Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan
Vara hanya bisa menggerutu di sepanjang jalan. Ingin rasanya ia memaki-maki orang yang seenaknya saja memerintah tanpa meminta pendapatnya. Bagaimana jika nanti orang tua Rangga tidak menerima anak-anaknya dengan baik. Bahkan melontarkan kata-kata yang tidak sepatutnya didengarkan oleh anak-anaknya seperti yang sering Rangga lontarkan kepadanya. Pikirnya.
Di sepanjang jalan Aidan dan Yura banyak bercerita tentang kehidupan mereka yang selalu di bully teman-temannya karena tidak memiliki ayah yang membuat Rangga merasa semakin bersalah saja telah menelantarkan anak-anaknya.
Tidak terasa mobil telah memasuki perkarangan rumah orang tua Rangga. Aidan dan Yura tampak kagum dengan keindahan dan kemewahan yang terpampang di hadapan mereka. Rangga pun turun dan membukakan pintu untuk kedua anaknya diikuti oleh Vara yang turun setelahnya.
"Ayo masuk! Lo tunggu apa lagi?"
"Apa kedua orang tua kamu dapat menerima anak-anakku dengan baik? Aku tidak ingin anak-anakku mendengarkan pembicaraan yang dapat melukai hati mereka. Sebaiknya kami pulang saja!"
"Lo bicara apa sih! Masuk!"
Rangga pun menarik tangan Vara yang diikuti Aidan dan Yura di belakangnya.
Setibanya di ruang keluarga, ternyata kedua orang tua Rangga beserta adik Rangga sudah menunggu di sana.
Vara yang melihat dua orang yang sangat di kenalnya itu pun tersentak kaget dengan kedua bola mata membulat sempurna.
"Tante? Lala?"
"Vara? Jadi kamu yang mau dikenalkan Rangga dengan kami? Kalau ini mah mama sudah kenal Ngga. Wah ternyata kamu temannya Rangga ya?"
"Eh, iya tante. Vara teman sekolahnya Rangga dulu."
"Mama sudah kenal dengan dia?"
"Sudah, mama beberapa kali bertemu dengan Vara dan anak-anaknya di taman bermain."
"Yura, Aidan, ayo salim sama nenek, kakek dan tante."
Yura dan Aidan pun menyalami mama, papa dan adik Rangga.
"Kakak Syifa nda ada di sini nek?" tanya Yura.
"Ohh.. Kakak Syifa lagi tidak main ke rumah nenek sayang." Yura hanya menganggukkan kepalanya mengerti. "Ayo duduk dulu biar enak ngrobrolnya."
Deheman dari papa Bayu mengalihkan perhatian mereka kearahnya dengan raut wajah yang terlihat serius.
"Jadi ada apa ini Rangga?" tanya papa Bayu.
"Ehm.. Ma, pa, sebenarnya alasan Rangga membawa mereka kemari adalah ingin memperkenalkan mereka sebagai cucu dari mama dan papa."
"Apa?? Jadi mereka ini cucu-cucu mama Rangga?? Pantas saja sejak awal mama melihat mereka mama sudah merasakan ikatan batin dengan mereka. Agh kalian cucu-cucu nenek..." ucap mama dan langsung memeluk Aidan dan Yura.
"Jadi kapan kamu akan mempertanggungjawabkan perbuat kamu Rangga?"
Apa papa sudah tau sejak awal bahwa mereka anak-anak gue?
Rangga pun mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan pertanyaan papanya. "Maksudnya bagaimana, pa? Rangga tidak mengerti." kilah Rangga.
"Jadi kapan kalian menikah?!" tanya papa Bayu tegas.
"Apa??" Ucap Vara dan Rangga bersamaan.
"Apa kamu tidak berniat mempertanggungjawabkan perbuatan kamu Rangga? Lihat mereka Rangga!? Mereka sangat membutuhkan sosok seorang ayah. Apa kamu fikir kamu bisa lepas dari jangkauan papa selama ini?! Papa bahkan sudah tau ini sejak awal. Hanya saja papa tidak mungkin membahas masalah ini di saat nenek kamu baru saja meninggal."
Bayu mengehela nafas kasar, "Sekarang sudah saatnya kamu mempertanggungjawabkan perbuatan kamu, Rangga." lanjutnya lagi.
"Tapi pa—"
"Maaf om, tante, jika saya tidak sopan. Tapi saya rasa Rangga tidak perlu mempertanggungjawabkan apa-apa, karena saya juga tidak bersedia menikah dengan Rangga." ucap Vara dengan mata yang sudah tergenangi air mata.
Aku tau bahwa Rangga sangat membenciku. Tidak mungkin dia mau menikah denganku. Dan aku hanyalah orang biasa yang tidak pantas bersanding dengannya.
"Kamu bicara apa Vara?? Apa kamu tidak ingin anak-anak kamu merasakan kasih sayang seorang ayah, kalian tidak boleh egois!! Fikirkan anak-anak kalian." ucap mama keras. "Kalau kamu menikah dengan Rangga kalian bisa membesarkan anak-anak kalian bersama dan mereka pun akan mendapatkan pendidikan yang terjamin Vara!" Lanjutnya lagi.
Pertahanan Vara pun akhirnya runtuh juga. Air mata pun mengalir dengan deras di kedua pipinya. Rasanya ia merasa direndahkan oleh ucapan mama Mita.
"Saya akan berusaha memberi pendidikan yang terbaik untuk anak-anak saya tanpa adanya bantuan Rangga tante. Selama ini kami juga sudah terbiasa hidup bertiga tanpa Rangga. Jadi tante jangan mengkhawatirkan masalah pendidikan anak-anak saya. Kalau begitu saya pamit pulang. Aidan, Yura, ayo kita pulang."
Mama Mita pun menyadari ucapannya yang baru saja menyakiti hati Vara merasa tidak enak. "Mama tidak bermaksud merendahkan kamu Vara. Mama hanya ingin kalian menikah."
"Tidak apa-apa tante, kami permisi." ucap Vara cepat dan menggandeng anak-anaknya keluar.
"Kamu tunggu apa lagi Rangga?! Cepat susul dan antar mereka pulang!!"
"Pa, mama merasa tidak enak dengan Vara. Mama tidak bermaksud merendahkannya pa." ucap mama Mita yang sudah menangis.
"Sudahlah ma, kak Vara pasti memaafkan mama. Kita tinggal buat rencana agar mereka menyetujui permintaan mama dan papa untuk menikah." ucap Lala menyeringai.
"Apa rencana kamu La?"
"Kita lihat saja nanti ma, aku juga sangat ingin keponakanku yang lucu-lucu itu tinggal disini bersama kita."
"Mama percayakan kepada kamu La."
"Mama dan papa tenang saja."
***
Harusnya sejak awal aku sudah menolak untuk diajak ke rumah ini.
"Mau kemana lo?" ucap Rangga yang sudah menarik pergelangan tangan Vara.
"Lepas!! Mulai saat ini jangan pernah mengganggu kehidupan kami lagi. Karena sejak awal seharusnya kamu tidak pernah hadir di hidup kami Rangga!" ucap Vara menghempaskan tangan Rangga.
"Gue antar lo pulang."
"Tidak perlu! Ayo Aidan, Yura, kita pergi dari sini! Dan kamu Rangga.. Kamu tidak perlu memikirkan kehidupan kami lagi! Karena kami sudah terbiasa hidup tanpa kamu."
"Yula mau ayah bundaaa... Kenapa ayah nda bole pulang sama kita." rengek Yura.
Vara pun tidak menanggapi ucapan putrinya dan bergegas pergi dari sana.
"Arghh.. Sial!" umpat Rangga.
***
Vara dan kedua anaknya pun kembali ke cafe menggunakan taxi online yang sudah di pesannya. Di dalam perjalanan Yura masih saja menangis ingin bersama ayahnya. Vara hanya bisa menghela nafas melihat anak-anaknya yang begitu antusias bertemu dengan ayahnya yang selama ini selalu di nantikan mereka untuk berkumpul bersama.
"Bunda jahaddd... Yula masih mau sama ayahhh... Kenapa bunda nda bole ayah ikut kita... Hiks... Hiks...."
"Bunda kenapa? Kenapa ayah tidak ikut kita pulang ke rumah?" tanya Aidan heran.
"Kalian masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Sudahlah Yura jangan menangis lagi... Nanti bunda buatin nasi goreng kesukaan Yura dan kakak Aidan yaa... " bujuk Vara.
"Nda mauu... Yula maunya ayahhh bundaa... Mau ayahhh... Huaaa... Bunda jahadddd.. Hikss.. "
Mobil pun sudah sampai di depan cafe milik Vara. Yura pun langsung berlari keluar tanpa menunggu bunda dan kakaknya.
"Loh Yura cucu nenek kenapa?" tanya ibu heran.
"Bunda jahaddd nekk.. Bunda nda bole Yula dan kakak Aidan bersama ayah.. Yula mau ayah nekk.. mau ayahhh.... "
Vara hanya bisa menghela nafas dan membuangnya kasar melihat tingkah putrinya itu.
"Besok bunda akan suruh ayah main ke sini lagi. Sudah Yura jangan menangis lagi nak... Aidan, bawa adik kamu ke kamar. Kalian tidur siang dulu. Bunda mau berbicara dengan nenek." pinta Vara.
"Baik bunda."
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI