Bruuugh"

Daniel segera mematikan rokoknya, dan beralih memeriksa Ayra.

"Heh...! Kamu kenapa? Bangun!"

"Jangan berpura pura! Cepat bangun!"

Tapi Ayra tak kunjung bangun, membuat Daniel menjadi panik.

"Bram...!!" Panggilnya dengan kencang.

Tak mau menunggu Bram terlalu lama, Daniel segera membopong tubuh Ayra turun dari tangga.

"Ada apa tuan?!" Tanya Bram panik, melihat Daniel sudah membopong tubuh Ayra yang sudah tak sadarkan diri.

"Cepat panggil dokter! Aku tak tahu dia kenapa? Tiba tiba dia pingsan!" Ujar Daniel sambil merebahkan tubuh Ayra di sofa.

1
Devan Wijaya
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
eli♤♡♡
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Makasih banget thor!
✨♡vane♡✨
Banjir air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!